Dalam percakapan sehari-hari dalam Bahasa Jawa, saya kerap menemukan istilah Pareng, dan bahkan acap kali menggunakannya. Karena memang istilah ini familiar dan masih lestari hingga saat ini. Namun, ketika ditanya apa maknanya, maka harus dijelaskan panjang lebar nih, haha.
Oke, yuk gas kita bahas apa itu Pareng.
Menurut Kamus Besar Bahasa Jawa Indonesia, Pareng memiliki makna:
- Bersama,
- Pamit, undur diri, izin, dan
- Boleh.
Walau memiliki beberapa makna yang berjauhan, Pareng tetap bisa diprediksi maknanya lewat kalimat yang mengiringinya kok. Seperti berikut ini:
1. Untuk yang bermakna bersama
Dari penjelasan Kamus Besar Bahasa Jawa Indonesia, kata Pareng kemudian berpecah menjadi marengi, parengan, dan peparengan.
Marengi di sini berarti kebetulan, maupun kebetulan bersama dengan. Meski saya tidak familiar dengan istilah ini sih. Contohnya bisa seperti:
- Aku teka omahe Simbah marengi karo Dek Fikri (Aku sampai di rumahnya kakek/nenek bersamaan dengan Dek Fikri).
Untuk kata Parengan, saya juga kurang familiar. Tapi saya kerap pakai keparengan yang bermakna kebetulan. Oh ya, istilah ini termasuk istilah sopan ya, dan masuk dalam linguistik Bahasa Krama. Contohnya bisa seperti:
- Keparengan panjenengan mriki, monggo dhahar tape ketan. Kula wau nembe ndamel (Kebetulan kamu kesini, ayo makan tape ketan. Aku tadi baru bikin).
Peparengan di sini bermakna sebaya atau sama umurnya. Istilah ini juga termasuk istilah sopan lho. Contohnya bisa seperti:
- Mbakyu kula niku peparengan kaliyan Marion Jola, sami kelairan taun 2000 (Kakak perempuan saya itu sebaya sama Marion Jola, sama-sama kelahiran tahun 2000).
2. Untuk yang bermakna pamit, undur diri, dan izin
Pareng di sini digunakan untuk undur diri dari suatu acara, atau pamit kepada orang lain dalam tingkatan linguistik Bahasa Krama. Contohnya bisa seperti:
- Sampun nggeh, Budhe, kulo pareng rumiyin (Sudah ya, Budhe, saya izin dahulu),
- Pareng, Mbak (Pamit, Mbak). Biasanya ini dipakai oleh pembeli yang hendak meninggalkan toko setelah selesai berbelanja.
3. Untuk yang bermakna boleh
Pareng di sini wujudnya bisa berubah tergantung pada tingkatan linguistik bahasa.
Untuk linguistik Bahasa Ngoko, wujudnya adalah oleh. Contohnya bisa seperti:
- Ora oleh tumbas es, mengko pilek (Nggak boleh beli es, nanti pilek),
Untuk linguistik Bahasa Krama Madya, wujudnya adalah pareng. Contohnya bisa seperti:
- Mboten pareng maem sing pedes ya (Nggak boleh makan yang pedas ya),
Untuk linguistik Bahasa Krama Inggil, wujudnya menjadi angsal. Contohnya bisa seperti:
- Mboten angsal mundhut artane Simbah (Nggak boleh ngambil uangnya nenek/kakek).
Oke, itulah tadi pembahasan kita mengenai istilah Pareng. So, menurutmu gimana?
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Awang-Awang Telomoyo, Wisata dengan Spot Foto Kaca Instagramable di Magelang
-
Sumber Dana Pembangunan Masjid Al Jabbar dan Biaya Perawatannya
-
Kembar Mayang dalam Pernikahan Adat Jawa, Implementasi Kebudayaan Lokal!
-
Dari Rel Kereta hingga Jalan Tol: Peran Cikampek dalam Mobilitas Nasional
-
Asal Usul Tradisi Apeman di Jawa Tiap Menjelang Ramadan
Lifestyle
-
Hemat Waktu dan Tenaga, Ini 7 Cara Efektif Membersihkan Rumah
-
4 Cleanser Korea dengan Kandungan Yuja untuk Wajah Sehat dan Glowing
-
Totalitas Tanpa Batas: Deretan Aktor yang Rela Ubah Penampilan Demi Peran
-
5 Ide Mirror Selfie ala Ji Chang Wook, Kunci Tampil Cool dan Karismatik!
-
5 Kegiatan Seru buat Mengusir Rasa Sepi di Yogyakarta
Terkini
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Rilis Trailer, Film Alas Roban Kisahkan Teror Mistis di Hutan Angker
-
Takut Kehilangan Lagi, King Nassar: Surga Aku Tinggal Mama!
-
Pikir Dua Kali Sebelum Menebang Pohon, Ini 5 Dampak yang Sering Diabaikan
-
Konflik Memanas, Ari Lasso Gandeng Pengacara untuk Hadapi Ade Tya