Catatan kecil tentang perpisahan yang dirangkai dalam kata-kata menghanyutkan penuh haru bersemai benih-benih kerinduan. Menjadi layu raga tak ada gelora lagi yang memdadamkan asa. Kala dera perpisahan dari dunia yang semakin berjalan dengan singkat. Waktu demi waktu memacu detak nyawa yang tinggal seujung jari. Perpisahan hayat dari segenap alam dunia menyambut ruh.
Ruh yang terpanggil meninggalkan tak pernah bisa kembali. Tiada harapan bagi ruh bisa bertemu dengan alam dunia lagi. Mendengar panggilan-Nya tuk memisahkan ruh dari raga. Kiasan keabadian dunia hanya sebuah kehidupan kecil. Adalah kehidupan yang abadi setelah kehidupan dunia. Dunia yang bergerak terus semakin berujung usianya. Dalam hitungan waktu bisa saja ruh berpisah dari raga.
Hentakan tanda kematian mendera raga amat perih rasanya. Berucap selamat tinggal pada dunia yang tak pernah kekal. Tanda perpisahan pada dunia yang bersambut tangis menyaksikan ruh meninggalkan raga. Tak ada pesan khusus yang terucap dari ruh kepada dunia. Dunia penuh kesedihan melepas kepergian nyata ruh menuju asal diciptakan manusia dari tanah.
Tanah menjadi kawitan bagi manusia yang tercipta dengan raga amat sempurna. Ungkapan perasaan perpisahan ruh dari dunia melanjutkan kehidupan abadi dalam kehadirat-Nya. Sudah menjadi kehendak-Nya bagi semua jiwa yang hidup akan kembali menjadi tanah. Dunia hanya ladang perantauan berpijaknya manusia dari satu tempat menuju tempat lain.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
5 OOTD Boyish Style ala Natty Nantanat, Bisa Buat Hangout Hingga Ngonser!
-
Ulasan Novel Evermore: Kisah Rumit yang Bikin Nyesek Sekaligus Gregetan!
-
Teaser Rilis, Arisu Bertekad Selamatkan Usagi di Alice in Borderland 3
-
Ulasan Novel Matahari Terbenam, Potret Sunyi dari Dunia Pasca Perang
-
Mengajak Kemball Membaca Diri, Kawruh Jadi Payung untuk Tubuh Biennale Jogja 18