Pernah dengar kalimat, "Enak ya, cuma di rumah aja"? Untuk sebagian orang, kalimat itu terdengar biasa. Akan tetapi, untuk mereka yang setiap hari bergulat dengan pekerjaan rumah tangga, ucapan itu bisa menjadi cukup menohok. Karena faktanya, pekerjaan rumah tangga bukan sekadar "aktivitas ringan", melainkan kerja sungguhan yang melelahkan. Bedanya hanya satu: tidak ada gaji, tidak ada cuti, dan sering kali tidak ada apresiasi.
Sering dianggap "bukan kerja"
Masih banyak orang yang menganggap pekerjaan rumah tangga sebagai sesuatu yang ringan, bahkan tidak pantas disebut "kerja". Kalimat seperti "cuma di rumah aja" atau "kan nggak ngantor" sering kali terdengar. Padahal, di balik rumah yang rapi, makanan yang terhidang, dan cucian yang selalu bersih, ada kerja panjang yang melelahkan.
Kalau dipikir-pikir, aneh juga. Seorang karyawan yang bekerja 8 jam sehari dianggap produktif, sementara seorang ibu rumah tangga atau siapa pun yang mengurus rumah bisa bekerja 12–16 jam sehari justru sering dianggap "nganggur". Padahal jelas, keduanya sama-sama mengeluarkan tenaga, pikiran, bahkan emosi.
Rutinitas tanpa henti
Coba bayangkan alur sehari penuh pekerjaan rumah tangga. Pagi hari harus menyiapkan sarapan, menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, menjemur, dan beberes. Siang harus kembali memasak, menyiapkan makan siang, lalu lanjut menyetrika pakaian atau merapikan rumah. Sore hari, rumah harus kembali dibersihkan karena sudah kotor lagi. Malam, dapur harus dirapikan, piring dicuci, dan rumah dipastikan siap untuk esok hari.
Dan itu semua terjadi setiap hari. Tidak ada hari libur nasional, tidak ada cuti tahunan, apalagi bonus akhir tahun. Kalau ada anak kecil, level kesibukan otomatis meningkat. Menemani belajar, menjaga saat bermain, bahkan menemani tidur. Rasanya seperti kerja shift ganda yang tidak pernah selesai.
Lebih berat dari kerja kantoran?
Kalau mau dibandingkan, pekerjaan rumah tangga justru bisa lebih berat daripada kerja kantoran. Bedanya, pekerjaan kantor biasanya punya batas waktu jelas: jam 8 sampai jam 5 sore, atau sesuai aturan perusahaan. Sementara pekerjaan rumah tangga? Jam kerjanya dari subuh hingga larut malam.
Kerja kantoran juga punya "target" yang biasanya bisa diukur: laporan selesai, presentasi beres, proyek tuntas. Sedangkan pekerjaan rumah tangga targetnya nggak pernah selesai. Baru saja mengepel lantai, sebentar kemudian sudah ada noda baru. Baru saja beres cuci piring, tiba-tiba ada piring kotor lagi. Lingkaran setan yang tidak ada ujungnya.
Capeknya jelas terasa. Bedanya, kalau kerja kantoran capeknya dihargai dengan gaji, sedangkan pekerjaan rumah tangga sering dianggap "kodrat" atau "tugas biasa" yang tidak perlu dihargai.
Nilai ekonomi yang besar
Banyak penelitian sebenarnya sudah menegaskan bahwa pekerjaan domestik punya nilai ekonomi tinggi. Misalnya, kalau seluruh pekerjaan rumah tangga dihitung dengan standar upah minimum untuk jasa yang serupa (misalnya: asisten rumah tangga, baby sitter, juru masak, tukang cuci, dan sebagainya), nilainya bisa jutaan bahkan puluhan juta per bulan.
Contoh sederhana:
- Jasa ART per bulan: Rp2–3 juta.
- Jasa pengasuh anak: Rp2–4 juta.
- Jasa laundry: Rp500 ribu–Rp1 juta.
- Jasa catering harian: Rp2–3 juta.
Kalau dijumlahkan, total nilai "kerja domestik" bisa lebih besar daripada gaji banyak pekerja kantoran. Jadi, wajar saja kalau ada kampanye global yang menyerukan agar pekerjaan rumah tangga diakui sebagai unpaid labor alias kerja tidak dibayar, tapi sangat penting.
