Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ary Yulianto
ilustrasi Alfred Nobel (Pixabay.com/IsaacFryxelius)

Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2023 diberikan kepada Narges Mohammadi oleh Komite Nobel Norwegia yang diumumkan di Oslo, Jumat (6 Oktober 2023). Pemberian Hadiah Nobel Perdamaian ini didasarkan atas penilaian Komite Nobel terhadap perjuangan Mohammadi dalam memperjuangkan hak asasi perempuan di negaranya, seperti diberitakan Al Jazeera pada Jumat (6 Oktober 2023).

Melansir laman Britannica, Hadiah Nobel Perdamaian secara reguler diberikan setiap tahunnya kepada individu, kelompok, atau organisasi yang dianggap berkontribusi sangat luar biasa terhadap usaha perdamaian dan penyelesaian konflik di tingkat Internasional.

Hadiah Nobel merupakan wasiat dari Alfred Nobel, seorang Ilmuwan dan Industrialis asal Norwegia yang meminta dari sebagian hartanya diberikan kepada individu atau kelompok yang berkontribusi atau memberikan manfaat luas terhadap kehidupan manusia. 

Sosok Narges Mohammadi

Menyadur laman Al Jazeera, Narges Mohammadi merupakan seorang aktivis perempuan ternama di Iran yang berjuang melawan penindasan terhadap kaum perempuan yang dilakukan pemerintahan di Negaranya.. Dia menghendaki dilakukannya reformasi sosial karena perlakuan yang diterima oleh kaum perempuan di Iran. Selain itu, wanita berusia 51 tahun itu juga berjuang untuk penghapusan hukuman mati. Saat ini Narges Mohammadi menduduki jabatan sebagai wakil kepala Pusat Pembela Hak Asasi Manusia, sebuah organisasi non-pemerintah yang dipimpin oleh Shirin Ebadi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2003.

Pengorbanan Narges Mohammadi

Menyadur laman Al Jazeera, perjuangan dirinya dalam memperjuangkan hak asasi perempuan dan penghapusan hukuman mati tidaklah mudah. Dalam perjuangannya tersebut, Mohammadi mengorbankan dirinya dan kehidupan pribadinya. Serangkaian hukuman telah dia terima akibat dari perjuangannya dalam menuntut hak asasi perempuan.

Pihak pemerintah Iran setidaknya telah menangkapnya sebanyak 13 kali, menghukumnya sebanyak lima kali, dan menjatuhkan hukuman total 31 tahun penjara dan 154 kali cambukan,” seperti dikatakan oleh Berit Reiss-Andersen, ketua Komite Nobel Norwegia, saat mengumumkan peraih Hadiah Nobel Perdamaian. Bahkan, pada saat yang bersamaan pengumuman peraih Nobel tersebut, Narges Mohammadi sebagai orang yang menerima penghargaan sedang berada di dalam penjara.

Pada lain pihak, organisasi hak asasi Front Line Defenders juga mengatakan bahwa Narges Mohammadi saat ini sedang menjalani hukuman di penjara Evin di Teheran selama 12 tahun penjara, dimana penjara tersebut dikenal sebagai penjara yang kejam. Salah satu dakwaan dari hukuman penjara tersebut adalah menyebarkan propaganda melawan negara.

Perjuangan Narges Mohammadi tidak berhenti setelah meraih Hadiah Nobel Perdamaian

Melansir laman Al Jazeera, setelah meraih penghargaan Hadiah Nobel Perdamaian, Narges Mohammadi mengatakan bahwa dia tidak akan berhenti berjuang untuk membela hak asasi perempuan di negaranya. “Saya akan terus berjuang melawan diskriminasi tanpa henti, tirani dan penindasan berbasis gender yang dilakukan oleh pemerintah agama yang menindas hingga pembebasan perempuan,” seperti dikutip dari pernyataan Narges Mohammadi kepada surat kabar.

Otoritas Iran menganggap pemberian Hadiah Nobel Perdamaian sebagai intervensi terhadap pemerintahannya

Masih melansir laman Al Jazeera, dengan pemberian penghargaan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Narges Mohammadi, pihak otoritas Iran menganggap Komite Nobel Norwegia melakukan intervensi terhadap pemerintah Iran. Dalam pernyataannya, Nasser Kanaani, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan “Tindakan Komite Perdamaian Nobel adalah langkah politik yang sejalan dengan kebijakan intervensionis dan anti-Iran di beberapa negara Eropa.”

Ary Yulianto