Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | eztro goutama
Ilustrasi ekonomi

Saat ini dunia sedang dilanda pandemi Covid-19 yang mulai menyebar pada awal tahun 2020. Dampaknya bukan hanya di beberapa negara, namun seluruh negara mengalami dampak akibat Covid-19. Berbagai aspek kehidupan terganggu karena munculnya pandemi ini, salah satu yang terkena dampak besar adalah aspek ekonomi.

Banyak negara-negara besar mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang membuat stabilitas ekonomi di berbagai negara terdampak, termasuk Indonesia. Adanya pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian di Indonesia bisa dibilang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Namun saat ini, perekonomian diyakini akan semakin membaik pasca pandemi.

Bank Indonesia (BI) meyakini pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19 tahun depan akan lebih baik. Ada alasan mengapa BI begitu optimis. Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2020 akan mulai positif. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8-5,8% pada tahun 2021.

Kinerja ekonomi global terus membaik, sedangkan perekonomian domestik berangsur membaik. Menyikapi perkembangan dan hasil evaluasi tersebut, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day reverse repurchase rate (BI7DRR) pada level 3,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang diselenggarakan pada 16-17 Desember 2020. Mempertahankan suku bunga deposito sebesar 3.000%, sedangkan suku bunga pinjaman pembiayaan sebesar 4,50%.

Selain itu, Bank Indonesia telah melakukan percepatan stimulus fiskal dengan membuka sektor ekonomi yang produktif dan aman COVID-19, memandu kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, melanjutkan stimulus moneter dan langkah-langkah lainnya, memperkuat sinergi kebijakan dan mendukung berbagai kebijakan lebih lanjut.

Membangun sikap optimis terhadap pemulihan perekonomian nasional. Makro-prudensial, mempercepat proses digitalisasi ekonomi dan keuangan. Demikian inti dari Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) Desember 2020 yang diterbitkan pada Senin, 21 Desember 2020.

Kinerja positif yang terus berlanjut dari berbagai indikator pada November 2020 menunjukkan perkembangan tersebut, seperti peningkatan mobilitas masyarakat di beberapa wilayah, perbaikan berkelanjutan PMI manufaktur, peningkatan kepercayaan konsumen, serta ekspektasi pendapatan, kesempatan kerja, dan kegiatan usaha. Ke depan, vaksinasi dan disiplin untuk melaksanakan kesepakatan Covid-19 menjadi prasyarat bagi proses pemulihan ekonomi nasional.

Dengan kondisi tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai berkembang secara aktif pada triwulan IV tahun 2020, pada kisaran -1% hingga -2% pada tahun 2020, dan selanjutnya meningkat pada kisaran 4,8-5,8% pada tahun 2021.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali, dengan pemotongan kumulatif 125 basis poin sejak awal tahun 2020. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan RDG bulan ini setelah memutuskan menurunkan suku bunga.

Dalam RDG November lalu. Ia mengatakan kepada Bisnis, Rabu (16 Desember 2020): "Diperkirakan kebijakan suku bunga acuan BI masih dipertahankan pada 3,75% untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menstabilkan ekspektasi inflasi dalam jangka pendek."

Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2020 akan mulai positif. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8-5,8% pada tahun 2021. Menurutnya, ada tiga hal yang membuatnya yakin dengan prediksi tersebut.

Pertama, pada tahun 2021, sumber PDB (produk domestik bruto) akan meningkat. Sumber pertama PDB adalah ekspor, kinerja ekspor telah baik dan akan membaik tahun depan dengan dukungan pertumbuhan global yang baik. Kami memperkirakan PDB global pada 2021 akan menjadi 5%, dan tahun ini akan menjadi -3,8%.

Selain itu, mitra dagang utama Indonesia seperti China diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,8% pada tahun 2021. Selain itu, Amerika Serikat (AS) juga diperkirakan tumbuh sebesar 4,3%. Kedua negara ini diyakini menjadi sumber pertumbuhan ekspor Indonesia. Kemudian dari sisi konsumsi sebagai penggerak terbesar pertumbuhan ekonomi akan terus membaik. Begitu pula dengan adanya UU Cipta Kerja, investasi akan meningkat.

Kedua, Perry melanjutkan dengan mengatakan bahwa itu adalah vaksin COVID-19. Diyakini bahwa melalui vaksinasi akan memulihkan mobilitas manusia. Dengan cara ini, kegiatan ekonomi akan kembali berjalan. Vaksinasi merupakan prasyarat untuk mendukung pemulihan ekonomi.

BI juga terlibat dalam pembiayaan vaksinasi. Mekanisme pembagian beban. Melalui vaksinasi, sektor ini dapat dibuka secara bertahap dan produksi serta investasi yang lebih baik dapat dilakukan. Departemen yang dapat mendukung PDB dan ekspor. Makanan dan minuman, kimia, farmasi, terutama pertambangan logam dan industri lainnya.

Faktor ketiga adalah sinergi kebijakan antara pemerintah, BI, OJK, LPS, perbankan, dan dunia usaha. Sumber sinergi antara PDB, vaksinasi, dan kebijakan nasional ini mendukung optimisme terhadap pemulihan ekonomi di tahun 2021 dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.

Wimboh Santoso, Ketua Komite Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan telah berhasil mencegah ancaman yang mengintai di sektor keuangan akibat pandemi virus Corona (COVID-19). Ia mengungkapkan, meski pandemi telah memporak-porandakan perekonomian Indonesia dan dunia, langkah-langkah telah diambil untuk memastikan keamanan industri keuangan.

Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Pertama-tama, yang harus kami lakukan adalah mencegah tidak hanya menjadi default di sektor keuangan, tetapi juga untuk mencegah pelanggan dari default. Jika bisnis normal default, maka kami menyimpannya, dan kami menolak untuk mengadopsi berbagai default kebijakan”, di acara Economic Outlook Activity: Manfaatkan peluang pemulihan ekonomi 2021, Selasa (22/12/2020). Default dalam bidang keuangan dapat diartikan sebagai kegagalan untuk memenuhi kewajiban hukum dari pinjaman.

Untuk lembaga keuangan yang tidak default, POJK 11 dirilis pada bulan Maret, dengan tujuan menahan nasabah terlebih dahulu daripada mengklasifikasikannya sebagai nasabah tidak lancar, karena jika tergolong nasabah tidak lancar maka akan menunggak selama 3 bulan.  Karena kebanyakan dari mereka pasti menunggak. Ditahan karena tidak tergolong tidak lancar sehingga lembaga, bank dan lembaga keuangan tidak akan dibatasi.

Upaya OJK telah berhasil, karena saat ini semuanya berjalan dengan baik. Misalnya, secara statistik bisnis perbankan masih bagus, permodalan belum terkikis, dan likuiditas terjaga. Selain itu, sektor pasar modal telah mengambil beberapa langkah untuk mencegah kontraksi yang besar. Pasalnya, jika terjadi kontraksi besar, maka saham akan langsung mengalami koreksi besar. Berbagai kebijakan agar resiliensi tidak terlalu dalam (menyusut), meskipun turun di bawah 4.000, berbagai kebijakan kita sekarang sudah positif, dan indeks sekarang sudah melebihi 6.000.

eztro goutama