Malam itu langit tak seperti biasanya. Bulan dan bintang yang selalu menjadi hiasan langit pun tertutup oleh sekelebat awan putih, diiringi tetesan air hujan yang jatuh ke tanah, memunculkan aroma petrichor yang sangat saya sukai.
Tapi malam itu, hujan yang turun ke bumi seolah-olah mewakili perasaannku. "Tuhan, apakah engkau juga sedih melihat kedua orangtua ku saling menyakiti setiap hari,” seruku dalam batin.
Namaku Anastasya, saat itu usiaku 17 tahun dan aku masih duduk di bangku kelas XII Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung. Aku adalah gadis dengan berjuta mimpi, salah satunya memiliki rumah yang hangat dan keluarga yang bahagia.
Tetapi mimpi-mimpi itu seketika luruh akibat pecahnya rumah tangga orang tua ku. Aku merasa hancur melihat diri sendiri yang tak berdaya, hanya bisa menangis setiap hari, dan ayah yang tak punya perasaan memilih pergi setelah ibu menangis.
Di mana cinta dan kasih sayang mereka dulu? Apakah 19 tahun rumah tangga tidak cukup membuat mereka saling memahami satu sama lain.
Dulunya ayah adalah sosok yang mencintai keluarga, tapi semenjak memutuskan untuk pindah bekerja di suatu perusahaan swasta, ia mulai berubah. Ayah selalu pulang malam dan kadang tak pulang ke rumah. Membuat saya curiga dan menuduh ayah berselingkuh dengan teman wanitanya di kantor. Ibu bilang ibu punya bukti, entahlah bukti apa itu karena akupun belum berani menanyakannya.
Sampai suatu saat aku melihat mereka bertengkar hebat dan mungkin itu yang menjadi pertemuan terakhir mereka.
“ pranggggg..."
Pagi itu aku di kejutkan oleh suara kaca yang di jatuhkan dengan sengaja hingga menimbulkan suara keras.
“Kamu itu selalu menuduh aku yang tidak-tidak Rini," teriak ayah dengan membanting sebuah piring di dapur.
“Aku tidak mungkin menuduhmu tanpa bukti mas,” balas ibuku dengan suara bergetar, namun tetap berusaha keras.
“Mana yang kau sebut dengan bukti?” timpal ayah lagi.
Ibu mengeluarkan handphone dari saku celananya, membuka galeri foto menampilkan gambar seorang pria dan wanita duduk bersampingan, di mana seorang pria itu adalah ayah yang tengah berjabat tangan dengan seorang ustad layaknya ijab kabul.
“Kamu telah menikah dengan perempuan itu,” ujar ibu seolah terbata-bata menahan sesak di dadanya.
Beberapa saat ayah terdiam, dan diamnya ayah membuat aku mengerti bahwa foto itu benar. Sampai satu kalimat keluar dari mulut ayahku “aku akan mencereikanmu mulai hari ini Rini”.
“Duarrrr..."
Suara itu bagaikan sambaran petir di langit yang cerah tanpa awan gelap. Badanku merasa lemas, dan aku merasa pasokan udara di sekitarku berkurang. Namun aku segera berlari menuju ibuku yang menangis dan memeluknya, mencoba menyalurkan kekuatanku yang masih ada. Dan setelah itu, ayah pergi dan tak pernah pulang lagi ke rumah.
Setelah perceraian kedua orangtua ku, hari-hari ku dengan air mata, rasa marah, kecewa, semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Bahkan aku ingin bunuh diri saja karena tak mampu dengan cibiran orang-orang yang mengatakan bahwa anak broken home tak punya masa depan.
Dan dengan tekad yang bulat, akupun kembali merajut mimpi setelah lulus SMA nanti. Aku ingin kuliah dan membuktikan kepada mereka bahwa broken home punya masa depan.
Saat itu, setelah ujian nasional, aku membantu ibuku memasak dapur. Rencananya hari ini aku akan memberitahu ibu soal keinginan melanjutkan sekolahku di universitas di kota ini.
“kakak," ibu yang sedang memotong sayuran pun memanggilku.
“iya bu," timpalku.
“Setelah lulus SMA kakak ingin apa?” tanya ibu.
“Hmm, kakak ingin kuliah bu,” ujarku dengan hati-hati.
“Tabungan ibu tidak cukup untuk membiayai kuliahmu, mungkin ayah bisa membantu membiayaimu coba kamu menghubungi ayah,” sambungnya.
Setelah mendengar penuturan ibu, aku pun langsung menghubungi ayah.
“Halo Assalamualaikum Yah," ucapku mengawali.
“ Walaikumsalam, ada apa?” balasnya.
“Kakak ingin lanjut kuliah, ayah bisa bantu biaya kuliah kakak karena tabungan ibu tidak cukup?” tanyaku.
“Tidak perlu kuliah, mending kamu bekerja membantu ibumu, kuliah hanya membuang-buang waktu saja” jawab ayah.
Akupun mematikan panggilan telefon ayah, menarik nafas sedalam-dalamnya, hingga setetes cairan bening berhasil meluncur dari pelupuk mataku. Hancur sudah mimpiku, lagi dan lagi.
Setelah lulus sekolah, akupun melamar di suatu perusahaan swasta sebagai staff admin dan alhamdulillah akupun diterima di sana.
Kini aku bekerja menjadi tulang punggung ibuku, aku masih ingat saat gaji pertamaku yang kuberikan kepada ibu untuk modal usaha dan menopang kehidupan membuat senyumnya kembali terbit pada wajah yang mulai menua. Entah mengapa aku merasa sangat bahagia melihat senyum itu kembali.
Sejak saat itupun, aku tidak lagi bermimpi, tapi aku berjanji akan selalu membuat ibu tersenyum walupun apa yang aku berikan tak pernah cukup untuk membalas keringat, darah, serta sakit yang dideritanya saat melahirkanku.
Di sini aku sadar bahwa ketika semua berbeda dari yang kita impikan, kita hanya perlu bersabar menjalaninya dan tidak lupa untuk selalu bersyukur. Percaya bahwa semuanya akan indah pada waktunya.
Perihal broken home, ini bukan kehancuran, tapi takdir. Kita adalah anak-anak pilihan tuhan yang diberikan hati yang kuat untuk bisa bekerja keras mengubah kepahitan kebahagiaan. Kita hanya perlu semangat dan mengubah dunia bahwa kita bisa sukses tanpa orangtua yang utuh!
Baca Juga
-
5 Tips Elegan Menghadapi Pasangan yang Selingkuh
-
Ayo Lakukan 5 Hal Ini untuk Masa Depanmu
-
Terungkap! Tenyata Banyak Atlet Olimpiade Tokyo 2020 Seorang ARMY BTS
-
5 Drama Korea Ini Cocok Banget Ditonton Sesuai Jurusan Kuliah Kamu
-
5 Aktris Korea Ini Bikin Pangling Usia 40-an Tetap Awet Muda, Ini Rahasianya
Artikel Terkait
-
Pram-Rano Disebut Sengaja Tak Munculkan Atribut PDIP dan Megawati: Untuk Rayu Anak Abah
-
Mantap! Intuisi Kakang Rudianto Dipuji Bojan Hodak usai Persib Raih 3 Poin
-
Pacar Telepon Thom Haye Tengah Malam Kasih Kabar Buruk: Perasaan Saya Campur Aduk
-
Belum Resmi Cerai, Paula Verhoeven Singgung Pemimpin dalam Rumah Tangga
-
Kapan Hari Ibu Dirayakan, 22 Desember atau Bulan Mei?
Sastra
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua