Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | desy nia sari
Ilustrasi pasar tradisional. [Antara]

Data dari databoks.katadata.co.id menunjukkan bahwa harga barang baku naik dan pasokan bahan baku menjadi terbatas akibat pandemi Covid-19.

Sebanyak 41% UMKM yang melakukan pengiriman bahan baku menjadi terganggu. Sebagian UMKM lainnya mengalami penurunan transaksi penjualan. Selain itu, 96,3% permintaan pasar juga menurun walaupun masih terdapat yang mengalami peningkatan meski hanya sedikit.

Pemerintah menyiapkan startegi yang harus dilakukan agar kehidupan ekonomi dapat terus berjalan, baik di pasar tradisional maupun modern.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan, pasar Tradisional merupakan ujung tombak ekonomi dan pusat distribusi pangan sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.

Oleh karena itu IKAPPI meminta adanya skema perdagangan ulang kepada Kementerian Perdagangan dan ada beberapa hal yang harus dikaji ulang seperti pengoperasian pasar untuk menghindari penumpukan pembeli.

Salah satu pasar tradisonal yang berlokasi di Jl. Komarudin, Cakung sudah mulai dibuka dengan syarat protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. Di Pasar ini sistemnya yaitu Ganji – Genap. Di mana kios yang nomornya ganji akan berjualan di tanggal yang ganji pula begitupun dengan nomor kios yang genap. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya kerumuman di pasar.

Sebelum memasuki wilayah pasar, para pembeli harus dicek dulu suhu tubuhnya dan diberikan hand sanitizer guna untuk mensterilkan diri dan terdapat tempat mencuci tangan diberbagai kios penjual.

Pedagang juga wajib menggunakan masker dan alat pelindung wajah saat melayani pembeli. Masker akan diberikan oleh petugas secara gratis. Selain itu jika pedagang ada yang merasakan tidak enak badan maka tidak melakukan kegiatan jual beli.

Selain ini ada beberapa indikator new normal yang sudah dijelaskan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, mengatakan terdapat beberapa indikator dari WHO dalam rangka skenario new normal di tengah-tengah pandemi Covid-19 yaitu sebagai berikut:

  1. Tidak menambah penularan atau memperluas penularan atau semaksimalnya mengurangi penularan.
  2. Menggunakan indikator sistem kesehatan yakni seberapa tinggi adaptasi dan kapasitas dari sistem kesehatan bisa merespons untuk pelayanan Covid-19.
  3. Menguji seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kerumuman apakah dia berpotensi memiliki Covid-19 atau tidak sehingga dilakukan tes seacra masif.

Dengan adanya ketiga indikator ini, pemerintah akan menempatkan sebuah daerah apakah daerah itu siap atau tidak melakukan new normal.

Kembalinya masyarakat dalam tatanan normal baru diharapkan mampu menghidupkan kembali perekonomian. Salah satunya UMKM dapat kembali pulih dan tumbuh, pelayanan pemerintah menjadi lebih produktif dan belanja pemerintah dapat menaikkan kembali produk domestik bruto. Semoga kita  berhasil dalam era new normal ini.

Oleh: Desy Nia Sari / Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi 2018, Universitas Negeri Jakarta

desy nia sari