Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Rico Andreano Fahreza
Ilustrasi Anak Menjulurkan Lidah. (pixabay.com)

Mereka yang mengumbar rayuan manis penyemangat jiwa bagi siapa saja. Mereka layaknya pesohor yang menghiasi layar kaca. Hanyalah menjual lidahnya demi meraup ketenaran. Yang selalu memberikan untaian kata-kata bernama motivasi. Seketika manusia menjadi percaya dengan seluruh apa yang disampaikan. Yang selalu tenar dengan kelihaian membius jiwa yang dirundung duka. Berubah seketika jiwa yang dirundung duka menjadi jiwa periang.

Sebegitu dahsyatnya segala apa yang diberikan kepada jutaan tatap mata yang semakin penasaran dengan untaian kata-kata indah yang penuh rayuan manis. Menjadi tanda tanya akan cerminan kehidupan yang nyata yang sesuai atau tidaknya dengan apa yang disampaikan.

Manusia dengan polosnya hanya mengangguk kepala mudah mempercayai begitu saja. Yang tak tahu cerminan kehidupan seorang motivator seperti apa. Mereka yang disematkan motivator. Motivator yang membuat siapapun terlena dengan gagah rupanya. Yang menjadikan untaian kata-katanya yang sangat syhadu nan manis menjadi komoditas dagangannya.

Yang belum tentu menjamin kehidupan nyata sepadan dengan yang disampaikan. Hanya bisa memberi motivasi tanpa melakukan langsung. Zaman ini segalanya bisa dijadikan dagangan. Termasuk berdagang lidah. Yang berpenampilan perlente yang menghiasi seluruh layar kaca dengan tatapan penuh senyum. Mereka menjual lidahnya dengan begitu mudahnya.

Sambutan tepuk tangan penonton studio layar kaca yang mengalir tak pernah berhenti penuh sorak sorai. Seakan tepukan tangan yang menjadi nyali motivator untuk terus menjual lidahnya.

Rico Andreano Fahreza