Sience, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) merupakan salah satu bidang yang paling berkembang pesat di era modern ini. STEM merupakan pilar utama yang mendorong inovasi dan transformasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari penemuan-penemuan ilmiah hingga teknologi mutakhir yang mampu mengubah cara manusia bekerja, belajar, dan berinteraksi dengan lebih efisien.
Setiap inovasi baru yang berhasil mengubah tatanan dunia menjadi lebih baik, pemikir-pemikir hebat dalam dunia STEM tidak lepas dari peran tersebut. Para profesional dalam bidang STEM, adalah mereka yang mampu menggagas ide-ide inovatif dan revolusioner, serta mewujudkannya dalam bentuk produk atau solusi yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Sayangnya, meskipun telah terjadi banyak kemajuan dalam menciptakan kesetaraan gender di berbagai sektor kehidupan, kehadiran perempuan dalam dunia STEM masih dapat dihitung jari. Keberadaan perempuan masih sangat kurang jika dibandingkan dengan laki-laki, yang konon katanya, pekerjaan dalam bidang STEM adalah ranah laki-laki. Stereotip ini telah mengakar kuat dalam masyarakat yang memperburuk persepsi bahwa perempuan tidak memiliki kapasitas untuk berkontribusi dalam STEM, sehingga menyebabkan representasi perempuan dalam bidang STEM masih sangat minim.
Padahal, STEM sangat membutuhkan keberagaman perspektif untuk mencapai inovasi yang lebih inklusif. Kehadiran perempuan dalam dunia STEM bukan hanya tentang kesetaraan, tetapi juga soal kualitas dari produk akhir STEM. Tim yang beragam dalam mengembangkan produk STEM akan menghasilkan solusi yang lebih kreatif dan komprehensif. Apabila perempuan diberikan ruang yang setara untuk berpartisipasi dalam bidang STEM, tidak hanya akan meningkatkan keberagaman dalam bidang ini, tetapi juga memperkaya cara pandang dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Menyediakan ruang yang setara bagi perempuan untuk berkontribusi dalam bidang STEM, akan mempercepat kemajuan teknologi dan inovasi yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, saat kita membicarakan masa depan STEM, penting untuk tidak hanya menyoroti peran laki-laki, tetapi juga memastikan bahwa perempuan juga memiliki kesempatan yang sama untuk turut berkontribusi, berpartisipasi, dan berinovasi.
Selain itu, penting juga untuk dipahami bahwa keberadaan perempuan dalam bidang STEM dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang. Kesuksesan perempuan dalam STEM dapat mendorong dan membuka jalan bagi anak-anak perempuan lainnya untuk mengejar minat dan berkarier dalam bidang ini. Hal ini akan menciptakan siklus positif yang akan membuat lebih banyak lagi perempuan untuk terlibat dan berkontribusi dalam perkembagan bidang-bidang STEM.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan perubahan yang sistemik dan mengakar. Pendidikan terkait STEM harus diperkenalkan sejak dini kepada anak, terutama anak-anak perempuan mulai dari tingkat dasar. Mengenalkan STEM sejak dini tentu bukan hanya memberikan mata pelajaran matematika dan sains di sekolah, tetapi juga menumbuhkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan kepercayaan diri pada anak perempuan untuk mengeksplorasi dunia STEM. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak perempuan dapat melihat diri mereka sebagai bagian dari dunia STEM tanpa merasa dibatasi oleh stereotip gender yang sering kali menghalangi potensi mereka.
Selain sekolah, industri juga harus berperan aktif dalam menciptakan kesempatan yang lebih adil dan setara bagi perempuan untuk berkembang dalam bidang STEM. Industri-industri di bidang STEM perlu mengambil langkah konkret untuk menghilangkan hambatan yang ada, baik itu berupa bias gender, ketidaksetaraan akses, ataupun kurangnya representasi perempuan dalam bidang STEM.
Dengan merancang kebijakan adil dan inklusif, memberikan kesempatan yang setara dalam hal pelatihan dan promosi, industri dapat membuka pintu yang lebih lebar bagi perempuan untuk berkembang dan berinovasi di dalam dunia STEM. Hal ini merupakan langkah penting untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif untuk memajukan bidang STEM.
Baca Juga
-
Melestarikan Budaya: Transformasi Jamu dari Gendongan ke Kafe Instagramable
-
Dominasi Konten Video Pendek dalam Aktivitas Digital Gen-Z
-
Di Balik Pintu Kelas: Refleksi Pembelajaran di Hari Pendidikan Nasional
-
Bahasa Zilenial: Upaya Generasi Muda Berkomunikasi dan Mendefinisikan Diri
-
Menakar Untung-Rugi Penjurusan di Jenjang SMA
Artikel Terkait
-
4 Skincare Berbahan Beta Glucan, Lembapkan Kulit Lebih dari Hyaluronic Acid
-
Jangan Takut Berbisnis, Ini Pilihan Program Bantuan Untuk Perempuan Wirausaha
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Femisida Intim di Balik Pembunuhan Jurnalis Juwita oleh Anggota TNI AL
-
Perusahaan Ini Klaim 44% Posisi Manajerial Diisi Perempuan
Kolom
-
Mainan Anak dan Stereotip Gender: Antara Mobil-mobilan dan Boneka
-
Qurban di Zaman Digital: Tantangan dan Harapan Generasi Muda
-
Makna Kurban dalam Kehidupan Modern: Antara Ibadah dan Kepedulian Sosial
-
Menembus Batas Budaya, Strategi Psikologis Mahasiswa Rantau
-
Antara Keringat dan Ketakutan: Saat Catcalling Membayangi Langkah Perempuan
Terkini
-
Jackson Wang Ungkap Rasa Sakit Jalani Hubungan Toksik di Lagu Hate To Love
-
Curug Balong Endah, Pesona Air Terjun dengan Kolam Cantik di Bogor
-
Sutradara Pastikan Doctor Doom Tak Muncul di Fantastic Four: First Steps
-
Wonwoo SEVENTEEN Ungkap Pesan Cinta yang Tulus Lewat Lagu Solo 99,9%
-
Jalan Panjang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 Usai Kalahkan Tim China