Semua hal yang ada di dunia ini selalu teriringi dengan dampak positif dan negatif, seperti halnya kelebihan dan kekurangan. Tidak terkecuali perjodohan.
Ketika dicari sisi positifnya, tentu saja banyak sisi positif dari perjodohan. Namun, tidak dipungkiri bahwa sisi negatifnya juga ada. Makanya, perjodohan merupakan hak murni bagi orang-orang untuk memilihnya. Sekalipun ada dampak positifnya, mereka sendiri yang akan mengalaminya. Pun juga dengan dampak negatifnya. Apa saja dampak negatif dari perjodohan?
1. Tidak enak dengan orang tua
Sampai saat ini, perjodohan lebih sering terjadi dengan niat orang tua untuk memperkenalkan ketimbang permintaan anak untuk diperkenalkan, sehingga kebanyakan yang terjadi adalah anak yang menurut dengan orang tua untuk dijodohkan.
Hal tersebut membuat anak merasa terbebani ketika mereka merasa tidak cocok dengan pilihan orang tua. Mereka merasa berat hati untuk menyampaikan karena merasa tidak enak dengan orang tua dan keluarga yang lainnya.
Beban yang berat dan tidak mudah, memang. Kalau berbicara ego, mungkin kita akan berteriak dan berkata 'tidak'. Namun hormat kita kepada orang tua seringkali membuat kita melakukan banyak hal agar mereka tidak merasa kecewa.
Sayangnya, hal tersebut sebaiknya jangan kamu lakukan. Ketika kamu merasa tidak cocok dengan pilihan orang tua, seberat apapun itu, akan lebih baik jika kamu berusaha untuk berterus terang.
Jangan sampai saat ini kamu berusaha membalut lukamu sendirian dengan alasan tidak ingin mengecewakan orang tua. Namun ketika sesuatu hal terjadi di depan sana, kamu akan berbalik kembali kepada orang tuamu dan menyesali segala sesuatu yang sudah terlanjur terjadi.
Meskipun orang tua memberimu yang terbaik dalam pandangannya, namun kamu juga memiliki hak untuk membuka mata dan memberi penilaian kepantasan kepada seseorang.
Jika kamu memiliki sisi dimana kamu tidak bisa menerimanya, maka berterus terang lah kepada orang tua sehingga hal tersebut bisa dibicarakan dengan bijaksana.
2. Merasa tidak memiliki waktu yang leluasa
Banyak orang merasa terburu-buru dan seolah dikejar untuk memberikan keputusan untuk perjodohannya. Hal tersebut membuat mereka merasa tidak leluasa untuk memberikan penilaian dan saling mengenal satu sama lain.
Padahal benih-benih cinta membutuhkan waktu untuk tumbuh dan mekar. Banyak orang yang merasa belum bisa mengenali pasangannya sepenuhnya karena dituntut jawaban atas perjodohan yang dilangsungkan.
3. Banyak hal yang terkesan dipaksakan
Memang hal wajar bagi orang tua untuk memberikan saran yang terbaik untuk anaknya. Namun, bagaimana dengan perjodohan yang bersifat memaksa?
Mungkin sebagai anak, usia kita sudah termasuk usia yang cukup untuk menikah. Secara materi, mungkin kita sudah memiliki kondisi finansial yang cukup dan stabil, pun juga dengan latar belakang agama yang tidak boleh diragukan berkat didikan orang tua. Namun, apakah hanya pernikahan yang harus dipikirkan?
Bagaimana jika kita memiliki banyak cita-cita lain, namun orang tua selalu mengarahkan pembicaraan kepada pernikahan?
Pernikahan yang seharusnya menjadi keputusan dua orang, seolah memaksa dan menyudutkan dua orang, bukan?
4. Merasa tidak bahagia
Harapan orang tua yang menikahkan anaknya adalah agar anaknya merasa bahagia. Makanya orang tua berusaha mencari pilihan terbaik dan membuat anaknya menerima pilihan itu dengan harapan kehidupan yang jauh lebih baik.
Sayangnya, kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur oleh kebahagiaan orang lain. Hal-hal yang membuat orang lain bahagia, belum tentu menjadi kebahagiaan untuk diri yang lain.
Dari merasa terpaksa, lalu tidak enak kepada orang tua, seorang anak menerima perjodohan. Sayangnya, dalam rumah tangga yang terjalin tersebut sang anak tidak pernah merasa bahagia.
Kalau sudah tidak bahagia, akan banyak penyakit dalam rumah tangga yang terjadi, seperti perselingkuhan, kekerasan, pertengkaran yang tidak ada akhirnya, bahkan perpisahan dan perceraian.
5. Kehilangan harapan
Ketika pilihan orang tua yang selalu dianggap paling baik justru tidak membawa kita kepada kebaikan, tentu saja kita akan kehilangan harapan.
Apapun alasannya, entah itu karena orang tua yang kurang selektif, anak yang serba ingin cepat, dan lingkungan yang tidak membuka pikiran, bisa membuat seseorang menjadi kehilangan arah dan harapan.
Itulah 5 dampak negatif perjodohan. Bagaimana, masih tertarik ingin mencobanya?
Baca Juga
-
Fenomena Mager di Pertengahan Ramadan, Ini 4 Penyebabnya!
-
5 Langkah Jitu agar Keuangan UMKM Tetap Sehat di Bulan Ramadan
-
5 Tips Ramadan Produktif ala Gen Z : Tetap Aktif Ibadah Maksimal!
-
Mau Tajir Mendadak? Ini 5 Bisnis Ramadan yang Selalu Laris Manis!
-
5 Strategi Keuangan di Bulan Ramadan yang Harus Kamu Kuasai
Artikel Terkait
-
5 Sekuel Film Indonesia Lebih Laris dari Film Pertama, Ada Qodrat 2!
-
5 Film Indonesia Adaptasi Lagu, Komang Jadi yang Terlaris
-
Bolehkah Membayar Hutang Puasa Orang Tua yang Sudah Meninggal? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Viral Bocah SMP Curi Uang Orang Tua Rp20 Juta Demi Belikan Iphone untuk Pacar
-
20 Kewajiban Orang Tua kepada Anak dalam Islam Sesuai Al-Quran dan Hadis, Apa Saja?
Lifestyle
-
3 Inspirasi Outfit Dokter Muda ala Choo Young Woo, Smart dan Professional!
-
Simpel tapi Stunning! 4 Ide Basic OOTD Style ala Yuna ITZY yang Mudah Ditiru
-
Tampil Effortless, Ini 4 Ide Gaya OOTD Chic ala Nagyung FROMIS 9
-
FOMO tapi Hemat: Rahasia Gen Z Bisa Nonton Coachella Meski Dompet Pas-pasan
-
Perbaiki Skin Barrier dengan 4 Ampoule PDRN yang Sedang Hits di Korea
Terkini
-
Dilengserkan dari Kursi Pelatih, Nasib Jesus Casas Mirip Shin Tae-yong
-
Ulasan Novel Giselle: Tragedi Menyeramkan di Balik Panggung Ballet
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Romantisme Fans Indonesia dan Uzbekistan: Dulu Menjatuhkan, Kini Saling Menguatkan
-
Review Film A Working Man: Jason Statham Ngegas Lagi, tapi Tetap Seru Gak Sih?