Vegan adalah istilah yang diberikan untuk seseorang yang tidak mengonsumsi produk hewani sama sekali, termasuk susu, keju, atau telur. Hampir di setiap unggahan tentang hewan ternak, minimal ada satu warganet yang dengan gigih mengkampanyekan gerakan menjadi vegan demi selamatkan planet.
Kamu mungkin pernah mendengar sosok That Vegan Teacher, wanita asal Kanada yang aktif mengajak warganet untuk mengikuti jejaknya sebagai vegan melalui akun sosial medianya. Alih-alih mendapat dukungan publik, wanita yang bernama Karen Elizabeth Diekmeyer tersebut justru dibanjiri hujatan.
Sosok seperti Diekmeyer bukan satu-satunya di dunia. Beberapa menjadi vegan karena tidak setuju dengan praktik penyembelihan hewan, sedangkan beberapa yang lain beralasan ingin selamatkan planet. Tetapi benarkah menjadi vegan bisa selamatkan planet? Bagaimana caranya?
Bagaimana Peternakan Hasilkan Jejak Karbon
Sekitar sepertiga cadangan air tawar bumi dialokasikan untuk operasional peternakan. Paling boros ketika air digunakan untuk menyirami tanaman yang akan diolah menjadi pakan ternak.
Butuh sekitar 15.400 liter air untuk menghasilkan satu kilogram daging sapi, sebagaimana yang disebutkan dalam laporan UNESCO's Institute for Water Education pada 2010. Ayam membutuhkan 6.000 liter air per kilogramnya. Begitu juga dengan kambing dan babi yang masing-masing mengonsumsi 8.763 dan 6.000 liter air tawar. Sedangkan agrikultur tanaman biji-bijian hanya membutuhkan 1.600 liter dan sayur-mayur sebanyak 300 liter.
Sejalan dengan itu, Food and Agriculture Organization of the United Nations melalui TheBreakthrough.org memperkirakan hewan ternak berkontribusi melepaskan gas rumah kaca sebesar 11,1 persen secara global. Bagi yang belum tahu, gas rumah kaca jauh lebih kuat dibandingkan karbon monoksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar tidak sempurna.
Penumpukan jejak karbon di atmosfer berpotensi mengakibatkan perubahan iklim hingga cuaca ekstrem. Ini memicu perdebatan bahwa menjadi vegan adalah solusi paling efektif untuk mengurangi jejak karbon.
Pola Hidup Vegan dalam Kurangi Jejak Karbon
Para peneliti di Universitas Oxford melalui Science.org menemukan bahwa menjadi vegan dapat mengurangi jejak karbon individual hingga 73 persen. Dengan menghapus produk hewani dari menu diet, setidaknya kamu membantu mengurangi gas rumah kaca yang dihasilkan selama produksi.
Hewan ternak seperti sapi, ayam, dan babi, melalui proses yang panjang supaya menghasilkan daging terbaik. Bayangkan berapa banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk menyiapkan pakan, penyembelihan, penyimpanan, hingga proses transportasi daging. Masing-masing proses berkontribusi meninggalkan jejak karbon.
Vegan Bukan Solusi Terbaik
Meski begitu klaim vegan dapat selamatkan planet masih menjadi pertentangan. Berdasarkan artikel Sorry, Veganism Won't Save the Planet, ada kalanya vegan bukan solusi terbaik dalam mengurangi jejak karbon. Sayur-mayur yang kamu konsumsi tidak akan cukup membantu memangkas produksi gas rumah kaca jika masih diproses dengan cara berikut:
- Menggunakan pestisida.
- Mengeksploitasi tenaga kerja.
- Menggunakan pupuk kimia.
- Dipanen dengan mesin berbahan bakar fosil.
- Ditransportasikan dengan kendaraan bermotor.
- Disimpan di pendingin berbahan bakar energi yang tidak ramah lingkungan.
Dengan kata lain, sayuran dan buah tidak selalu lebih rendah jejak karbon. Semua tergantung dari metode penanaman dan proses produksi yang diterapkan. Sebagai konsumen, tidak mudah melacak darimana asal sayuran yang dibeli di pasar maupun swalayan.
Tetapi dari perbandingan keduanya dapat dipetik satu hal, jadi vegan tidak selalu lebih baik. Daging bukan masalahnya, namun yang bermasalah adalah sistem peternakannya.
Langkah yang Bisa Diambil
Lantas, apa yang bisa dilakukan sekarang? Kamu tidak harus menjadi vegan, kok. Masih banyak cara mengurangi jejak karbon individual tanpa puasa daging. Berjalan kaki dan mengoptimalkan transportasi umum juga sudah terhitung, lho. Sekiranya tetap ingin menjauhi produk hewani, perlu diingat kamu harus mengganti kekurangan protein tersebut dengan protein lain, seperti tahu, tempe, atau kacang.
Dengan mengurangi konsumsi daging, lebih sedikit gas rumah kaca yang dilepas ke atmosfer. Akan tetapi vegan dinilai hanya membantu mengurangi jejak karbon individual, bukan solusi yang tepat secara global. Kamu sendiri, apakah tertarik mengambil bagian sebagai vegan untuk sambut hari bumi nanti?
Baca Juga
-
Bangun Capsule Wardrobe untuk Perangi Fast Fashion
-
Jalin Hubungan Terlarang, Ini 5 Drakor Lee Do Hyun yang Wajib Tonton!
-
Nyaman dan Trendy, 5 Outfit ala Zee JKT48 untuk Nonton Konser
-
Nasi Menangis, Bumi Meringis: Ini yang Terjadi Kalau Mubazir Makanan
-
'Pembunuh' Tak Terlihat sedang Berkeliaran, Awas Jadi Korban Polusi Udara!
Artikel Terkait
-
Gempa Magnitudo 5 Guncang Mandalay, Myanmar Kembali Bergetar
-
Myanmar Umumkan 7 Hari Masa Berkabung, Min Aung Hlaing Minta Bantuan Malaysia Pasca Gempa Maut!
-
Telan Korban Jiwa 1.700 Orang, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui Tentang Gempa Myanmar
-
Korban Tewas Gempa Myanmar Naik Jadi 1.700, Pusat Kremasi di Mandalay Sampai Kewalahan
-
Indonesia Gerak Cepat, Kirim Tim SAR dan Bantuan Medis ke Myanmar Pasca Gempa Dahsyat
Rona
-
Lakukan Penanaman Pohon, Suara.com Luncurkan Suara Hijau dan Green Media Network
-
Membincang Pertolongan Pertama pada Psikologis
-
Gender Integrity Pact, Wujud Nyata Pemberdayaan Perempuan di Desa Tretep
-
Mengubah Sampah Menjadi Emas di Bank Sampah Surolaras
-
Berkenalan dengan Yuda Wira Jaya, Pendiri Teater Braille yang Multitalenta
Terkini
-
Sinopsis Film Streaming, Mengulas Kasus Kriminal yang Belum Terpecahkan
-
Review Film Twisters: Lebih Bagus dari yang Pertama atau Cuma Nostalgia?
-
Selamat! Ten NCT Raih Trofi Pertama Lagu Stunner di Program Musik The Show
-
Arne Slot Soroti Rekor Unbeaten Everton, Optimis Menangi Derby Merseyside?
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?