Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Tika Maya Sari
ilustrasi buah jambu muda (Pixabay/balouriarajesh)

Pernah dengar istilah kemaruk? Barangkali, kita semua sudah familiar dengan salah satu kata sifat tersebut. Meski selalu disandingkan dengan kalimat yang terkesan negatif, tapi kemaruk itu apa sih sebenarnya?

Bila menengok definisi kemaruk dalam KBBI, maka kita akan disuguhi arti:

  1. Selalu ingin makan, umumnya merujuk pada pasien yang baru sembuh dari sakit,
  2. Selalu ingin selalu berbuat berlebihan dalam berbagai konteks, umumya menyindir orang kaya baru alias OKB, dan
  3. Selalu ingin mendapat bagian paling banyak.

Yah, kata lainnya seperti tamak atau serakah barangkali. Intinya, kata kemaruk ini memang mengandung arti negatif ya, meski dibalut dalam kalimat model apapun.

Namun, berbeda kalau kata kemaruk ini sudah digabungkan dalam kesusastraan Bahasa Jawa yakni wangsalan. Wujudnya akan berubah cantik dan estetik, bahkan memerlukan waktu untuk memproses maksud yang hendak dihaturkan. Penasaran? Yuk gas kita bahas!

Lewat buku Pepak Basa Jawa, saya menemukan frasa cantik seputar kemaruk ini dalam bab wangsalan. Fyi, wangsalan sendiri adalah tebak-tebakan tentang keseharian, tetapi kalimatnya lantas bisa berdiri sendiri sebagai majas yang kuat. Frasa yang saya maksud adalah: 

  • Kembang jambu, kemaruk nduwe sepeda anyar (Kembang jambu, kemaruk - dalam hal ini merujuk ke arah sombong atau pamer - tuh punya sepeda baru).

Lho, apa hubungannya kemaruk sama bunga jambu? Inilah estetikanya.

Masih menurut buku Pepak Basa Jawa dalam bab Tetuwuhan dan sub-bab Arane Kembang, kembang atau bunga dari tanaman jambu disebut karuk.

Sedangkan pada sub-bab Arane Pentil, pentil jambu atau buah jambu muda juga disebut karuk. Baru kalau buahnya sudah masak, sebutannya adalah jambu.

Hal ini nggak terbatas pada jenis maupun spesies jambu ya. Baik itu jambu biji, jambu mete, jambu gelas, jambu kancing, hingga jambu dersono pun sebutannya ya jambu.

Makanya, kata kemaruk dalam frasa tadi sebenarnya mengacu pada inti dari tebak-tebakan yakni bunga atau buah jambu muda tadi. Namun, meski begitu, wangsalan ini nggak terbatas pada satu objek saja kok. Kita bisa memodifikasi kalimat sebebasnya, asalkan katanya mirip. Contohnya bisa seperti:

  • Kembang jambu, nganti muntruk aku ngomongi awakmu (Kembang/bunga jambu, sampai berbusa aku bilang padamu),
  • Sekar jambu, kula tuthuk mengke biru-biru (Kembang/bunga jambu, kupukul nanti biru-biru/memar).

Itulah tadi pembahasan mengenai kata kemaruk dan hubungannya dengan kembang atau bunga jambu. Mungkin agak tidak nyambung karena perbedaan makna secara harfiah, tetapi kalau sudah digabungkan menjadi frasa dan majas, dijamin estetik abis.

Oh iya, umumya wangsalan model beginian terdapat pada langgam campursari, maupun geguritan atau puisi Jawa sih. So, menurutmu gimana?

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tika Maya Sari