Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Muhamad Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Buku luka tapi tidak berdarah.[Dokumen pribadi]

Sedih dan bahagia merupakan dua kondisi yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Saat sedang mengalami hal-hal yang tak mengenakkan atau membuat hati terluka biasanya kita akan didera perasaan sedih dan sakit hati. Demikian sebaliknya, ketika hal-hal yang membahagiakan datang, maka jiwa dan hati kita pun akan merasakan kebahagiaan.

Kebahagiaan memang kerap membuat kita terlena dan selalu kita harapkan tak pernah pergi dari kehidupan ini. Harapan agar kita selalu hidup bahagia memang sah-sah saja, akan tetapi kita harus ingat bahwa saat ini kita masih hidup di dunia. Artinya, penderitaan atau kesedihan, suatu saat akan datang menyapa hidup kita. Karena, sebagaimana saya katakan di awal, sedih dan bahagia merupakan dua kondisi yang pasti akan dialami oleh setiap manusia.

Yang paling penting adalah berusahalah untuk tetap bersabar dan mensyukuri segala apa yang kita miliki saat ini. Ketika sedang bahagia, berusahalah sewajarnya saja menyikapi kebahagiaan tersebut. Pun sebaliknya, saat sedang ditikam rasa sedih, bersedihlah sewajarnya. Jangan sampai berlebihan.

Menurut saya, setiap orang perlu belajar cara menaklukkan kesedihan atau penderitaan. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat merasa legawa, ikhlas, dan tak terlalu terbawa arus kesedihan saat suatu hari merasakan penderitaan. Dalam buku "Luka tapi Tidak Berdarah" karya Anna R. Vitria, dijelaskan 4 langkah awal dalam menaklukkan penderitaan. Berikut ulasan ringkasnya:

1. Olah napas

Tarik napas dalam-dalam (bisa juga disertai dengan memejam mata) lalu embuskan perlahan-lahan. Ulang sekali lagi, tariklah napas dalam-dalam, lalu embuskan perlahan-lahan. Ulangi sekali lagi tanpa memejamkan mata. Inilah yang disebut dengan olah napas. Gunanya untuk mengalirkan oksigen baru melalui aliran darah ke dalam tubuh kita. Otak terasa lebih fresh dan hati kita akan terasa nyaman. Ketika kita mengembuskan napas, maka akan mengeluarkan oksigen yang sudah terlalu lama dalam tubuh kita keluar. Fungsi dari menarik napas lalu mengembuskannya adalah mengganti oksigen yang lama dengan oksigen baru yang lebih segar.

2. Niat yang kuat

Niat adalah kekuatan yang akan membantu kita dalam menghentikan laju penderitaan. Niat akan menentukan seberapa jauh kita berani melangkah untuk meninggalkan penderitaan. Semakin kuat niat kita, maka kemungkinan berhasil keluar dari penderitaan akan semakin besar. Kesimpulannya, berusahalah memiliki niat yang kuat untuk keluar dari penderitaan dan yakinlah bahwa kebahagiaan akan segera kita raih. Yakinlah bahwa derita yang kita alami sifatnya hanya sementara dan akan segera berganti dengan kebahagiaan. 

3. Meyakinkan diri

Terkadang, hal yang menjadikan kita tidak jadi melangkah adalah karena tak yakin dengan apa yang kita lakukan. Padahal, sesungguhnya keyakinan itu muncul ketika kita sudah mulai melangkah. Jika kita merasa langkah kita tidak tepat, sebaiknya jangan memundurkan langkah, tapi berusaha menemukan jalan pintas yang tepat sebagai alternatif. Memang meyakinkan diri akan lebih mudah ketika niat kita sudah teguh. Namun jika kita menunggu niat teguh, kapan kita mulai melangkah? Sejujurnya, niat yang teguh itu akan terbentuk ketika kita sudah mulai melangkah. Kesimpulannya ketika kita ingin keluar dari penderitaan maka kita harus melangkah terlebih dahulu.

4. Selalu semangat menyembuhkan luka

Motivasi itu penting bagi hidup. Motivasi membantu kita agar tetap berada pada posisi semangat. Motivasi adalah dorongan psikologis yang melahirkan sikap semangat. Ia dapat menjadi suatu kekuatan yang tak terbendung. Kesimpulannya, berusahalah mencari motivasi atau penyemangat agar kita bisa keluar dari penderitaan. Motivasi bisa datang dari mana saja, misalnya dari membaca buku-buku yang menginspirasi, orang-orang terdekat kita, dan lain sebagainya.

Selain menguraikan langkah-langkah awal dalam menaklukkan penderitaan, dalam buku terbitan Araska Yogyakarta (2021) ini juga dipaparkan tentang bagaimana cara mengelola perasaan agar kita bisa tetap tersenyum dan juga tentang pikiran positif sebagai cara untuk mengobati luka. Kesalahan penulisan masih ditemukan dalam buku ini, tetapi masih bisa diperbaiki bila sewaktu-waktu pihak penerbit hendak mencetak ulang. Semoga ulasan ini bermanfaat.

*Sam Edy Yuswanto. Penulis lepas mukim di Kebumen.

Sam Edy Yuswanto