Senda gurau dunia yang memberi sebuah pertanda kepada seluruh manusia. Manusia menganggap dunia sebagai sesembahan. Yang selalu memuja-muja dunia begitu sempurna. Seakan tak pernah ada tuna yang tergores pada dunia. Manusia tak menyadari dengan itu semua yang terpancar pada dunia.
Senda gurau dunia memberikan tanda sebuah kebohongan kepada manusia. Sangat lugu manusia dengan apa yang ada di dunia. Tertancap dalam jiwa bahwa dunia adalah kekekalan sejati.
Tak menyadari manusia dengan segala tipu muslihat dunia. Pantas saja senda gurau dunia yang berseru kebodohan manusia. Manusia tak peduli dengan lugunya mengejar apa yang menjadi keinginannya. Masa bodoh dengan fatamorgana dunia yang bersambut akan lenyapnya kehidupan.
Bukan main kebodohan yang dicampakkan pada manusia. Yang tak pernah menganggap bahwa dunia ini hanyalah sebuah diorama kecil bagian dari kehidupan yang kekal sejati. Manusia tak pernah menganggap adanya sebuah kehidupan kekal setelah akhir dari kehidupan dunia.
Pertanda kematian jiwa manusia yang tercerabut pelan-pelan dari setiap raga yang ada. Senda gurau dunia yang sangat mematikan nalar manusia. Godaan kesesatan yang membersamai dimana langkah manusia berpijak.
Hunian yang menjadi istana bagi manusia bernama dunia menjadi naungan. Yang tak disadari hunian yang kekal adalah alam setelah kehancuran seluruh dunia beserta alam raya. Dunia bagaikan sebuah tempat yang dianggap tenang. Padahal dunia ini tak pernah memberi rasa tenang yang sangat menipu manusia.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
5 Atlet Unggulan yang Kandas di Babak Awal Indonesia Open 2025, Early Exit!
-
Selamat! Sinners Jadi Film Orisinal Terlaris di Box Office Dekade 2020-an
-
Antara Keringat dan Ketakutan: Saat Catcalling Membayangi Langkah Perempuan
-
Ulasan Novel The Briar Club: Kisah Perempuan Tangguh di Tahun 1950-an
-
Review Film Black Box Diaries: Catatan Kelam yang Menguak Pelecehan Seksual