Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki bentuk tubuh yang paling menarik hampir mendekati sempurna.
Mengapa dibilang mendekati sempurna? Sebab, kesempurnaan manusia tidak terbatas hanya dari bentuk fisiknya saja. Ia juga dibekali oleh Tuhan dengan akal, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, seperti hewan atau tumbuh-tumbuhan.
Manusia menggunakan akalnya untuk berpikir, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Selain itu, dengan akal, manusia pun mampu menjadi makhluk yang bernalar dan beradab.
Di samping berakal, manusia juga dibekali dengan nafsu, yang sama seperti hewan. Oleh sebab itu, manusia terkadang disebut sebagai hewan yang dapat berpikir.
Manusia bisa saja menjadi makhluk yang rendah sama seperti hewan, jika perangainya tidak dibarengi dengan fungsi akalnya. Sebab, akal manusialah yang membedakan dirinya dengan binatang.
Dengan akal kita punya patokan dan cara dalam menghadapi masalah serta mengambil pelajaran yang ada.
Itu yang menjadikan kita berbeda dengan binatang, binatang hidup sekadar hidup sedang manusia hidup mengejar tujuannya hidup.
Maka dari sini peran akal muncul, akal mengolah segala aktifitas kita menjadi pengalaman dan pengetahuan dari mengamati, mendengar, merasakan, serta memikirkan.
Apa-apa yang dilalui manusia, memiliki makna yang harus diresapi oleh setiap individu supaya tidak tersesat. Memang akal menjadi pembeda antara kita dengan binatang, akan tetapi akal bisa tersesat di persimpangan jalan yang baik dan buruk. Sehingga selain ada akal, Tuhan ciptakan pasangan dari akal bernama nurani.
Nurani menjadi penuntun dan pengingat bilamana akal berjalan melampaui batasnya. Selain itu, nurani menerjemahkan makna yang belum bisa diterjemahkan oleh akal.
Jadi akal dan nurani adalah dua pusaka yang dimiliki manusia, pusaka yang menjadikan kita terhindar dari sifat-sifat binatang buas yang saling menerkam dengan kata maupun tindakan. Bila kita kehilangan keduanya, maka Tak ada bedanya aku, kamu, dan semua yang mengaku manusia dengan binatang. Tak punya tujuan dan tak memiliki aturan dalam menjalani sisa kehidupan yang ada di bumi ini
Baca Juga
-
Sering Dianggap Buruk, Ini 5 Kelebihan Menjadi Orang Pemalu
-
Diperpanjang Lagi sampai 4 Oktober, PPKM Level 2-3 Berlaku di Jawa dan Bali
-
Jalan Keluar Suatu Masalah Jadi Pemantik Masalah Selanjutnya
-
Gelisah jelang Hari Senin, Ini 5 Cara Jitu Menanggulangi Lunaediesophobia
-
5 Minuman Berkhasiat yang Bisa Membakar Lemak di Tubuh Kamu
Artikel Terkait
-
Hangat! Pertemuan Wali Nanggroe Aceh dan JK Usai Polemik Pulau Selesai
-
Bandara Ditutup, 42 WNI Ziarah Terjebak di Israel: Begini Upaya Evakuasi
-
Pesta Megah Al Ghazali Mungkin Tak Terulang di Pernikahan El Rumi dan Dul Jaelani
-
Wali Nanggroe Aceh Soal 4 Pulau: Alhamdulillah, Polemik Sudah Selesai
-
Agustus, Ketua Baleg Bob Hasan Janjikan RUU PPRT Bisa Diketok DPR
Sastra
Terkini
-
Hearts2Hearts Jadi Peri Keberuntungan di Sekolah Lewat Teaser MV Lagu Style
-
Fakta Peran Moon Ka Young di Drama 'Law and the City', Jadi Pengacara Muda
-
Ulasan Novel Built to Last: Pertemuan Dua Hati di Tengah Renovasi
-
Review Novel Ikhlas Penuh Luka: Bukan tentang Melupakan, Tapi Merawat
-
Lemon Drop oleh ATEEZ: Pengakuan Cinta yang Manis dan Menyegarkan