Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Tika Maya Sari
ilustrasi buku catatan (Pixabay/mylns65hoasphn)

Perut merupakan bagian tubuh manusia maupun hewan yang berisi berbagai organ vital. Selain sebagai bagian dimana saluran pencernaan bekerja, perut juga mampu menjadi guyonan unik dalam Bahasa Jawa lho!

Penasaran? Yuk gas kita bahas!

Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi perut adalah:

  1. Bagian tubuh di bawah rongga dada,
  2. Alat pencernaan makanan di dalam rongga, di bawah ronga dada,
  3. Kas makanan,
  4. Bagian yang terdapat di tengah atau di dalam suatu benda,
  5. Kandungan atau rahim, dan
  6. Barang apa saja yang rupa atau bentuknya menyerupai perut.

Secara gamblang saja, perut merupakan suatu bagian tubuh yang menyimpan berbagai organ seperti usus halus, usus besar, usus 12 jari, empedu, pankreas dan lain sebagainya. Di dalam perut itulah, sistem pencernaan dilaksanakan. Dan khusus bagi wanita, perut juga dilengkapi dengan rahim yang berperan besar sebagai organ reproduksi lho.

Dalam bahasa Jawa, pada tingkatan linguistik Bahasa Ngoko, perut disebut weteng. Contoh kalimatnya bisa seperti:

  • Wetengku wareg, aku nembe mangan pitung piring (Perutku kenyang, aku baru makan tujuh piring).

Sedangkan pada tingkatan linguistik Bahasa Krama, wujudnya berubah menjadi padharan. Contoh kalimatnya bisa seperti:

  • Padharanipun Simbah diparingi minyak angin supados anget (Perutnya kakek/nenek diberi minyak angin supaya hangat).

Namun meski demikian, dalam literatur Bahasa Jawa, perut justru dijabarkan lewat singkatan yang berhasil mengocok perut. Asli lucu dan nyeleneh tetapi, ada benarnya. Frasanya menjadi: Weteng, ruwet tur peteng.

Hal ini mengacu pada keberadaan usus halus, usus besar, usus 12 jari, dan beberapa organ lain. Kalau dianalogikan, barangkali perut seperti suatu ruang dengan berbagai benda yang berdesak-desakan. Sehingga frasa ruwet tur peteng atau ruwet/berdesakan dan juga gelap ada benarnya. Toh, dalam perut kita memang nggak ada lampunya.

Kemudian untuk kasus kehamilan, ini juga ada frasa uniknya lagi. Dalam bahasa Jawa, hamil disebut meteng, yang lalu melahirkan frasa: Meteng, nggremet nggowo weteng. Frasa ini secara harfiah bermakna berjalan hati-hati sambil membawa perut.

Toh, umumnya seorang ibu hamil memang berjalan begitu pelan karena perutnya membesar kan? Jadi, frasa ini nggak sepenuhnya salah dan terkadang menjadi guyonan ringan. Lagipula, ibu hamil itu memerlukan perhatian juga lho.

Itulah tadi pembahasan mengenai perut yang gelap dan penuh sesak ala Bahasa Jawa. So, menurutmu gimana?

Tika Maya Sari