Masih terngiang di telinga dan lekat dalam ingatan insiden ledakan dahsyat di SMA Negeri 72 Jakarta pada Jumat (7/11/2025) lalu. Suasana ibadah salat Jumat di masjid sekolah saat itu mendadak berubah menjadi momen yang mencekam.
Pelajaran dan ibadah di sekolah yang biasanya tenang berubah kacau saat siswa, guru dan pengunjung melarikan diri. Sejumlah siswa mengalami luka bakar, cedera pendengaran hingga trauma akibat pecahan kaca dan serpihan akibat ledakan.
Tahukah, Sobat Yoursay, bahwa pelaku dari ledakan besar tersebut diduga adalah korban bullying di sekolah, yang kemudian melakukan tindakan ekstrem sebagai bentuk balas dendam atau mungkin bunuh diri?
Kejadian ekstrem kembali terjadi di SMPN 19 Tangerang Selatan. Seorang siswa berusia 13 tahun, MH, meninggal setelah dipukul menggunakan bangku besi di bagian kepala pada Senin (20/10/2025).
Setelah itu, MH mengeluhkan sakit dan sempat dirawat di salah satu rumah sakit. Namun sayangnya, kondisi MH semakin parah dan akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal, korban sempat mengaku dirinya sudah kerapkali mendapat perundungan kasar, mulai dari pukulan hingga tendangan.
Begitu pula yang terjadi di SMPN 3 Doko, Blitar pada Jumat (18/7/2025) lalu. Bermula saling ejek ketika mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), kemudian semakin memanas dan berlanjut pada kekerasan fisik di belakang kamar mandi sekolah.
Bullying di dunia pendidikan memang perlu penanganan lebih serius. Berdasarkan beberapa potret kejadian inilah, kami selaku guru di salah satu sekolah mengambil langkah antisipatif agar perundungan tidak terjadi di lingkungan pendidikan.
Sudah berkali-kali kami memberikan pembinaan soal bahaya bullying. Mulai dari mengumpulkan siswa dalam satu ruangan, menyelipkan nasihat saat apel dan upacara, hingga mengingatkan langsung di kelas. Kami berusaha memastikan setiap peserta didik paham betapa seriusnya dampak perundungan.
Kami juga berkolaborasi dengan kepolisian setempat untuk memberikan pengarahan, serta menghadirkan psikolog agar siswa mendapat pemahaman yang lebih komprehensif.
Itulah sedikit gambaran upaya yang terus kami lakukan untuk mencegah bullying yang kian meresahkan dunia pendidikan. Tidak ada ruang bagi pelaku perundungan. Kami ingin mengajar dengan tenang dan aman, dan para siswa berhak belajar dengan nyaman dan tanpa rasa takut.
Baca Juga
-
Tetap Junjung Etika, Stop Normalisasi Candaan Pakai Sebutan Nama Orang Tua
-
Kisah yang Tertinggal dari Penjual Sate di Pesisir Pasir Putih Situbondo
-
Tetap Bercadar, Mawa Jadi Brand Ambassador Skincare Milik dr. Oky Pratama
-
Cara Mudah dan Efektif Mengembalikan Laptop ke Pengaturan Awal
-
Wardatina Mawa Ingin Cepat Cerai dari Insanul Fahmi: Saya sudah Memutuskan untuk Selesai
Artikel Terkait
News
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Meningkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan
-
Gantikan Marselino Ferdinan, Rifqi Ray Farandi Hadapi Tanggung Jawab Besar
-
Ketika Grup Chat Jadi "Medan Bullying": Bagaimana Cara Menghadapinya?
-
Golden Hanoman untuk 'Becoming Human': Daftar Lengkap Pemenang JAFF 2025 yang Guncang Sinema Asia
-
10 Tanaman Hias Pembersih Udara, Bikin Kamar Segar Tanpa Air Purifier
Terkini
-
EXO Hidupkan Lagi Konsep Superpower di Trailer Album Penuh ke-8, REVERXE
-
Tembus 5 Juta Penonton, Agak Laen 2 Jadi Film Indonesia Terlaris Kedua 2025
-
Akar Masalah Bullying: Sering Diabaikan, Lingkungan, dan Psikologi Keluarga
-
Hadapi Filipina, Timnas Indonesia Jangan sampai Senasib dengan Myanmar
-
Bongkar Luka Bullying: Belajar dari Drama 'The Glory' dan Realitas Saat Ini