Berkata kepada hamparan danau dalam sejuta jerit kegundahan yang tak bisa terpendam lagi. Kegundahan akan kehidupan dunia terkoyak dalam tingkah manusia semakin bebal. Semakin bebal menjadi liar tiada kendali.
Hamparan danau menjadi sahabat nyata dalam langkah kehidupan yang kujalani. Dalam kesendirian menjauh dari segenap manusia yang bertingkah bebal. Tak tahan lagi menatap jahatnya manusia kepada sesama.
Segenap manusia saling membunuh satu sama lain. Saling membunuh dalam api nafsu yang membara. Api nafsu menjadi penuntun langkah manusia yang semakin tak karuan.
Bertebaran segala kehancuran dunia membuat sanubari kecil seakan tersayat-sayat. Dalam keutuhan raga yang semakin tak kuat lagi menatap segala tingkah manusia yang tak karuan.
Menikmati indahnya hamparan danau berhimpit pada gunung yang sangat agung. Gunung yang sangat agung menjulang tinggi berdiri amat kokoh tertancap di bumi. Nikmatnya kedamaian dalam kesendirian penuh keteduhan nyata.
Alam pikiran penuh kekalutan dalam bauran rasa takut akan kehidupan yang semakin singkat. Sepanjang waktu terus berkata curhatan perihal kehidupan yang semakin berantakan. Seakan kehidupan dunia telah terbalik.
Tak ada tingkah mulia sedikitpun yang terpancar pada kehidupan dunia. Seakan kehidupan dunia menemui ajalnya dalam kehancuran sejati. Menjadi pertanda musnahnya naluri kemanusiaan dalam keniscayaan kehidupan dunia.
Menatap keindahan hamparan danau dalam ungkapan kegundahan menjadi pelengkap kehidupan yang berhias dalam kesendirian.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
4 Padu Padan OOTD ala Yeji ITZY, Ada Tampilan Santai hingga Feminim
-
Futsal Anti-Mainstream: Formasi dan Strategi yang Bikin Lawan Panik
-
5 Drama Korea Terbaru Juli 2025, Ada Drama Lee Jong-suk dan Moon Ga-young
-
Ulasan Film Jurassic World Rebirth: Visual Gila, Cerita Bikin Penasaran!
-
Alunan Piano yang Menghubungkan Rasa Cinta dalam Novel A Song For Alexa