Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Riva Khodijah
Ilustrasi teman (pexels.com/Tim Douglas)

Di antara kamu mungkin sudah familier dengan istilah pansos atau panjat sosial? Panjat sosial atau social climbing ini merupakan perilaku seseorang yang mendekati orang lain dengan kamuflase teman, padahal ada motif di belakangnya.

Seorang social climber berusaha berteman dengan orang terkenal bisa disebabkan ingin mendongkrak popularitasnya, ingin memperluas koneksi dengan orang yang statusnya terpandang, ada motif lain. Yang jelas, perasaannya gak tulus dan bisa dibilang pertemanannya cuma tipu-tipu.

Lalu, bagaimana cara menandakan social climber? Berikut akan diulas beberapa ciri teman yang nyatanya hanya social climber.

1. Matrealistis

Umumnya seorang pelaku panjat sosial atau social climber berteman demi status, dan itu bisa terlihat dari sikapnya. Salah satunya sangat matrealistis.

Yang dipentingkan olehnya gak jauh-jauh dari tas mahal, mobil mewah, pelesiran ke luar negeri, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan status. Jangan harap bisa diskusi materi berbobot dengannya. Yang dipentingkan cuma materi yang dapat membuatnya diakui sebagai orang terpandang.

2. Selalu memamerkan kenalan orang penting

Di antara ciri teman sejati, adalah tak peduli apakah dia anak pejabat atau rakyat biasa. Apakah ia anak orang kaya atau anak keluarga tak berada. Bagi pertemanan sejati yang diutamakan adalah ketulusan, kecocokan satu sama lain, kepedulian, serta kasih sayang. Selebihnya gak penting.

Berbeda dengan teman yang tujuannya cuma ingin numpang tenar. Ketika berkenalan dengan orang-orang penting, gak ada habis-habisnya dibahas atau dipamerkan. Ia merasa dengan berfoto atau punya koneksi dengan orang populer otomatis membuatnya hebat juga. Padahal, kan, gak seperti itu.

3. Memilih-milih teman

Ingin tahu apakah teman barumu seorang social climber? Perhatikan bagaimana sikapnya terhadap orang lain. Salah satu ciri pelaku panjat sosial, adalah pilih-pilih teman.

Ia hanya mau berteman dengan orang yang pakaiannya mahal, stylish, terpandang, dari kalangan berada, punya status sosial tinggi, dan indikator duniawi lainnya. Gak peduli apakah lingkaran pertemanannya gak baik, yang penting tenar.

4. Minim empati

Karena niat pertemanannya gak tulus, jadi perilakunya gak sama dengan teman yang beneran mendekatimu karena loyal. Seorang social climber umumnya minim empati. Saat ada teman di lingkaran pertemanannya jatuh, ia malah menjauh. Menurutnya ‘mantan’ temannya itu sudah tak satu level lagi.

Semoga dengan uraian tadi bisa membantumu untuk memastikan pertemanan tidak terkontaminasi social climber, ya. Perhatiannya hanya palsu!

Riva Khodijah