
Frasa gugur bukanlah frasa asing, alias sering kita temui dalam percakapan sehari-hari, baik dalam Bahasa Jawa sekalipun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Jawa Indonesia, Gugur memiliki makna:
- Tergesa-gesa atau gugup,
- Tidak sah atau batal,
- Gugur atau jatuh, dan juga
- Mati di medan perang.
Namun, dari sumber ini saya juga menemukan frasa gugur gunung yang bermakna gotong royong. Hal ini selaras dengan makna yang saya temukan dalam buku Pepak Basa Jawa.
Gugur gunung sendiri memanglah suatu slang dalam Bahasa Jawa yang mengacu pada kegiatan gotong royong dalam suatu pekerjaan. Baik memanen hasil sawah dan ladang, melakukan kerja bakti, bersih-bersih desa, maupun bahu-membahu melakukan proyek pembangunan dengan sukarela.
Masyarakat menyumbangkan tenaga mereka, dan ada sebagian yang menyajikan minum, umumnya berupa kopi, tetapi ada juga yang berupa teh, air putih, maupun minuman es. Ada juga yang memberikan hidangan snack berupa jajanan pasar hingga gorengan.
Meski gugur gunung telah mewakili wujud gotong royong sebagai representasi nilai sosial masyarakat, rupanya ada beberapa istilah lain yang memiliki arti serupa lho! Seperti frasa saya (dibaca soyo), dan juga sambatan.
Frasa saya dan sambatan dalam dialek yang saya gunakan kerap mengacu pada gotong royong membangun rumah, atau memperbaiki jembatan. Lho, memangnya nggak pakai jasa tukang?
Tentunya tetap memakai jasa tukang dan kuli. Namun, rupanya masyarakat juga ikut bahu-membahu membantu pekerjaan tukang kok. Biasanya, mereka bantu menggergaji, bantu memaku, atau bahkan sekadar absen kehadiran. Wuah, pokoknya selalu ramai dan penuh akan nilai kebersamaan yang diisi dengan sukacita dan cerita-cerita khas bapak-bapak. Sementara itu, ibu-ibu yang menyiapkan hidangan.
Tetapi ada juga momentum ibu-ibu yang bantu menyumbang bahan makanan ke empunya rumah yang dikerjakan lho. Umumnya berupa sembako sih, seperti beras, gula pasir, minyak goreng, kopi, sampai mie kuning kemasan besar. Mantap pokoknya!
Nggak hanya sekadar frasa saja, gugur gunung rupanya diadaptasi menjadi lagu campursari berjudul Gugur Gunung karya Tjokro Warsito lho!
Lagu ini menyampaikan momentum gugur gunung yang penuh sukacita, dan penuh rasa legowo alias sukarela demi menyelesaikan pekerjaan bersama. Seakan mengangkat kebudayaan gotong royong yang telah mengakar dalam masyarakat kita, hingga saat ini.
So, menurutmu gimana?
Baca Juga
-
Review Serena: Story Berat, Art Cakep, dengan Tension yang Menembus Layar
-
Yen Ing Tawang Ana Lintang: Rindu Menggila di Bawah Langit Penuh Bintang
-
Manhwa The Count's Secret Maid: Konflik Berat dengan Eksekusi Plot Bikin Penasaran
-
The Male Lead is A Murderer: Tema Klise yang Sukses Bikin Senam Jantung!
-
Blaka Suta: Kejujuran dalam Daily Life dan Hukum Tabur Tuai Lintas Generasi
Artikel Terkait
-
15 Ucapan Paskah Bahasa Jawa 2025: Menyentuh Hati & Penuh Berkah!
-
Kekuatan Gotong Royong: Desa Ini Buktikan Bisa Cor Jalan Tanpa APBD!
-
Blaka Suta: Kejujuran dalam Daily Life dan Hukum Tabur Tuai Lintas Generasi
-
Struktur Kata 'Ampil' Bahasa Jawa, Bisa Jadi Subjek, Predikat, Hingga Objek
-
Langgam 'Kuncung' Didi Kempot, Kesederhanaan Hidup yang Kini Dirindukan
Kolom
-
Langkah Kecil Bandung: Mengguncang Dunia dan Membangun Solidaritas Global
-
Ki Hadjar Dewantara: Dari Pejuang Kemerdekaan Menjadi Bapak Pendidikan
-
Memoar Aktivisme Politik Ki Hadjar Dewantara Melalui Pendidikan
-
Kolaborasi Lintas Sektor dalam Perpaduan Kedai Kopi dan Toko Buku
-
Wamenaker Sidak Penahanan Ijazah: Aksi Heroik atau Salah Panggung?
Terkini
-
Makin Panas! Media Vietnam Soroti 3 Keputusan Aneh Thailand di SEA Games 2025
-
Piala AFF U-23: Peluang Jens Raven Buktikan Kualitasnya di Skuad Garuda
-
Ngobrol Santai Soal Pendidikan Indonesia dalam Buku Kopi Merah Putih
-
7 Drama China yang Dibintangi Su Xiao Tong, Ada Young Blood
-
Sinopsis Phule, Film Biopik India Dibintangi Pratik Gandhi dan Patralekha