Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Michl Havis
Ilustrasi pagelaran opera yang memainkan musik klasik (Pexels.com)

Pernahkah Anda mendengar istilah Mozart Effect? Istilah Mozart Effect tersebut merujuk pada gagasan yang diyakini bahwa seseorang dapat menjadi lebih cerdas setelah mendengarkan alunan musik klasik, terutama musik karya komposer Wolfgang Amadeus Mozart.

Awal Mula Mitos Berkembang

Mitos ini bermula pada tahun 1950, saat seorang dokter ahli THT bernama Albert Tomatis. Dirinya mengklaim, jika mendengarkan musik Mozart dapat membantu orang yang mengalami gangguan pendengaran dan berbicara. Pada Studi tahun 1993 oleh peneliti dari Universitas California yang mengklaim ketika siswa mendengarkan alunan musik Mozart sebelum ujian, akan berhasil melewati ujian dengan baik dibanding yang tidak mendengarkan. Beberapa klaim tersebut, mengakibatkan terciptanya istilah Mozart Effect.

Pada tahun 2010, pembuktian mitos tentang Mozart Effect ini kembali dilakukan. Banyak studi dalam skala besar yang menemukan efek positif lain dari mendengarkan musik Mozart. Kali ini, sebagian besar peneliti yang terlibat dalam studinya masing-masing menemukan bahwa Mozart Effect disinyalir mampu merangsang kreativitas di otak yang dihasilkan dengan mendengarkan musik atau alunan nada relaksasi jenis lainnya.

Contohnya, pendengar bisa merasakan Mozart Effect dengan mendengarkan karya Beethoven atau komposer lainnya, begitu juga dengan mendengarkan suatu paragraf dari novel Stephen King.

Terkait adanya temuan tersebut, para peneliti menekankan bahwa efek positif yang direspon otak hanya akan mampu dirasakan jika pendengar senang mendengarkannya. Dengan kata lain, kemampuan otak akan meningkat jika pendengar memang menyukai suatu alunan musik seara aktif dibandingkan nada-nada spesifik.

Lalu bagaimana dengan adanya perfect pitch ?

Apa itu Perfect Pitch? Nada sempurna, atau nada mutlak, mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi nada musik dengan benar setelah mendengarnya. Misalnya, jika seseorang memainkan nada C tajam (C#) pada piano, seseorang dengan kemampuan perfect pitch akan dapat menyebutkan nada tanpa harus melihat tuts mana yang dipukul. Penyanyi dengan nada sempurna mungkin juga dapat menyanyikan nada tertentu tanpa harus mendengarnya.

Beberapa orang berpendapat bahwa kemampuan perfect pitch dapat dipelajari saat orang telah dewasa, sebagian lagi mengklaim bahwa kemampuan perfect pitch diperoleh saat lahir atau dipelajari saat masih anak-anak. Namun, belum ada kasus yang pasti mengenai orang dewasa yang memiliki perfect pitch walaupun, pelatihan dan latihan dapat membantunya pandai dalam mengidentifikasi nada. 

Bagaimana seseorang bisa mendapatkan perfect pitch?

Seperti disebutkan di atas, tidak ada kasus orang dewasa yang bisa mendapatkan fenomena perfect pitch. Sementara anak-anak yang dilatih sejak usia dini kadang-kadang dapat memiliki kemampuan ini, banyak orang dewasa yang telah dilatih khusus namun mereka tidak pernah mencapai tingkat kemampuan bawaan pemilik perfect pitch alami.

Orang yang perfect pitch juga tidak selalu memiliki kemampuan yang sempurna. Contohnya, mereka yang memiliki pitch perfect membuat pendengaran mereka sangat sensitif terhadap harmonisasi nada. Jika terdapat sepotong saja nada yang sedikit tidak selaras (seperti lagu yang dicover dan diubah sedikit nadanya), akan terdengar sangat “salah” bagi mereka, sehingga menyulitkan mereka untuk bermain atau bernyanyi bersama. 

Kesimpulan 

Jadi berdasarkan pembahasan diatas, bahwa Mozart Effect hanyalah mitos para ilmuan saja.  Karena tidak semua orang menikmati musik klasik. Begitupun juga perfect pitch, masing-masing orang memiliki daya ingat dan kepekaan yang berbeda-beda jika kepekaan dan daya ingat tersebut slalu dilatih dan diasah maka daya ingat dan kepekaan tersebut akan semakin menajam, serta tidak semua orang yang berkemampuan perfect pitch selalu sempurna.

Terima Kasih.

Michl Havis

Baca Juga