Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Tim Yoursay
Ilustrasi uang (Pexels/@ahsanjaya)

Merencanakan keuangan bukan cuma wajib dilakukan oleh orang-orang yang sudah mempunyai penghasilan sendiri. Sejak kuliah, mahasiswa sebaiknya sudah bisa mengatur keuangan, agar uang tidak habis secara percuma.

Sebagai acuan bagi mahasiswa, berikut tips merencanakan keuangan sejak dini yang bisa dilakukan, seperti dilansir dari Finansialku.

Perencanaan Keuangan Bagi Mahasiswa

Masa-masa transisi dari siswa sekolah menjadi mahasiswa seringkali disertai dengan anggapan bahwa kita sudah mampu untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Alhasil, aturan yang diterima dari orang tua menjadi lebih longgar dibandingkan saat masih sekolah.

Kebebasan ini memiliki dampak pada kehidupan kita, bahkan seringkali mempengaruhi kondisi keuangan. Ada kebiasaan yang seringkali mahasiswa lakukan menyebabkan sulit untuk menabung dan boros, seperti apa sajakah itu?

1. Terlalu Banyak Jajan

Mulai dari jajan makanan hingga belanja pakaian, pilihan makan dan belanja bervariasi dari kantin hingga mall di sekitar kampus.

Tidak seperti saat sekolah yang mengenakan seragam, membuat mahasiswa harus memiliki pakaian yang bervariasi untuk ke kampus, agar tidak bosan dan tentu saja mengikuti tren. Kegiatan jajan yang tidak direncanakan dengan baik dapat mempengaruhi kondisi keuangan, bahkan menyebabkan latte factor.

Meskipun dalam satu transaksi nominalnya mungkin masih terjangkau, tapi jika dalam sebulan dilakukan rutin, total pengeluaran bisa sangat besar. Sebagai contoh, jika setiap hari kamu jajan kopi seharga Rp 25.000, dalam sebulan kamu akan mengeluarkan sebesar Rp 500.000.

Padahal nominal tersebut bisa kamu gunakan untuk berbagai hal seperti modal usaha, beli saham Bank BRI, dan lain-lain.

BACA JUGA: Yoursay Class New Year, New Financial Habit: Belajar Bareng Seputar Pengelolaan Keuangan

2. Pergaulan yang Mahal

Saat kuliah, pergaulan kita bisa sangat luas, bukan hanya terbatas pada teman jurusan yang sama. Kita bisa berkenalan dengan teman dari jurusan lain, teman kegiatan kemahasiswaan, atau bahkan dari kampus lain.

Semakin banyak lingkaran pergaulan, maka semakin banyak jenis perkumpulan yang kita temui, seperti berkumpul di mall, café, atau bahkan pesta di akhir pekan.

Meskipun memiliki banyak relasi itu baik, tetapi kita juga harus memperhatikan kondisi keuangan kita. Jangan sampai kita harus mengorbankan uang bulanan dari orang tua untuk ikut serta dalam pergaulan.

3. Travelling Tanpa Rencana

Saat kuliah, kita akan mendapatkan kepercayaan oleh orang tua untuk pergi berlibur bersama teman-teman. Jika liburan sudah direncanakan dengan baik dan dipersiapkan jauh-jauh hari, pasti tidak mempengaruhi keuangan.

Tidak mesti pergi jauh ke luar kota atau luar negeri, liburan mungkin hanya ke luar kota. Namun jika kamu lakukan secara spontan dan tanpa rencana, tentu tidak baik untuk dompet. Walaupun liburan dengan gaya backpacker, tetap perlu ada rencana, terutama dalam hal keuangan.

Langkah Perencanaan Keuangan Mahasiswa

ilustrasi uang 100 ribu (pexels/Ahsanjaya)

Tentu saja kita selaku mahasiswa sudah saatnya untuk mengubah mindset yang positif terhadap keuangan. Jangan sampai kebiasaan buruk di atas justru berdampak negatif terhadap budget.

Akan tetapi, niat tanpa tindakan nyata adalah satu hal yang sia-sia. Percuma jika kita membangun mindset positif dan membuat rencana keuangan jika tidak diikuti dengan tindakan. Lalu apa saja

Langkah yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa dalam merencanakan keuangan pribadi?

