Sesi perdana debat capres (calon presiden) 2024 yang dilaksanakan di kantor KPU (Komisi Pemilihan Umum) pada Selasa (12/12/2023) kemarin menjadi sorotoan banyak pihak. Pada sesi debat pertama tersebut, salah satu tema yang menjadi sorotan adalah mengenai isu Hak Asasi Manusia (HAM), selain Hukum, Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi dan Penguatan Demokrasi.
Melansir dari kanal berita suara.com, ketiga capres yakni Anis Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo saling memberikan visi misi, argumen dan opini dalam pembahasan debat capres pertama tersebut. Terkhusus pembahasan mengenai tema HAM, ketiga calon presiden 2024 tersebut mendapatkan pujian secara langsung dari mantan ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik yang pada debat capres pertama ini berkesempatan menjadi salah seorang panelis.
“Saya kira bagus. Misalnya terkait HAM yang memang menjadi fokus saya. Ada pembahasan soal Papua. Muncul kata-kata kunci bahwa harus diselesaikan melalui dialog, jadi bukan jadi bukan pendekatan keamanan. Itu kata kuncinya,” ujar Ahmad Taufan Damanik dikutip dari ANTARA.
Terkait isu HAM, memang hal ini menjadi permasalahan yang cukup rumit dan kerap kali tidak menemukan solusi jitu untuk menyelesaikannya. Beberapa masalah seringkali diselesaikan dengan langkah cukup ekstrim seperti penekanan pihak tertentu atau menggunakan jalan kekerasan. Namun, ketiga capres yang hadir dalam debat tersebut sepakat akan lebih menyelesaikan permasalahan HAM di Indonesia menggunakan metode dialog terhadap pihak-pihak yang bertikai dan tidak menggunakan pendekatan keamanan.
Ahmad Taufan Damanik juga mengemukakan pembahasan mengenai pelanggaran HAM yang tergolong berat dan komitmen penyelesaian permasalahan tersebut melalui langkah pendekatan yudisial menjadi kunci jalan keluar. Beliau juga berharap kasus-kasus yang telah terjadi selama ini dapat diselesaikan dengan baik dan tidak mendapatkan politisasi dari berbagai pihak.
Mantan Ketua Komnas HAM Nilai Ketiga Capres Memiliki Nilai Plus dan Minus
Menurut Ahmad Taufan Damanik, ketiga capres yang mengikuti sesi debat capres pertama ini memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Melansir dari kanal suara.com, beliau memilih untuk tidak membandingan ketiganya. Namun, dia lebih menyoroti kata kunci dari permasalahan HAM keluar dari argument ketiga bakal calon presiden tersebut.
“Secara umum karena debat pertama belum keluar semua. Tapi sudah saling sanggah. Ada perbedaan pandangan sehingga publik bisa menilai yang mana yang terbaik,” ujar Ahmad Taufan Damanik.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Persiapan Buruk, Pergerakan Melenceng: Kritik Keras untuk Timnas Indonesia U-22
-
Akhir Pahit di SEA Games 2025: Timnas U-22 Tersingkir, Rekor Indra Sjafri Terhenti
-
SEA Games 2025: Waketum PSSI Disebut Jadi Biang Keladi Kegagalan Timnas?
-
Belajar dari Era STY, PSSI Sebaiknya Tak Hanya Fokus pada Pelatih Belanda
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah FIFA Series 2024: Untung atau Buntung?
Artikel Terkait
-
3 Fakta Menarik Kirana Larasati, Tinggalkan PDIP Kini Dukung Prabowo Subianto
-
Gibran Takut Berdebat? Dedi Mulyadi: Tanda-tanda Kemenangan Kalau Banyak Diserang
-
Kirana Larasati Curi Perhatian di Debat Capres, Duduk Barisan Paling Depan Dukung Prabowo-Gibran
-
Sinopsis Novel Laut Bercerita, Trending Gegara Debat Capres 2024
-
Alasan Kenapa Timses Tak Perlu Hadir di Debat Capres-Cawapres
News
-
Modal Rp7 Juta Bisa Dapat Motor Gahar Apa? Ini 5 Rekomendasi Paling Gagah
-
Campaign Anti-Bullying, Suara.com dan BLP UNISA Kunjungi SMA Mutiara Persada
-
Hidup Bukan Lomba, Ini 6 Kebiasaan untuk Mengatasi Rasa FOMO Biar Lebih Tenang
-
Niena Kirana Gugat Cerai Dito Ariotedjo, Sidang Perdana Digelar 24 Desember
-
Pikir Dua Kali Sebelum Menebang Pohon, Ini 5 Dampak yang Sering Diabaikan
Terkini
-
Lucu dan Fungsional! Ini 4 Tumbler Lokal Gemas untuk Aktivitas Sehari-hari
-
Belajar dari Konsep Ikigai: Cara Menemukan Makna dan Kebahagiaan Hidup
-
Intip Teaser Perdana Disclosure Day, Film Sci-fi Terbaru Steven Spielberg
-
Menyambut Natal Lebih Bijak, Ini Cara Merayakan secara Ramah Lingkungan
-
Saat Waktu Seolah Berhenti di Kasembon, Mengapa Malam Terasa Begitu Lama?