Penunjukan Riefian Fajarsyah, atau yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri perfilman, telah menggemparkan publik.
Keputusan ini, yang diumumkan oleh Kementerian BUMN, memicu berbagai reaksi, mulai dari keterkejutan hingga harapan besar.
Kementerian BUMN menjelaskan bahwa penunjukan Ifan didasari oleh pengalaman dan kiprahnya di dunia produksi film, selain popularitasnya sebagai musisi.
Juru Bicara Kementerian BUMN, Putri Violla, menegaskan bahwa Ifan memiliki kreativitas dan pengalaman yang kuat untuk membawa terobosan bagi PFN.
"Sebenarnya kalau kita lihat kiprahnya, Ifan itu bukan cuma di dunia musik saja, karena sudah punya pengalaman jadi produser," 1 ujar Putri Violla.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan tersebut telah melalui pertimbangan yang matang, dengan melihat potensi Ifan di luar dunia musik.
Penunjukan Ifan ini memicu beragam reaksi dari publik, termasuk dari kalangan aktor dan sineas, termasuk kalangan masyarakat umum. Banyak yang terkejut dengan keputusan tersebut, mengingat Ifan lebih dikenal sebagai vokalis band Seventeen.
Namun, tidak sedikit pula yang memberikan dukungan dan menantikan inovasi yang akan dibawanya ke PFN. Di media sosial, perdebatan hangat terjadi, dengan sebagian warganet mempertanyakan kapabilitas Ifan, sementara yang lain optimis bahwa ia akan membawa angin segar bagi PFN.
"Jabatan tanpa proses meritokratis bukanlah pencapaian, melainkan afiliasi kepada penguasa yang dibungkus kehormatan. Ia melahirkan pemimpin yang pandai bermanuver tapi tidak dengan kapasitas, padahal di luar sana banyak akademisi ataupun praktisi yang melalui proses meritokrasi panjang, tapi yang selalu dipilih yang terdekat, yang mampu lick, jadi teringat dengan apa yang ditekankan oleh Michael Young dalam bukunya The Rise of the Meritocracy, ketika posisi ditentukan bukan oleh kemampuan, melainkan koneksi, maka yang lahir bukan kemajuan, tapi ketimpangan yang dilegalkan."
"Kenapa harus dari kubu musisi? Padahal banyak sineas yang mendukung rezim ini kan. Ada Rifnu Wikana, Lukman Sardi, dll. Kenapa harus musisi? Tolonglah. Minimal kalau wadahnya yang di Pro-Rezim, harus sesuai dengan yang bidangnya jugalah."
"Gess, jabatan-jabatan itu adalah jabatan politik ya, bukan jabatan profesional berdasarkan kompetensi. Tentu kalau mau bicara kompetensi, pasti jauh lebih banyak yg lebih kompeten. Dari situ kita juga mengerti, mau dibawa ke mana negeri ini."
"Kukira, Hanung Bramantyo. Kalau gini, apa guna bangun portofolio? Kalau kalau kerja sama pemerintah ya."
"Yang jago dan punya kompetensi di produksi film banyak malah pilih yang gak lain. Makin aneh."
"Maaf ini berdasarkan suka aja atau memang ahli di bidang film?"
"Kenapa bukan orang film yg dijadikan dirut, kok malah musisi? Ya, karena film bukanlah prioritas. Berkembang atau tidaknya perfilman negeri ini, bukan concern rezim."
Di balik gemparnya masyarakat mengenai informasi ini, sebagai Dirut PFN, nantinya Ifan mengemban tugas berat untuk memajukan perfilman nasional.
PFN, sebagai salah satu pilar industri film Indonesia, memiliki potensi besar untuk menghasilkan karya-karya berkualitas. Publik menantikan langkah-langkah konkret dari Ifan dalam memimpin PFN, termasuk strategi untuk meningkatkan produksi film, mengembangkan bakat-bakat baru, dan memperluas jangkauan distribusi film Indonesia.
Keberhasilan Ifan dalam memimpin PFN akan menjadi tolok ukur penting bagi masa depan industri perfilman Indonesia. Publik menantikan gebrakan-gebrakan Ifan dalam memimpin PFN. Apakah ia akan mampu membuktikan bahwa penunjukannya adalah keputusan yang tepat? Waktu yang akan menjawabnya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Beradu dengan Realitas, Magang Unpaid adalah Sisi Terselubung Perbudakan?
-
S Line, Garis Merah Menguak Jejak Seksual: Kok Malah Jadi Tren?
-
Fenomena Kondangan Akademik: Dulu Dukungan, Kini Kayak Arisan Sosial?
-
Belajar Hidup dari Anak Kos, Tamat 1000 Pelajaran Hidup di Kota Orang
-
Aturan Cuma Buat Rakyat? Menggugat Hak Istimewa Rombongan Pejabat di Jalan Raya
Artikel Terkait
-
Beda Prestasi Fedi Nuril vs Ifan Seventeen di Dunia Film: Bak Gajah dan Semut
-
Deretan Film Produksi PFN yang 'Ujug-ujug' Dipimpin Ifan Seventeen: Ada yang Cuma Dapat 25 Ribu Penonton
-
Perjalanan Karier Ifan Seventeen, dari Vokalis Band Kini Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
-
Kontroversi Kim Soo-hyun: Tous les Jours dan Sejumlah Brand Hentikan Kontrak Iklan
-
David Bayu Cerita Repotnya Sistem Direct License Buat Performing Rights
Kolom
-
Otak Menyukai Plot Twist? Penjelasan Psikologis di Balik Cerita Tak Terduga
-
Setelah Jadi Ibu, Mimpi Harus Diarsipkan: Saat Perempuan Tetap Butuh Mimpi
-
Ketika Lembur Dianggap Loyal, Krisis Diam-Diam Dunia Kerja
-
Dompet Kempes di Pesta Global: Mengurai Benang Kusut Inflasi di Tanah Air
-
Fenomena Ghosting: Bukti Rapuhnya Relasi Emosional Zaman Sekarang
Terkini
-
Belajar Memaafkan Diri Lewat Buku When You're Ready, This Is How You Heal
-
3 Rekomendasi Tinted Lip Balm Brand Lokal Mulai dari 50 Ribuan, Wajib Coba!
-
Gagal Raih Gelar AFF Cup U-23, Nasib Gerald Vanenburg di Timnas Masih Aman?
-
Review Asus Expertbook P3: Laptop Tangguh, Tahan Air dan Banting
-
3 Rekomendasi Buku Ilustrasi Korea yang Bisa Menginspirasi Imajinasi Anak