Scroll untuk membaca artikel
Ferry Noviandi | Chusnul Chotimah
Luna Maya dan Maxime Bouttier resmi menjadi suami istri. Pernikahan mereka digelar di Bali pada 7 Mei 2025. (Instagram)

Luna Maya membagikan momen tak terduga jelang pernikahannya dengan Maxime Bouttier.

Momen tersebut terjadi hanya beberapa detik sebelum prosesi akad nikah dimulai.

Salah satu bagian dari kembang goyang, perhiasan rambut tradisional pengantin Jawa, yang dikenakan Luna tiba-tiba patah.

Sebagaimana diketahui, Luna Maya dan Maxime Bouttier resmi menikah pada tanggal 7 Mei 2025 di COMO Shambhala Estate, Gianyar, Bali.

Suasana pernikahan yang sakral dan elegan tampak sempurna dengan kehadiran keluarga serta orang-orang terdekat.

Momen pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier yang digelar di Bali pada 7 Mei 2025. [Instagram]

Namun, seperti halnya banyak peristiwa besar, tetap saja ada kejadian kecil yang tak terduga di balik layar.

Dalam video yang dibagikan lewat TikTok, Luna Maya tampak panik ketika salah satu bagian dari kembang goyang di rambutnya tiba-tiba terlepas dari posisi semula.

"Ada-ada aja ya biasanya masalah-masalah yang terjadi di hari H," tulis bintang film Gundik ini di akun TikTok-nya.

"Seperti kejadian saat salah satu bagian dari kembang goyang ini copot tepat di detik-detik sebelum menuju ke venue," ujarnya menyambung.

Beruntung, insiden tersebut tidak berlangsung lama. Tim rias pengantin segera sigap memperbaiki perhiasan yang patah.

"Kita coba menghadapinya dengan tenang, meski dari muka keliatan panik dikit ya, tapi akhirnya bisa kembali terpasang lagi dengan baik kok," ucapnya.

Luna Maya pun dapat melanjutkan perjalanannya menuju venue dengan tampilan sempurna sebagaimana layaknya seorang pengantin.

Kejadian ini sempat menimbulkan pertanyaan di kalangan warganet, apakah patahnya kembang goyang merupakan pertanda buruk dalam tradisi pernikahan Jawa?

Tidak Ada Makna Mistis di Balik Kembang Goyang yang Patah

Dalam tradisi Paes Jawa, kembang goyang yang juga dikenal sebagai cunduk mentul adalah bagian dari tata rias dan perhiasan rambut pengantin perempuan.

Benda ini tidak hanya berfungsi sebagai ornamen estetis, tetapi juga memiliki nilai simbolik.

Jumlah kembang goyang yang dikenakan, misalnya 1, 3, atau 5, dapat melambangkan Tuhan Yang Maha Esa, Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa), atau lima rukun Islam.

Meski memiliki makna filosofis yang mendalam, para pakar budaya menyebutkan bahwa patahnya kembang goyang tidak memiliki makna mistis ataupun pertanda buruk.

Hal ini umumnya dianggap sebagai kejadian tidak disengaja yang bisa saja terjadi karena faktor teknis, seperti pemasangan yang kurang kuat, bahan yang rapuh, atau kerusakan yang tidak terdeteksi sebelumnya.

Dalam banyak kasus, kembang goyang yang rusak dapat segera diperbaiki atau diganti tanpa mengganggu jalannya prosesi pernikahan.

Luna Maya dan Maxime Bouttier saat berbagi cerita tentang pernikahan mereka di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5/2025). [Adiyoga Priyambodo/Suara.com]

Para perias pengantin biasanya sudah mempersiapkan skenario darurat untuk menghadapi insiden semacam ini.

Selain itu, dalam konteks modern, makna simbolik dari perhiasan pengantin sering kali dikombinasikan dengan nilai estetika dan kenyamanan.

Sehingga, insiden kecil seperti ini tidak dianggap membawa dampak spiritual ataupun emosional yang signifikan bagi jalannya pernikahan.

Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier menjadi sorotan tidak hanya karena status bintang mereka, tetapi juga karena latar budaya dan lokasi yang dipilih untuk melangsungkan akad nikah.

Suasana tropis Bali yang berpadu dengan elemen adat memberikan nuansa unik dalam penyatuan dua hati ini.

Meski sempat mengalami kendala teknis kecil, momen tersebut justru memperlihatkan ketenangan dan kedewasaan Luna dalam menghadapi hal-hal tak terduga.

Reaksi spontan dan jujurnya dalam video tersebut pun mendapat banyak pujian dari netizen, yang merasa terhibur sekaligus tersentuh oleh kejujuran emosinya.

Insiden patahnya kembang goyang ini pada akhirnya menjadi bagian kecil dari kisah indah pernikahan mereka.

Ini bisa dijadikan sebagai pengingat bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna secara teknis.

Kontributor : Chusnul Chotimah

Chusnul Chotimah