Pernah suatu ketika, aku memasuki kios sederhana di dekat Kampung Inggris, Pare, Kediri yang menyewakan hingga memperjual belikan buku-buku lama. Baik novel, cerpen, hingga majalah. Ditunjang dengan kepentingan tugas resensi buku fiksi dari sekolah, aku yang berduit pas-pasan waktu itu, nekat menyewa beberapa novel. Salah satunya adalah Mawar Merah: Metamorfosis.
Identitas Buku
Judul: Mawar Merah: Metamorfosis
Penulis: Luna Torashyngu
Tahun terbit: 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Selayang Pandang
Mawar Merah: Metamorfosis adalah buku kedua dari tetralogi Mawar Merah karya Luna Torashyngu yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2009. Novel ini menyajikan konsep misteri yang dibalut rasa kesetiaan, kasih sayang, hingga kemunculan dendam yang mumpuni.
Cover bukunya menampilkan pantulan dua perempuan, yang sekaligus menjadi ‘bocoran’ isi novelnya. Meski begitu, kamu nggak boleh meremehkan novel ini, hanya dari covernya yang cukup sederhana.
Sinopsis Mawar Merah: Metamorfosis
Mawar Merah: Metamorfosis mengisahkan kehidupan mahasiswi bernama Riva yang hidupnya ‘agak’ kacau karena seorang sahabatnya bernama Elsa yang menghilang entah kemana. Kacau disini memang agak ambigu ya, sebab nggak ada keterangan spesifik kecuali jadwal kuliah yang amburadul, tugas-tugas kuliah yang belum kesentuh, hingga lost contact dengan Elsa.
Ditambah lagi, Arga–pacar Riva–yang sedang menjalani proses pertukaran pelajar sekaligus magang di Jerman, tiba-tiba nggak bisa dihubungi. Betulan lost contact seperti Elsa.
Nggak hanya sampai disitu saja, Saka, sepupu Riva yang bekerja sebagai Interpol turut memperparah situasi kala menyatakan bahwa Elsa adalah buronan internasional atas keterlibatannya dengan kelompok bersenjata paling berbahaya. Saka sendiri juga bekerjasama dengan Interpol negara lain, demi mengejar Elsa bahkan membantu Riva untuk mencari keberadaan Arga.
Banyak hal sudah Riva dan Saka lalui demi setidaknya mendapatkan sedikit petunjuk. Namun, jangankan petunjuk. Situasi semakin menegangkan dan seolah masalah nggak kelar-kelar saat kedua orang tua Riva meninggal dalam sebuah kecelakaan.
Walau namanya kecelakaan, tetap saja insting Saka dan Riva mencium adanya gelagat sabotase.
Petualangan Riva bersama Saka sendiri dikisahkan penuh dengan darah, keringat, dan air mata. Dari satu negeri ke negeri lainnya. Hingga pertarungan satu ke pertarungan lainnya, yang sempat membuat jari kelingking Riva terputus. Namun, misteri masih belum sepenuhnya terungkap.
Penilaian Pribadi
Berat. Itu kata yang bisa kutemukan setelah membaca Mawar Merah: Metamorfosis. Bukan mengenai kebencian sekaligus kecurigaan Riva kepada Elsa, melainkan penyampaian alur cerita yang full konflik. Nggak ada yang menenangkan sama sekali kecuali saat Saka menemani dan menenangkan Riva.
Novel ini dipenuhi misteri dan konflik politik yang konon melibatkan organisasi berbahaya tertua di dunia. Meski sedikit menunjukkan budaya negara asal organisasinya, aku nggak mau berasumsi ya. Buatku, ini hanyalah fiksi berat yang sedikit mengambil cuplikan latar budaya kelompok tersebut dari real life.
Selain itu, penyampaian alur yang terkesan melompat-lompat, diikuti dengan perubahan scene yang cepat, jujur saja berhasil bikin pening. Aku sendiri memahami konsep genre misteri dan kejahatan seperti ini, tetapi tetap saja masih pusing kala membacanya. Oleh karenanya, aku cukup lama memahami Mawar Merah: Metamorfosis.
Selain itu, penyajian misteri dan plot twist-nya boleh dikata ajib ya. Nggak melulu membuat pembaca ngang ngong tanpa petunjuk sama sekali, melainkan memberikan deskripsi yang membuat kami berpikir keras. Mawar Merah: Metamorfosis sendiri layaknya puzzle yang harus dilengkapi untuk mengerti jalan ceritanya. Sekali paham, wuah gila!
Walau ada beberapa hal yang masih terkesan incomplete ya. Barangkali, ada baiknya membaca buku pertamanya dulu yakni Mawar Merah: Mosaik agar lebih menangkap maksud yang dihaturkan.
Buatku sendiri yang memang menyukai genre misteri dengan segala macam puzzle-nya, novel ini layak mendapatkan nilai 8 dari 10. Novel yang menyajikan betapa kompleksnya dunia underground dan segala macam resikonya, seolah merefleksikan tatanan dunia yang memang nggak secantik kelihatannya. Dariku, Wangsa Manungsa Gini dari tanah Jawa.
Baca Juga
-
Ulasan Novel Candhikala Kapuranta: Adat, Politik, dan Dilema Kaum Perempuan
-
Ulasan Novel Edensor: Kesetiakawanan, Cinta, dan Memperjuangkan Cita-cita
-
Bertualang Seru Penuh Kejanggalan Lewat Cerpen Misteri Hutan Larangan
-
Novel Salah Asuhan: Hagemoni Kolonial, dan Keegoisan Pribumi
-
Banda Neira Kembali 'Menghidupkan' Lewat Lagu 'Mimpilah Seliar-liarnya'
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel We All Live Here: Mengurai Luka Lama Dalam Rumah Sendiri
-
Problematika Remaja dalam Bingkai Sepak Bola di Novel Bandar Bola, Cuy!
-
Ulasan Novel Rose in Chains: Intrik Politik dan Romansa di Dunia Magis
-
Ulasan Novel Famous Last Words: Menguak Misteri Suami yang Menghilang
-
Ulasan Novel Ceros dan Batozar: Rahasia Kelahiran Tuan Muda Ali
Ulasan
-
Review Film Sound of Falling: Horor Empat Zaman di Rumah Tua
-
Ulasan Novel We All Live Here: Mengurai Luka Lama Dalam Rumah Sendiri
-
Problematika Remaja dalam Bingkai Sepak Bola di Novel Bandar Bola, Cuy!
-
Ulasan Novel Rose in Chains: Intrik Politik dan Romansa di Dunia Magis
-
Manis Tapi Menyakitkan, Kupas Tuntas Perihnya Lagu 'Tampar' Juicy Luicy
Terkini
-
Bukan Jordi Amat dan Rizky Ridho, Ternyata Pemain Ini yang Jadi Pemain Termahal Liga Indonesia
-
Berbeda dengan Jajaran Pelatih, Kapten Klub Kontestan Liga Indonesia Didominasi Pemain Lokal
-
BRI Super League: Alfredo Vera Evaluasi Penyelesaian Akhir Madura United
-
Tak Kompetitif Musim Ini, Maverick Vinales Motivasi Dirinya Sendiri
-
Siapakah Fali Cande? Pemain yang Disebut dalam Klausul Kepindahan Jay Idzes ke Sassuolo?