Mengeluh, mudah putus asa, merasa ketiban sial dan seolah dunia tak mau berpihak padanya adalah termasuk sifat-sifat yang kerap dialami oleh manusia. Sifat-sifat ini bila dibiarkan tentu dapat berbahaya karena dapat membuat kepribadian kita mudah rapuh sehingga enggan untuk bersyukur dan bersabar. Padahal, sabar dan syukur merupakan sifat terpuji yang dapat menenangkan hati saat kita berhadapan dengan persoalan.
Manusia yang memiliki sifat sedikit-sedikit mengeluh menandakan cara berpikirnya sempit. Profesor Dadang Kahmad dalam buku yang berjudul Musibah Pasti Berlalu, Merajut Optimisme Hidup di Saat Menderita (Quanta, 2014), menjelaskan bahwa kelemahan manusia yang paling mendasar dan menyebabkannya terlempar ke dalam derajat yang paling rendah (asfala safilin) adalah kepicikan dan kesempitan akal pikirannya. Alquran terus-menerus menyebutkan kelemahan ini dalam berbagai bentuk dan konteks. Kesombongan, mementingkan diri sendiri, ataupun sering menampakkan ketamakan, pada dasarnya adalah karena kelemahan aspek pikir tersebut. Akibatnya, manusia memiliki nafsu yang ingin serba instan sehingga mereka menjadi sombong sekaligus mudah berputus asa.
Kita tentu tahu dan sepakat bahwa berpikir positif merupakan hal yang diajarkan dalam agama. Berpikir positif dapat menenangkan hati kita yang sedang dilanda kegundahan. Ketika pikiran kita selalu dikondisikan positif dalam berabagi situasi kondisi, segala persoalan akan mampu kita hadapi dengan tenang, tidak tergesa-gesa, dan jalan keluar terbaik pun akan mudah ditemukan. Oleh karena itu, mari kita selalu berusaha untuk berpikir positif, baik terhadap sesama, lebih-lebih kepada Tuhan.
Perihal pentingnya berpikir positif terhadap Tuhan, Profesor Dadang Kahmad menjelaskan bahwa, persangkaan yang baik kepada Allah akan menciptakan kehidupan yang baik dan mudah. Dengan persangkaan yang baik kepada Sang Pencipta, maka akan menempa kita menjadi manusia yang selalu berpikir positif sehingga akan positif pula kehidupan kita. Apabila menganggap ada kemudahan di balik musibah dan kesulitan yang menimpa, maka Tuhan juga akan memudahkan kehidupan kita.
Buku berjudul Musibah Pasti Berlalu, Merajut Optimisme Hidup di Saat Menderita ini, sebagaimana diungkap Profesor Dadang Kahmad dalam pengantarnya, disusun sebagai pesan bagi kita agar menggunakan anugerah kehidupan secara optimis dan penuh pengharapan. Kehidupan sepahit atau semenderita apa pun akan dijalani dengan kompetitif oleh orang-orang yang optimis. Mereka tidak akan mudah kalah dan menyerah ketika menghadapi masalah dan musibah.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Nine Month Contract: Hubungan Kontrak yang Tumbuh Menjadi Cinta
-
Potret Rumitnya Keluarga dalam Film My Mother's Wedding
-
Novel Pasar Gubahan Kuntowijoyo: Menilik Kuasa di Dalam Pasar
-
SEVENTEEN Thanks: Rasa Terima Kasih Tulus untuk Semua Cinta Selama Ini
-
Berlogika di Manhwa Isekai Lewat Must the Reincarnated Mother Always Die?
Terkini
-
Cherrypop Festival 2025 Hari Kedua: Genre dan Penonton yang Lebih Beragam
-
Lebaran Skena di Cherrypop Festival 2025 Day 1, Kumpulan Band Memukau
-
Sinopsis Andaaz 2, Film India Terbaru Natasha Fernandez dan Aayush Kumar
-
Anime Etoile Blossoming in Paris Tayang Perdana 13 Maret 2026
-
idntt unevermet Ungkap Pertemuan Pertama Penuh Takdir di Lagu You Never Met