Ada yang pernah dengar istilah belahlah dadaku, ada namamu? Huek, kepeseng haha! Kalimat tadi merupakan gombalan atau rayuan dari zaman old yang masih bisa kita temui. Gombalan tadi biasanya dituturkan kepada seorang istri ketika suaminya berbuat salah, huhu.
Ah, berbicara soal istri, dalam Bahasa Jawa ada beberapa penyebutan untuk istri ditinjau dari penggunaan linguistik tingkatan bahasanya seperti yang dijabarkan dalam Pepak Basa Jawa. Untuk linguistik Bahasa Ngoko, sebutannya adalah:
- Bojo, atau
- Sisihan.
Lalu untuk linguistik Krama Madya, sebutannya adalah:
- Semah.
Sedangkan dalam linguistik Krama Inggil, sebutannya menjadi:
- Garwa.
Meski lebih merujuk kepada kata ganti istri, penggunaan bojo, sisihan, dan garwa juga bisa dipakai untuk suami. Toh memang maknanya adalah pasangan suami istri kok. Sedangkan untuk semah, istilah ini bisa juga menjadi kata ganti menikah seperti kalimat:
- Panjenengan sampun semah? (Kamu sudah menikah?)
Nah, kali ini kita akan membahas istilah garwa yang terkesan lebih sopan, lebih puitis, dan tentunya lebih romantis. Tapi kembali lagi ke masing-masing pendapat ya. Ada kok yang menggunakan istilah Bojo-ku, dan lainnya.
Kalau Menurut Kamus Besar Bahasa Jawa Indonesia, Garwa memiliki makna:
1. Pemarah,
2. Istri. Namun, ada beberapa pengelompokannya lagi yaitu:
- Garwa Ampil, atau selir,
- Garwa Ampeyan, juga selir,
- Garwa Paminggir, selir lagi,
- Garwa Padmi, yakni permaisuri.
Meski memang pengelompokan kata garwa seperti di atas kurang dimunculkan dalam percakapan harian, karena kata garwa saja sudah cukup sebagai kata ganti istri sih.
Kata Garwa juga ditemukan dalam bab Keratabasa dalam buku Pepak Basa Jawa yang merujuk pada sebuah akronim dan mengandung unsur guyonan sekaligus fakta. Kata garwa disini merupakan singkatan dari frasa sigarane nyawa, atau belahan nyawa. Kata simpelnya ya belahan jiwa deh.
Meski sering digunakan dalam karya seni atau karya tulis berbahasa Jawa, kata garwa juga dipakai dalam percakapan sehari-hari lho. Tentunya percakapan dalam linguistik bahasa Krama, kalau dalam linguistik bahasa Ngoko, cukup menggunakan kata bojo, atau sisihan.
Entah kebetulan entah disengaja nih, bukankah lewat sigarane nyawa yang disingkat garwa tadi merupakan wujud kasih sayang terbesar seorang suami kepada istrinya. Maklum, kebanyakan suami tsundere biasanya.
So, menurutmu gimana?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Tag
Baca Juga
-
Bertualang Seru Penuh Kejanggalan Lewat Cerpen Misteri Hutan Larangan
-
Novel Salah Asuhan: Hagemoni Kolonial, dan Keegoisan Pribumi
-
Banda Neira Kembali 'Menghidupkan' Lewat Lagu 'Mimpilah Seliar-liarnya'
-
Daytime Star: Art Dewa, Karakter Green Flag, Klise Tapi Bikin Penasaran
-
Ulasan Novel Life After You: Keikhlasan dan Cinta Sejati dalam Situasi Perang
Artikel Terkait
-
Jangan Asal Sebut 'Mata' dalam Bahasa Jawa! Beda Istilah, Beda Maksudnya
-
Besar di Jakarta, Carissa Perusset Belum Juga Lancar Berbahasa Indonesia
-
Esensi Holopis Kuntul Baris, Gotong Royong dan Ajang Bertukar Pendapat!
-
Bukan Tak Mau Nafkahi, Bantuan Anak-Anak Malah Ditolak Pak Tarno
-
Profil 9 Istri Soekarno, Pasangan ke-6 Baru Saja Didenda Miliaran karena Pecat Karyawan
Lifestyle
-
Realme 15 Pro Rilis 24 Juli, Berikut Bocoran Spesifikasi dan Fitur Utamanya
-
Bye Mata Panda, Ini 4 Pilihan Eye Cream Harga Murah di Bawah Rp50 Ribuan!
-
7 Rekomendasi HP Flagship dengan Kamera Telefoto Periscope Terbaik 2025
-
Anti Mati Gaya saat Traveling dengan 5 Outfit Stylish ala Michelle Ziudith
-
4 Inspirasi Smokey Eye Makeup yang Stunning ala Member aespa, Eye-Catching!
Terkini
-
Review Toko Jajanan Ajaib Zenitendo: Atasi Reading Slump dalam Sekali Duduk
-
Persita Tangerang Terus Bangun Kekompakan, Carlos Pena Buka Suara
-
Ulasan Buku Anak-Anak Kota Lama: Potret Sosial dalam Latar Budaya yang Beragam
-
Gaung Gamelan: Simfoni Ratusan Penabuh Gamelan Membuka Yogyakarta Gamelan Festival ke-30
-
Manga Hirayasumi Umumkan Adaptasi Anime dan Live Action Sekaligus