Sore hari aku duduk bersantai di kursi tua.
Aku coba mengasah pikiranku pada masalah yang kian memanas dan mengganda.
Jari-jariku mencoba bereaksi menuruti alur pikiranku.
Menyusun diksi yang indah pada sajak-sajakku yang ingin aku persembahkan.
Saat aku duduk berada di gardu seorang diri.
Ternyata aku lambat sadar kalau di depanku ada seekor kucing.
Ia begitu nyaman dan nampak bahagia dengan dirinya sendiri.
Hingga tidurnya pun dapat terlelap sepanjang malam.
Seekor kucing sederhana nampak menyahut.
Memberi jawaban pada pertanyaan di dalam benak pikiran yang tak mampu aku utarakan secara sistematis.
Seakan ia selalu memberikan pelajaran yang sangat berharga, namun aku tak mampu memaknainya.
Aku mencoba menerawang pada alam bawah sadarku.
Kehidupan yang begitu rumit saat berada di atas ketidakpastian.
Para wakil rakyat selalu bermain-main di atas kesengsaraan rakyat.
Dengan jabatan yang dimiliki pun seakan mau bertindak semaunya saja.
Pikiranku yang memberontak ku palingkan pada seekor kucing di depanku.
Ia terus menggoyangkan ekor-ekornya dengan penuh makna.
Setiap gerakan seakan mampu melukiskan kebobrokan di negeri ini.
Saat aku lama memandang kucing itu.
Tiba-tiba ia melompat di tempatnya membuat aku terkaget.
Matanya mulai melotong dan memandangi sudut gardu.
Perlahan kepalanya bergoyang sedikit dan tersontak berhati-hati.
Aku pun ikut jua memandangi sudut-sudut itu.
Mataku yang kini buram tak mampu melihat jelas apa yang ada di sudut gardu itu.
Dan seekor kucing pun belum melakukan aksinya.
Ehh, ternyata ada tikus dengan pergerakan yang sangat cepat.
Namun kucing pun belum mampu melakukan aksinya.
Pikiranku malah tertuju pada penguasa negeri ini.
Di gedung-gedung rakyat pun banyak tikus-tikus kantor yang berdasi.
Mereka sangat lihai menyembunyikan kebusukannya.
Hingga ia pun bebas bereaksi walau di sekelilingnya ada kucing-kucing pengawas.
Begitulah aku menyaksikan aksi kucing di sore ini, saat aku duduk sendiri di kursi tua.
Camba Majene, 27 Agustus 2021
Baca Juga
-
Remaja, Keranjang Oranye, dan Ilusi Bahagia Bernama Checkout
-
Banjir Sumatra dan Mimpi Indonesia Emas: Mau Lari ke Mana Kalau Lantainya Amblas?
-
Ahli Gizi: Pahlawan Super yang Cuma Ditelfon Kalau Badan Sudah Ngeluh Keras
-
Logika Sesat dan Penyangkalan Sejarah: Saat Kebenaran Diukur dari Selembar Kertas
-
KPK setelah Revisi: Dari Macan Anti-Korupsi Jadi Kucing Rumahan?
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Menunggu Hari Perempuan Bisa Benar-Benar Aman dan Nyaman di Konser Musik
-
4 Rekomendasi Iron Mascara untuk Bulu Mata Lentik Natural ala Lash Lift
-
Seruan Tak Bertuan: Suara Ganjil di Keheningan Malam
-
Fakta Baru dari Bocoran Redmi K90 Ultra: Baterai Jumbo Cepat Penuh
-
Praktis & Anti Ribet! 4 Sunscreen Stick Lokal Harga di Bawah Rp100 Ribu