Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Tika Maya Sari
ilustrasi kopi dan buku (Pixabay/Engin_Akyurt)

Kala membuka-buka buku sakti berjudul Pepak Basa Jawa, saya pun tertuju kepada kata dangu yang muncul dalam berbagai materi yang agak berjauhan. Pun dalam berbagai percakapan sehari-hari baik dengan tingkatan linguistik Bahasa Ngoko maupun Bahasa Krama, istilah ini begitu familiar tetapi cantik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Jawa Indonesia, kata dangu memiliki arti:

  1. Bunga aren, dan
  2. Lama.

Sementara itu, dalam Pepak Basa Jawa, istilah dangu berhasil saya temukan dalam babtetuwuhan pada sub-bab arane kembang. Dangu sendiri bermakna bunga aren disini.

Kemudian, pada bab Wangsalan atau tebak-tebakan yang mampu berdiri sebagai slang ciamik, saya berhasil menemukan kalimat:

  • Sekar aren, sampun dangu-dangu. (Sudah lama-lama). Yang mana, wujudnya belum dimodifikasi alias masih berwujud semula.

Walau begitu, kita bisa berimproviasi dan unjuk kreativitas kok. Toh, memang pada dasarnya selain tebak-tebakan, kita bisa membuat slang atau majas baru. Seperti contoh:

  • Sekar aren, ajenge nyuwun sangu (hendak meminta uang saku).

Sedangkan dalam tingkatan linguistik Bahasa Krama, dangu bermakna lama. Contohnya bisa seperti:

  • Sampun dangu kok mboten ketingal, wonten punapa nggih? (Sudah lama kok nggak kelihatan, ada apa ya?).

Tetapi kalau dalam tingkatan linguistik Bahasa Ngoko, wujudnya berubah menjadi suwi atau suwe. Contohnya bisa seperti:

  • Dienteni kok suwi banget? Kepeseng to? (Ditungguin kok lama banget? Kebelet berak ya?).

Nah, bakal beda arti kalau katanya berimbuhan dan menjadi ndangu yang artinya tanya. Kata ndangu ini telah berada dalam tingkatan linguistik Bahasa Krama inggil ya, dan versi lainnya adalah nyuwun pirsa. Contohnya bisa seperti:

  • Cobi ndangu warga lokal, ingkang pundi griyanipun Pak Bagio (Coba tanya ke warga lokal, yang mana rumahnya Pak Bagio),
  • Ngapunten Paklik, kulo ajenge nyuwun pirsa (Permisi, Paman, saya hendak bertanya).

Sedangkan dalam tingkatan linguistik Bahasa Krama Madya atau tengahan, wujudnya menjadi taken, atau tangklet. Contohnya bisa seperti:

  • Njajal tangklet Pak RT riyin to, Kang? (Cona tanya ke Pak RT dulu, Kang/Kak?),
  • Taken ibuk kono lho, aja ruwet! (Tanya ibu sana lho, jangan ruwet!).

Lalu, untuk versi tingkatan linguistik Bahasa Ngoko, wujudnya adalah takon. Contohnya bisa seperti:

  • Aku takon Masku, bener ngene ngitunge akar pangkat (Aku tanya Masku, bener gini ngitungnya akar pangkat).

Jadi, kata dangu bukan hanya sekadar satu atau dua makna, melainkan bisa selebar ini,  haha. So, menurutmu gimana?

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tika Maya Sari