Menjauh dari dirimu penuh ilusi perangai bak orang bijak nan lembut hati. Bergidik bodohnya aku begitu polosnya aku dengan ilusi yang kau tampakkan kepadaku. Yang tiada artinya lagi berkawan dengan pengkhianat.
Dengan berpura-pura menyelimuti tabir kebusukan hatimu dengan topeng segala bijaksana. Terlena dengan segala rayuanmu penuh petuah bijak. Petuah bijak yang membius segala alam pikiranku. Entah nafsu setan apa yang bergentayangan dalam jiwa dan ragamu.
Kau hanya memoles segala akal busuk perilakumu dengan segala keramahanmu. Kutak tahu lagi harus bagaimana dengan dirimu. Ingin kuhapus bayang-bayang dirimu dari segala ingatanku.
Yang tak kusangka kau sudah kurangkul bagai sahabat rasa saudara. Segala kebaikan yang telah kuberikan untukmu yang tak ternilai harganya. Namun tak ada setitikpun berucap terima kasih yang kau haturkan kepadaku.Indah peringaimu hanya menutupi tabir busukmu.
Kau tega memfitnah dan menjelek-jelekkan aku dibelakangku dengan segala kepuasan hati yang kau miliki. Bak serigala berbulu domba dan bak pagar makan tanaman.
Sudahlah akhiri pula dengan segala muak yang kulihat dirimu. Kau menikam kawan dari belakang. Kuharap kau tak akan lagi bertemu dengan diriku dan kuhapuskan segala pikiranku tentang namamu. Biarlah namamu tinggal kenangan getir yang selalu kulupakan selama hidupku.
Pergi menjauh ke pinggiran kota dengan kukayuh sepeda menempuh berkilo-kilo jaraknya. Jaraknya yang sangat jauh tak bisa terhitung lagi. Mencari ketenangan penuh arti dalam ketentraman batin.
Dengan mengarungi segala hamparan kebun yang sangat luas. Segala kebun terdiri dari jagung dan singkong. Tampak petani bekerja gigihnya tak kenal lelah dalam peluh keringat dan terik panas.
Mengarungi aliran sungai dalam melodi tenang. Dalam naungan pohon-pohon rindang berhawakan sejuk. Jalan lurus tiada berkelok-kelok dalam segala lempangnya jalan pinggir kota.
Tanpa lobang yang menggores jalan setitikpun. Hingga akhirnya aku menggapai sebuah sandaran kesunyian di sebuah padang ilalang yang sangat luas.
Padang ilalang yang menjadi sebuah sandaran kesunyian hidup dengan segala diri yang menjauh dari seorang pengkhianat sejati dalam hidup. Usai sudah persahabatan dengan pengkhianat yang membunuh batinku perlahan.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Bongkar Luka Bullying dan Pentingnya Safe Space Via Drama Korea 'Angry Mom'
-
Cedera Hamstring, Marselino Ferdinan Batal Perkuat Timnas Indonesia U-22?
-
Verrell Bramasta Buka Loker Staf Ahli DPR, Jobdesk Tuai Nyinyir Warganet?
-
Doyoung Bikin Variety Show Baru, Undang Jisoo BLACKPINK dan Idola Lainnya
-
John Herdman Diisukan Jadi Pelatih Timnas, Bagaimana Rekam Jejaknya?