Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Diat Anugrah
Ilustrasi asap. (pixabay.com)

Asap kretek melayang membumbung laksanap yang saking liarnya ingin keluar dari liang kepala

Asap menari, berlenggak lenggok

Penari menari di atas panggung

Berkumpul, melayang, menuju ruang hampa, ketiadaan

Asap menghilang, manusia mati

Tuan hisap kretek, laki-laki mengawini perempuan

Berharap, menggantikan yang mati

Tuan hisap kretek, asap disimpan dalam mulut

Laki-laki mengawini perempuan, janin dikandung dalam rahim

Tak butuh 9 detik, asap keluar

Tak cukup 9 bulan, manusia lahir

Asap keluar, menari-nari di udara

Kesana kemari, kanan kiri, naik turun, selatan utara

Ikut arah angin saja

Manusia lahir, berjibaku di dunia

Kesana kemari, kanan kiri, naik turun, selatan utara

Manusia punya kehendak, punya tujuan

Itu bedanya, meski tak semua punya

Keluar dari mulut manapun, asap sama saja

Asap melayang, terbawa angin, menuju ketiadaan

Manusia pontang-panting, menuju mana?

Manusia ikut angin, menuju ketiadaan

Manusia bergerak sendiri, menuju kemandirian

Manusia mandiri, menuju mana?

Manusia, lahir dari rahim orang kaya, jadi orang kaya

Manusia, lahir dari rahim orang miskin, pengin jadi kaya

Asap, hilang dilupakan, seketika digantikan

Hisap lagi saja kretek Tuan

Manusia, dikandung 9 bulan

Dirawat, dididik, dipelihara bertahun-tahun

Mati, jadi kenangan, susah tergantikan

Asap, menghilang melebur menyatu mengikuti angin

Hilang begitu saja, selesai perjalanannya

Tak ada tanggung jawab atas tariannya

Yang mungkin membuat sesak seorang anak

Atau membunuh seekor nyamuk

Manusia mati, pembalasan menanti

Bukan akhir perjalanan, tapi awal pertanggung jawaban

Manusia siksa kucing, kucing membalas siksa manusia

Manusia rawat kucing, manusia dirawat Tuhannya

Asap dan Manusia

Kadang sama, kadang berbeda

Diat Anugrah