Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Rico Andreano
ilustrasi danau (pixabay.com)

Tepi danau aku menatap banyak sekali hamparan hutan yang hijau dengan cakap. Hutan yang masih terjaga kehidupannya dari tangan-tangan jahil manusia tamak. Manusia tamak yang membunuh seluruh kehidupan hutan dengan sadisnya. Demi incaran khazanah alam yang terkubur di bawah hutan.

Tampak sebuah pondok nan megah berdiri dengan teguhnya. Pondok kayu tempat wisatawan tuk menginap merasakan keasrian hutan yang lebat dan hamparan keelokan danau yang tiada duanya dengan yang lain. Pondok kayu menghantarkan ademnya permai danau.

Memanfaatkan kesempatan yang tak disia-siakan dengan memotret keelokan danau. Di tepi danau aku memotret menjadi foto yang kuabadikan dalam figura yang terpampang di pojok galeri seni. Sungguh jernihnya danau membawa pasang mataku dibuat terpanjat olehnya.

Tampak terdengar suara monyet saling menyapa satu sama lain. Kehidupan monyet di hutan penuh sentosa. Nampak dengan jelas monyet-monyet berbandul di atas pohon. Senyum dan tawa lepasku yang tak bisa terbendung saat menatap kawanan monyet berbandul di atas pohon.

Burung gagak dengan teguh terbang tinggi dalam angkasa. Terbang mengangkasa dengan segala keelokan paruhnya. Kupotret sang burung gagak yang terbang mengangkasa dengan anggun dan membuat terpana olehnya.

Nampak dengan jernih danaunya bertebaran khazanah yang terkandung di dalamnya. Ikan-ikan tumpah ruah berada di danau. Ikan-ikan yang melimpah terjaga kehidupannya. Sangat lestari dan tentram kehidupannya. Tentram kehidupannya dari ancaman bom ikan dan pukat harimau.

Rico Andreano