Sudahkah teman-teman menonton film berjudul Escape from Mogadishu? Film keluaran tahun 2021 tersebut merupakan mengangkat tema sejarah perjuangan masuknya Korea Selatan sebagai anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Film yang bersetting tahun 1991 tersebut mengisahkan tentang perjuangan para diplomat Korea Selatan yang dikirimkan ke Mogadishu, Somalia. Diplomasi tersebut dimaksudkan untuk melobi pemerintah Somalia agar mendukung upaya Korea Selatan bisa masuk menjadi anggota tetap PBB.
Namun sayangnya, tahun 1991, Mogadishu, ibu kota dan kota terpadat di Somalia dikoyak oleh perang saudara. Personil dan keluarga kedutaan Korea Selatan, yang terisolasi tanpa komunikasi, harus menghindar dari kekacauan dan hujan peluru. Hingga suatu malam, personel dari kedutaan Korea Utara mengetuk pintu meminta bantuan mereka. Pada akhirnya, mereka harus melakukan sebuah kesepakatan sulit, yakni bersama-sama untuk keluar dari Mogadishu yang tengah kacau.
Film Korea ini oleh Kim Yoon-seok, ia memerankan Duta Besar Korea Selatan, Han Shin-sung. Sementara Joon Ho-uh memerankan konselor Korea Utara, Rim Yong-su.
Escape from Mogadishu merupakan salah satu film yang mampu mendapatkan rating tinggi. Di beberapa situs layanan streaming film, Escape from Mogadishu mendapatkan rating rata-rata 7,6/10.
Sementara dari laman IMDB, film Escape from Mogadishu mendapatkan rating 7,2/10. Sebuah capaian yang tinggi, dan tentu saja hanya bisa didapatkan oleh film-film yang berkualitas.
Satu hal yang membuat film ini begitu berkesan bagi umat islam adalah terdapat scene Azan yang dilantunkan secara utuh. Iya, bukan hanya sekilas lalu saja, azan di film ini secara utuh diperdengarkan, mulai awal hingga akhir.
Hal yang lebih membuat hati tersentuh adalah, azan begitu dihormati dalam film Escape from Mogadishu ini. Para tokoh melakukan dialog hanya ketika awal-awal azan saja. Ketika di pertengahan azan, terdapat dialog yang dilakukan oleh Duta Besar Han Shin-sung. Dialog tersebut dilakukannya di sela-sela suara azan. Tepatnya ketika kumandang azan terjeda.
Selebihnya, tak ada lagi dialog yang dilakukan, hingga kumandang azan diakhiri. Tak ada lagi dialog yang dilakukan oleh para pemain. Sebuah hal yang sangat perlu untuk diapresiasi.
Pasalnya, jarang sekali sebuah film menampilkan scene azan secara utuh dan menjadikannya sebagai suara utama dalam adegan. Bahkan, film dari negara-negara muslim sekalipun jarang. Apalagi ini adalah sebuah film yang dirilis oleh Korea Selatan, sebuah negara yang identik dengan liberalisme. Betapa indahnya saling menghargai ya!
Baca Juga
-
Timnas U-17 Jangan Terlalu Jumawa, Uzbekistan yang Mereka Kalahkan Bukanlah Tim Juara Asia
-
Sandy Walsh Gabung Buriram, Liga Thailand Kian Disesaki para Defender Timnas Indonesia
-
Nasib Sandy Walsh dan Tak Ramahnya Tanah Matahari Terbit bagi Pesepak Bola Indonesia
-
Piala Kemerdekaan 2025: Kans Menang Skuat Garuda Muda Melawan Uzbekistan U-17 KW 2
-
Bukan Hanya Sekadar Pindah, Hijrahnya Jay Idzes Juga Pecahkan Rekor Kawasan ASEAN!
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Labinak: Praktik Sekte Kanibalisme dalam Keluarga Bhairawa
-
Horor Kanibalisme dalam Film Labinak yang Memunculkan Sumanto
-
Ulasan Novel 0 KM (Nol Kilometer): Simbolis Pertemuan dan Perpisahan
-
Ulasan Buku Passive Income Strategy, Tips Investasi Biar Tetap Cuan
-
Review Film The Seed of the Sacred Fig: Tatkala Rumah Jadi Miniatur Negara
Terkini
-
Dandan Sat-Set, Tiru 4 Look Anggun Kim Ji Won dengan Dress Simpel Elegan
-
Belajar dari Denmark: Mengorbankan Pajak Buku Demi Cegah Krisis Literasi
-
4 Rekomendasi Serum dengan Ekstrak Kaktus untuk Rahasia Kulit Lembap dan Bebas Kusam
-
4 Inspirasi Padu Padan Outfit Minimalis ala Lee Sun Bin, Modis Tanpa Ribet!
-
Futsal Perempuan: Ruang Kebebasan, Ruang Perjuangan