Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Riva Khodijah
Ilustrasi anak kecil menangis (freepik.com/bearfotos)

Mungkin kamu pernah mendapati ada pasangan yang sudah tidak saling cinta, bahkan salah satunya berselingkuh, namun pasangannya masih tetap bertahan ‘demi anak’. Begitu pula hubungan yang sudah diwarnai dengan kekerasan, tapi keduanya tetap bersikukuh untuk bertahan dengan alasan kebahagiaan anak.

Meski memiliki niatan yang mulia, yakni agar anak bisa mendapat pengasuhan dari kedua orangtua, tapi sebenarnya keputusan seperti ini berisiko, lho. Disadur dari brightside, berikut akan dijelaskan beberapa hal buruk yang dapat terjadi apabila pasangan yang tidak bahagia tetap bertahan ‘demi anak’. Terus ikuti ulasannya, ya!

1. Anak selalu dalam keadaan takut

Walaupun orangtua sudah berusaha menjaga agar tidak bertengkar di depan anak, anak bisa merasakan suasana yang tidak menyenangkan atau ketegangan antara ayah dan bundanya, lho. Ini membuat anak takut apa yang dilakukannya bisa memicu orangtuanya pisah. Mereka juga khawatir jika nanti harus memilih salah satu di antara orangtuanya.

Bisa dibayangkan, dong, tekanan yang dialami anak karena terus-menerus merasakan takut? Selain ia bisa tumbuh jadi anak yang tidak punya inisiatif, anak pun jadi cenderung rewel.

2. Anak tidak merasa aman atau disayang

Banyak orangtua yang mengira karena anak masih kecil jadi tidak mengerti apa yang sedang terjadi antara orangtuanya. Padahal, sebenarnya anak bisa merasakan ketidakbahagiaan yang dirasakan ayah bundanya.

Hal ini akan membuat mereka tidak merasa aman dan disayang oleh orangtuanya jika ayah bundanya sering bertengkar atau tidak akur. Mereka akan selalu diliputi pertanyaan dan kekhawatiran apakah nanti orangtuanya bakal berpisah atau tetap bersama.

3. Gangguan kesehatan dan psikologis

Berdasarkan studi, anak yang tinggal bersama orangtua yang sering mengalami konflik akan selalu dalam keadaan stres. Dan ini memicu ketidakseimbangan hormon, mempercepat detak jantung, kesulitan tidur, serta gangguan psikologis misalnya depresi.

4. Anak mencontoh yang tidak baik

Orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Saat anak melihat bahwa orangtuanya selalu bertengkar dan tidak bahagia di pernikahan mereka tapi tetap bersama, mereka menyimpulkan bahwa kebahagiaan diri sendiri itu tidak penting.

Mereka akan berpikir tidak berhak untuk merasa bahagia dan mereka seharusnya berkorban demi anak-anak mereka jika rumah tangga mereka nanti pun memiliki masalah yang sama. Hal ini yang kemudian akan menciptakan lingkaran setan.

Dengan uraian tadi semoga bisa jadi bahan pertimbangan bagi orangtua yang sudah tidak memiliki pernikahan bahagia tapi memaksakan bertahan ‘demi anak’. Ingat, lho, anak akan bahagia bila orangtuanya pun bahagia.

Video yang mungkin Anda suka:

Riva Khodijah