Menjadi anak pertama adalah takdir Tuhan yang tidak bisa disangkal. Banyak manfaat atau dampak positif yang bisa diambil karena terlahir menjadi anak pertama. Namun juga banyak hal yang seringkali dianggap sebagai beban oleh sebagian orang karena terlahir menjadi anak pertama. Nyatanya, perasaan setiap orang memang tidak bisa disamakan.
Menjadi anak pertama memang harus memiliki bahu dan hati yang kuat. Karena anak pertama adalah kebanggaan orang tua dan andalan bagi adik-adiknya.
Lalu, apa saja hal yang seringkali dianggap sebagai beban oleh anak pertama?
1. Sering disalahkan
Pernah tidak ketika adikmu menangis karena kesalahannya sendiri, namun kamu yang dimarahi dengan alasan kamu adalah kakaknya.
Seolah menjadi kebiasaan bahwa kakaknya yang salah, meskipun sang adik menangis karena salah dirinya sendiri.
Tentu saja, disudutkan atas kesalahan yang tidak dilakukan adalah hal yang menyakitkan. Makanya, banyak anak pertama yang mengeluhkan hal ini sebagai beban yang harus direngkuhnya sepanjang hidup.
"Berikan sama adik. Kan kakak udah besar," hal yang tentunya terbiasa kamu dengar sejak masih kecil, bukan?
Tidak sekadar ketika kecil saja kamu dituntut untuk mengalah dengan adik, namun bahkan sampai kalian sama-sama tumbuh besar. Bahkan sampai sekarang, mungkin.
Hal tersebut biasanya membuat kamu tidak lagi memiliki keinginan yang kuat untuk mempertahankan apa yang kamu miliki. Karena sedari kecil, segala hal yang kamu miliki pun sudah sangat mudah untuk diambil alih oleh orang lain.
Tidak menyenangkan dan terasa tidak adil, bukan?
3. Menjadi contoh untuk adik
"Kamu kan Abang. Kamu harus bisa jadi contoh yang baik untuk Adek," kalimat sederhana yang akan membuat setiap pendengarnya terbebani dengan luar biasa.
Terkadang, kita harus mengorbankan kebahagiaan diri sendiri hanya untuk terlihat baik dan menjadi contoh yang baik. Menjadi contoh yang baik itu bukan hal yang mudah. Apalagi ketika pada masa pergaulan di mana tentunya baik kamu maupun orang lain sama-sama menginginkan kebebasan.
Menjadi anak pertama seolah membatasi ruang lingkup kebebasan diri sendiri dan membuat diri terbebani dengan kalimat 'harus jadi contoh yang baik'.
4. Kekurangan privasi
Menjadi anak pertama biasanya kamu akan terbiasa ke mana-mana dibuntuti oleh adik-adikmu. Begitu juga ketika kamu memiliki sesuatu, maka kamu harus memberitahu dan berbagi dengan mereka.
Padahal, tentu saja ada masanya bagi setiap orang membutuhkan dan menginginkan privasi untuk dirinya sendiri. Dan hal tersebut tidak mudah untuk dimiliki oleh anak pertama.
5. Menjadi tulang punggung
Menjadi tulang punggung bisa dianggap sebagai beban oleh beberapa orang, namun juga dianggap sebagai kewajiban oleh semua orang.
Menjadi anak pertama seringkali kamu harus memendam keinginan dan ego diri sendiri bukan? Kamu akan memendam dengan dalam kebahagiaan dirimu sendiri hanya karena kamu ingin membahagiakan keluargamu.
Kamu akan menomorduakan kebutuhanmu, namun mengutamakan kebutuhan orang tuamu. Kamu akan mengubur cita-citamu, namun kamu menginginkan adik-adikmu menggapai cita-citanya.
Terkadang, kamu terkesan egois dan terlalu baik kepada orang lain. Namun, pernahkah kamu terbebani dengan semua itu? Di mana kamu harus memiliki uang yang banyak setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya adik-adikmu?
Hal yang menyedihkan adalah ketika keadaan berbalik. Di mana kamu membutuhkan bantuan dan uluran tangan orang lain, tidak ada yang bisa membantumu.
Bagi beberapa orang yang bisa mendapatkan uang dengan mudah, mungkin perjuangan itu tidak akan terasa. Namun, mereka yang harus merangkak dan bekerja keras untuk mendapatkan uang dan mengesampingkan ego diri sendiri, sering kali merasa lelah dan terbebani dengan segala hal yang terjadi.
Itulah hal yang kerap kali dianggap sebagai beban oleh anak pertama. Biar bagaimanapun, menjadi anak pertama juga merupakan anugerah yang indah dari Tuhan karena bisa menjadi seorang kakak yang bijaksana dan menjadi seorang anak yang sangat membantu orang tua.
Bagaimana keadaan dilihat dan dirasakan adalah tergantung dari sudut pandang mana kita memandangnya.
Baca Juga
-
5 Dampak Keuangan yang Tidak Transparan: Bom Waktu dalam Rumah Tangga
-
Rumah Besar, Napas yang Sempit
-
Tepuk Sakinah Viral, Tapi Sudahkah Kita Paham Maknanya?
-
Bertemu Diri Kecil Lewat AI: Percakapan yang Tak Pernah Kita Siapkan
-
Dari Flu hingga Leptospirosis: 8 Penyakit Musim Hujan yang Harus Diwaspadai
Artikel Terkait
-
5 Alasan Orang Tua Menjodohkan Anaknya, Jangan Dipandang Sebelah Mata!
-
5 Kebiasaan Unik yang Belum Kita Ketahui Mengenai Korea Selatan
-
5 Tips agar Tak Terbiasa Hutang, Simak Yuk!
-
Hindari Minum Sambil Berdiri, Berikut 4 Dampak Buruknya
-
Memahami Konsep Hidup Mengalah dalam Buku Wani Ngalah Luhur Wekasane
Lifestyle
-
Bagaimana Hak Asuh Bersama Usai Cerai? Ini 5 Tips Mengasuh Anak Secara Adil
-
Rekomendasi 3 Krim Terbaik untuk Rambut Curly yang Wajib Kamu Coba!
-
Anti Mati Gaya! Intip 5 Ide Mirror Selfie ala Zhao Lusi yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Inspirasi Look OOTD Ryujin ITZY Buat yang Suka Tampil Modis dan Sat-Set!
-
Galau Maksimal! Ini 3 Lagu Raisa yang Bikin Hati Nyesek
Terkini
-
SEA Games 2025: Indra Sjafri di Ambang Cetak Rekor Bersejarah di Timnas!
-
Ulasan Novel Dorm Du: Saat Sekolah Jadi Tempat Menguji Rasa Takut & Berani
-
Nggak Ribet Kok! Ini 6 Cara Simpel yang Bikin Perempuan Merasa Sangat Dicintai
-
Feri Amsari Serang Ijazah Gibran, Singgung Sertifikat Bimbel
-
Dari Lapangan ke Komentar: Bukti Nyata Perbedaan Level Shin Tae-yong dan Alex Pastoor