1. Buat Daftar Pengeluaran Setiap Bulan

Langkah yang pertama ialah membuat daftar pengeluaran bulanan. Pengeluaran ini meliputi biaya hidup di luar biaya kuliah, yang dapat dibagi menjadi pengeluaran rutin dan tidak rutin.

Contoh pengeluaran rutin atau wajib adalah biaya kos, makan, dan transportasi ke kampus, sedangkan pengeluaran tidak rutin seperti biaya fotokopi materi kuliah, hangout dengan teman, nge-date dengan pacar, dan lain-lain.

Untuk yang menerima uang bulanan dari orang tua, bisa memperkirakan berapa minimum yang dibutuhkan setiap bulan dengan melihat pengeluaran rutin atau wajib. Jika jumlah yang dibutuhkan melebihi pendapatan uang bulanan, maka perlu ada revisi untuk cashflow.

Konsepnya sederhana, bisa mengurangi pengeluaran atau mencari penghasilan tambahan.

2. Alokasikan Anggaran Hiburan

Setelah membagi pengeluaran, kamu juga perlu membuat pos untuk pengeluaran hiburan. Ini berbeda dengan pengeluaran tidak rutin di atas, karena untuk hiburan ini tidak pasti dilakukan setiap bulan namun jika dikeluarkan nominalnya cukup besar.

Contohnya adalah biaya untuk travelling atau berlibur. Dengan mengalokasikan anggaran ini, kita bisa membantu untuk menjaga agar pos pengeluaran lainnya tetap stabil.

Pembagian anggarannya bisa dipisahkan dari rekening operasional biasa dan bisa menerapkan sistem amplop dengan membuat anggaran untuk liburan setelah mengalokasikan anggaran untuk pengeluaran rutin setiap bulan.

3. Buat Dana Darurat

Sama pentingnya dengan pos liburan adalah menyiapkan dana darurat. Dana darurat penting untuk siap digunakan pada kondisi darurat yang membutuhkan pengeluaran dana dengan cepat. Meskipun saat ini masih ditanggung oleh orang tua, jangan menjadikan keluarga sebagai sumber dana darurat.

Dana darurat ini harus disimpan dalam instrumen yang mudah diakses seperti tabungan yang terpisah dari tabungan operasional.

Untuk menambah kedua pos pengeluaran tersebut di atas, ada baiknya juga menambah anggaran untuk investasi. Mulai dengan nominal yang terjangkau dan tingkatkan perlahan-lahan seiring waktu.

4. Susun Cashflow Bulanan

Menyusun arus kas sebenarnya tidak terlalu sulit. Setelah melakukan dua langkah sebelumnya, kamu bisa langsung melanjutkan dengan menyusun arus kas bulanan sendiri.

Komponen utama dalam penyusunan arus kas ialah mengetahui berapa pengeluaran dan pendapatanmu setiap bulan. Penting untuk memastikan bahwa arus kas berada dalam posisi positif, artinya pendapatan lebih besar daripada pengeluaran.

Jika ternyata sebaliknya, maka kamu harus mengkaji ulang arus kas yang sudah dibuat.

Investasi Sejak Kuliah, Pensiun Muda Kemudian

Ilustrasi mahasiswa (pexels/Buro Millennial)

Siapa sih yang tak ingin pensiun di usia muda? Eitss, pensiun di sini bukan berarti berhenti produktif, melainkan mencapai kebebasan finansial sehingga bekerja tidak lagi sebatas untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dengan memulai melakukan perencanaan keuangan hingga berinvestasi sejak muda, dapat mempercepat pertumbuhan aset yang dimiliki dan mewujudkan kebebasan finansial dari hanya sekadar impian.

Jika ingin pensiun pada usia normal, maka alokasi yang perlu disiapkan akan lebih sedikit jika dibandingkan jika baru mulai disiapkan ketika sudah bekerja.

Sementara itu, saat belum memiliki tanggungan adalah momentum emas untuk berinvestasi dengan maksimal. Namun, situasi berbeda ketika sudah memiliki keluarga dan anak, tentu ada banyak pengeluaran lain yang perlu dipenuhi.

Tim Yoursay