Dampak psikologis
Hal yang sering luput dibicarakan adalah dampak psikologis dari pekerjaan rumah tangga. Karena sering diremehkan, banyak orang yang menjalani rutinitas ini merasa tidak dihargai. Mereka bekerja keras seharian, tetapi tidak mendapat apresiasi. Rasa lelah akhirnya bercampur dengan rasa minder, bahkan stres.
Padahal apresiasi tidak harus berupa uang. Bisa dimulai dari hal kecil, seperti mengucapkan terima kasih, memberikan waktu istirahat, atau berbagi tugas rumah agar tidak hanya dibebankan pada satu orang saja.
Perlu pembagian yang adil
Di era sekarang, seharusnya kita bisa lebih adil dalam membagi pekerjaan rumah tangga. Tidak lagi menaruh beban hanya pada perempuan atau ibu rumah tangga, tapi menjadikannya sebagai tanggung jawab bersama.
Kalau semua anggota keluarga ikut turun tangan, beban kerja bisa jauh lebih ringan. Selain itu, hubungan dalam keluarga juga jadi lebih sehat. Anak-anak pun bisa belajar mandiri sejak dini, misalnya dengan membereskan mainan sendiri atau membantu hal-hal kecil sesuai usianya.
Menghargai dengan sederhana
Menghargai pekerjaan rumah tangga sebenarnya tidak sulit. Mulailah dengan mengakui bahwa itu adalah kerja sungguhan. Berhenti menggunakan kalimat merendahkan seperti "cuma di rumah aja". Karena tidak ada kata "cuma" dalam pekerjaan yang menopang kehidupan sehari-hari.
Kita juga bisa lebih peka. Kalau lihat seseorang sudah seharian sibuk beberes rumah, tawarkan bantuan atau biarkan mereka istirahat sebentar. Ucapan sederhana seperti, "Makasih ya, rumah jadi nyaman banget", bisa memberi energi luar biasa.
Pekerjaan rumah tangga bukanlah pekerjaan kecil. Ia adalah kerja panjang, melelahkan, dan berharga. Tanpa itu, tidak ada kenyamanan, tidak ada keteraturan, bahkan tidak ada kehidupan sehari-hari yang berjalan normal.
Jadi, sebelum meremehkan atau menganggap enteng pekerjaan domestik, cobalah sehari saja mengerjakannya. Kemungkinan besar, pandangan kita akan berubah. Karena pekerjaan rumah tangga memang kerja sungguhan: sama beratnya dengan kerja kantoran, hanya saja tanpa gaji dan tanpa libur.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Detik-Detik Hati Ayah Affan Kurniawan Hancur: Pulang Kerja Disambut Jeritan 'Abang Meninggal!'
-
Sang Kakak Putar Ulang Video Viral Affan Kurniawan Dilindas Rantis Brimob: Saya Kira Bukan Dia
-
Berduka Ojol Dibunuh Polisi, Sarmuji Golkar Kuatkan Ortu Affan Kurniawan: Insyaallah Husnul Khatimah
-
5 Mobil Lucu dengan Harga Terjangkau Rp60 Jutaan, Cocok untuk Ibu-Ibu Jemput Anak Sekolah
-
Dear Puan Maharani, Keluarga Affan Kurniawan Menunggu Maaf dan Kehadiranmu di Rumah Duka
Lifestyle
-
Tips Mengikuti Demo: Menyuarakan Pendapat Tanpa Mengorbankan Keselamatan
-
4 Toner Sugarcane dengan AHA Alami untuk Kulit Lembap dan Bebas Kusam
-
9 HP Kamera 0,5 Harga 1-2 Jutaan Terbaik 2025, Foto Ramean Jadi Full Team!
-
9 Rekomendasi Casing iPhone Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 30 Ribuan
-
Ketika Media Sosial Jadi Ruang Sastra Baru: Mengupas Fenomena Literasi Pop
Terkini
-
Sinopsis Film Mothernet: Sci-Fi Indonesia yang Tayang Perdana di Busan
-
Meski Lapisan Ozon Normal, Mengapa Pemanasan Global Justru Memburuk?
-
Formasi Futsal dan Logika Kepemimpinan
-
Rumah Eko Patrio dan Uya Kuya Digeruduk, Kekayaan Fantastis Terbongkar hingga Minta Maaf
-
Rakyat Ingin Didengar, Ini Isi Tuntutan '17+8' Demi Demokrasi Indonesia