Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ahmad Zubairi
Ilustrasi dua orang lelaki sedang berbicara (pixabay.com/ DiggityMarketing)

Dalam kehidupan sehari-hari, yang paling banyak kita keluarkan adalah ucapan. Komunikasi. Baik secara lisan maupun lewat tulisan. Dan tentu saja, apa yang akan kita sampaikan melalui dua hal di atas adalah untuk menyampaikan sesuatu. Baik itu ingin sekadar curhat, ingin meminta pertolongan, atau bahkan ini menyampaikan kritik. Nah, agar apa yang kita ingin sampaikan tadi didengar, atau dipilih lawan bicara kita, tentu saja ada caranya. Agar supaya ucapan kita tidak sia-sia. Mari, ikuti cara berikut ini!

1. Bahasa Jangan Muluk-muluk

Ini penting. Ketika kita mau menyampaikan gagasan, ada kalanya kita harus memakai bahasa yang halus. Tentu saja agar supaya apa yang kita sampaikan tidak membuat lawan bicara kita pusing lantaran tidak tahu terhadap "apa ya maksudnya, coba ulangi". Bayangkan, mau bicara saja kita harus ngulang. Ini bukan guru atau dosen yang memberi materi bacaan yang disuruh tulis oleh murid, ya ges ya. 

Jadi, alangkah baiknya kita menggunakan bahasa yang biasa-biasa saja. Lagi pula, ini untuk komunikasi. Bukan ajang debat yang untuk membuat kelimpungan. Apalagi lawan bicara kita lebih tua dari kita. Lebih-lebih orang desa misalkan, sudah-sudah. Tidak usah sasi-sasi.

Kita tidak perlu mengeluarkan kata-kata itu agar kita kelihatan wow, atau agar lawan bicara tahu kalau Kamu pintar. Sebab, bisa jadi kita dianggap mau pamer kepintaran dan malah dicap orang sombong. Ini adalah bentuk ketidakpahaman. Makanya, bahasa yang baik dan mudah dimengerti adalah syarat utama. 

2. Jangan Bicara dengan Nada Tinggi

Oh, kawan, ini adalah fakta. Kadang kita kalau sedang terjebak dalam zona tidak nyaman, dalam keadaan marah, gelisah, pusing, kita acapkali meminta bantuan ke orang lain. Sayangnya, karena kita dalam luapan jiwa yang kurang dingin, kerap juga nada bicara yang kita sampaikan terlalu tinggi. 

Iya, paham. Ini ada masalah dan harus selesai sesegera mungkin. Tapi, kalau minta saran ke orang lain, kita sebaiknya dinginkan dulu diri kita. Biar masalah kita, tidak bertambah dan menjadi masalah baru bagi orang yang kita minta bantu. 

Misalkan, "Bro! Tolong saya, tolong. Saya sedang dilanda musibah. Kamu ada di mana. Tolong cepat ke sini," itu contoh kita minta tolong lantaran sepeda motor kita mati kehabisan bensinnya waktu dini hari di jalan yang sepi dan banyak pocong. 

Lima menit berselang, kita misal tanya lagi lewat telepon. "Keparat. Lama amat sih, lho. Ini sudah pagi jam 2. Dan lo belum datang. Bisa cepat tidak? Lelet amat sih dimintai pertolongan!" Padahal, temannya sudah ada di tengah perjalanan, nyetir motornya satu tangan. Sebab, satu tangannya memegang bensin. Udah melarat, minta tolong, marah-marah. Ini contoh kurang baik. 

3. Jangan Bicara Terlalu Cepat

Informasi yang tidak utuh didengar, orang lain kebingungan menangkap perkataannya, salah satunya karena kita kerap bicara terlalu cepat. Padahal, ini bukan pandusiar sepak bola. Maka, alangkah baiknya nada bicara kita diatur dulu. Pelan-pelan, yang penting tepat sasaran.

Nah, itulah tiga hal yang harus kita ingat dan terapkan ketika mau bicara atau komunikasi dengan orang lain. 

Ahmad Zubairi