Lupa merupakan fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi di dalam kehidupan mental. Padahal kemampuan otak kita dalam menyimpan informasi jauh melampaui otak komputer. Jutaan informasi telah direkam dan diserap oleh otak kita.
Dari hari ke hari, bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, baik mengenai peristiwa di masa lalu, sesuatu yang akan dilakukan, atau juga sesuatu yang baru saja dilakukan.
Di sekolah para guru memandang lupa sebagai gejala yang menyedihkan, yang seharusnya tidak ada, namun mau tak mau harus dihadapi. Mungkin saja ada guru yang frustasi karena anak didik yang lupa kepada pelajaran yang sudah diajarkan. Anak didik tersebut padahal tidak ingin kelupaan datang menderanya.
Berikut empat penyebab lupa menurut Muhibbin Syah.
1. Sebab perubahan situasi lingkungan
Lupa dapat terjadi kepada anak didik karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar di sekolah dengan waktu mengingat kembali di luar sekolah. Jika anak didik hanya mempelajari hewan kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah, misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan itu ketika melihatnya di kebun binatang.
2. Sebab perubahan sikap dan minat
Lupa dapat terjadi pada anak didik karena perubahan sikap dan minat anak didik terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun anak didik telah mengikuti proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi sesuatu hal sikap dan minat anak didik menjadi sebaliknya (seperti ketidaksenangan kepada guru atau memarahinya dengan kasar di depan teman-temannya), maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
3. Sebab perubahan urat saraf otak
Lupa bisa juga terjadi sebab perubahan urat saraf otak. Anak didik yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, atau gegar otak akan kehilangan ingatan atas informasi-informasi berupa kesan-kesan yang ada dalam memori otaknya.
4. Sebab kerusakan informasi sebelum masuk ke memori
Lupa dapat pula dialami oleh anak didik bila informasi yang ia tangkap rusak sebelum masuk ke memori otak. Informasi yang rusak itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori otak anak didik, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali.
Keruskaan informasi ini mungkin disebabkan oleh tenggang waktu antara saat diserapnya informasi dengan saat proses transformasi dalam memori anak didik.
Inilah empat penyebab yang menjadi faktor lupa yang biasa terjadi pada anak didik.
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Anti Overdressed! 4 Inspirasi Outfit Minimalis ala Suzy yang Tetap Chic
-
4 Cleansing Tissue Solusi Praktis Bersihkan Makeup, Harga Mulai Rp19 Ribu!
-
15 Detik yang Membahayakan: Kecanduan Video Pendek Merusak Otak?
-
Steal the Look! 4 Outfit Chic Maskulin ala Lee Junho 2PM yang Stylish Abis
-
Mau Tampil Kekinian? Coba 6 Mix and Match Outerwear ala Jung Chaeyeon
Terkini
-
Sukses dengan Anime, The Summer Hikaru Died Bakal Hadir dalam Stage Play
-
Pulang Umroh, Zaskia Adya Mecca dan Hanung Bramantyo Hadapi Ujian Berat
-
Bye-Bye Mata Lelah: Tips Ampuh Maksimalkan Manfaat Dark Mode
-
Pilih Indra Sjafri sebagai Pelatih Timnas SEA Games, PSSI Kali Ini Membuat Keputusan yang Tepat!
-
Indra Sjafri Latih Timnas SEA Games 2025, Bagaimana Nasib Gerald Vanenburg?