Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Tika Maya Sari
ilustrasi buku kosong (Pixabay/Pexels)

Saat sedang mencari inspirasi guna menulis artikel, saya justru merasa buntu. Ditambah lagi dengan berbagai aktivitas yang cukup menyita waktu, sehingga waktu istirahat terpakai untuk betulan istirahat, hehe. Hingga, saat melihat tumpukan sampah yang menggunung, saya seketika berbisik: ‘Marai sepet!

Langsung saja saya terlonjak dan seakan menemukan inspirasi. Oh iya, kata sepet ini bagus untuk dikulik nih!

Sepet sendiri merupakan kata yang familiar dan biasa dipakai dalam percakapan bahasa Jawa. Dalam Kamus Besar Bahasa Jawa Indonesia, sepet memiliki makna yaitu:

  1. Rasa kelat, seperti rasa buah pinang, atau pisang mentah,
  2. Rasa tidak nyaman di mata, biasanya karena kelilipan atau sakit mata, dan
  3. Sabut kelapa.

Umumnya, sepet kerap dipakai untuk menyebut suatu rasa dari buah yang belum masak. Jadi, sensasinya menggigit di lidah tetapi agak pahit. Meski begitu, beberapa guyonan pun tercipta dari kata sepet ini lho. Seperti salah satu pantun yang saya temukan dalam buku Pepak Basa Jawa berikut:

  • Sepet-sepet sawone mentah, diempet-empet selak ora betah (Sawo mentah rasanya sepet/kelat, ditahan-tahan sudah nggak betah). Umumnya, guyonan ini dipakai untuk yang sedang kebelet pipis atau buang air besar, haha.

Lalu, sepet juga bisa digunakan untuk mendefinisikan rasa tidak nyaman di mata, akibat kelilipan. Seakan-akan, mata kita terasa kotor karena kena debu. Yah semacam itu lah. Contoh kalimatnya bisa seperti:

  • Mripatku sepet mergo kelilipan (mataku nggak nyaman karena kelilipan).

Kemudian, sepet juga bermakna sabut kelapa yang mampu dimanfaatkan menjadi beragam keperluan. Pada generasi lama, sabut kelapa bisa diolah menjadi alat pencuci piring, yang sekarang telah diganti oleh spons pencuci. Ada juga yang diolah menjadi sapu dan dinamai sapu sepet. Popularitasnya kemudian mulai digantikan oleh sapu ijuk sih, walau masih ada beberapa yang lebih menyukai sapu sepet.

Saya sendiri lebih menyukai sapu sepet karena unsur estetiknya. Sebab, sapu sepet seakan menjelma menjadi mesin waktu dan membawa kita pada kehidupan khas masa lampau, haha.

Walau sepet sebenarnya adalah kata verba dan pendefinisi rasa, rupanya dalam beberapa percakapan sehari-hari, sepet mampu menjelma slang tersendiri. Sepet dipakai sebagai kata ganti muak, bosan, atau stres dengan efisiensi yang lebih halus. Contohnya bisa seperti:

  • Penggawean okeh banget ora rampung-rampung, marai sepet! (Pekerjaan banyak banget nggak selesai-selesai, bikin stres!)
  • Kowe meneh?! Sepet aku! (Kamu lagi?! Muak aku!)
  • Biyuh, sepet anggonku ngenteni bocah iki dandan, bisa setahun dhewe! (Waduh, bosan aku nungguin anak ini dandan/bersiap, bisa setahun sendiri/lama banget).

Itulah tadi beberapa pembahasan kita mengenai sepet yang multifungsi dan cocok dengan kalimat apa saja. So, menurutmu gimana?

Tika Maya Sari