Hayuning Ratri Hapsari | Thedora Telaubun
Ilustrasi orang yang memakai topeng Guy Fawkes (Pexels/ Vincent M.A. Janssen)
Thedora Telaubun

Kemarin seluruh dunia memperingati Hari Antikorupsi Sedunia yang menjadi momen untuk mengingat bahwa korupsi bukan sekadar masalah pejabat, tapi musuh bersama yang merusak masa depan anak bangsa. 

Tahun 2025 tema globalnya adalah Uniting with Youth Against Corruption: Shaping Tomorrow's Integrity, tema ini menjadi sebuah panggilan bagi generasi muda untuk mengambil alih tongkat estafet integritas. 

Di Indonesia, peringatan ini juga mengangkat semangat gotong-royong lewat tema nasional, yakni Satukan Aksi, Basmi Korupsi!. Pesannya sederhana tapi kuat, di mana korupsi hanya bisa dilawan kalau semua elemen masyarakat, terutama generasi penerus, bersatu. 

Di tengah banjir problematika bangsa dari disparitas sosial hingga layanan publik yang tidak merata, korupsi adalah kanker sosial yang menyebar diam-diam. 

Oleh karena itu, harapan terbesar terletak di tangan kaum muda seperti mahasiswa, pelajar, aktivis, pemuda di desa dan kota. 

Dengan meningkatkan kesadaran, mereka bisa jadi garda depan perubahan. Tema global 2025 pun menekankan bahwa dari 1,9 miliar pemuda di dunia, potensi untuk reshuffle integritas sangat besar. 

Generasi yang tumbuh bersama media sosial, literasi digital, dan semangat keadilan akan lebih peduli dan lebih kritis. Mereka bisa gunakan suara, data, dan teknologi sebagai alat untuk mendorong transparansi, mengawasi anggaran, atau melaporkan praktik yang curang.

Tema “Satukan Aksi, Basmi Korupsi!” bukan soal hashtag atau postingan semata. Ini harus menjadi aksi nyata dengan menolak suap, menolak gratifikasi, aktif melapor bila melihat kejanggalan, ikut serta kawal layanan publik, dan bersikap jujur di lingkungan sekitar. 

Kaum muda bisa jadi jembatan antara harapan masyarakat dan pemerintahan bersih. Suara mereka bisa mempengaruhi opini, mendorong transparansi, dan memaksa pemimpin bertanggung jawab.

Ketika korupsi terus menggerogoti kepercayaan publik pada pemerintahan, institusi, maka regenerasi moral diperlukan. Tidak cuma dari pejabat, tapi dari akar rumput, dari mereka yang melewati jalan kampus, gang pemukiman, pasar, dan pelosok desa.

Dengan semangat, generasi muda dipanggil untuk tidak hanya menjadi penonton tapi pelaku perubahan. Korupsi tidak boleh jadi warisan, integritaslah yang harus diwariskan.

Sekali lagi ditegaskan bahwa Hari Antikorupsi Sedunia bukan sekadar peringatan, tetapi merupakan peringatan bagi bangsa. Harapan terbesar ada di tangan anak muda.