Setiap orang tentu mendambakan keluarga yang bahagia. Kebahagiaan dalam sebuah keluarga dapat ditandai dengan tercukupinya berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai pangan, sandang, hingga papan. Adalah Yudistira, tokoh utama dalam novel Cruise to Alaska (Bhuana Sastra, 2019) karya Andrea Haribawa yang telah lama ingin memiliki keluarga bahagia. Bagi Yudistira, keluarga adalah segalanya. Atas dasar itulah ia bercita-cita ingin menjadi orang kaya, agar bisa meringankan beban berat kedua orangtua dan adik-adiknya.
Dulu, saat gempa hebat melanda Bantul dan sekitarnya, rumah orang tua dan para penduduk desa porak poranda. Hancur dan rata dengan tanah. Untung nyawa mereka masih bisa diselamatkan meski harus berjuang keras untuk mengembalikan apa yang pernah mereka miliki. Hidup di rumah sederhana, dengan kondisi perekonomian serba pas-pasan bahkan kerap mengalami kekurangan, membuat Yudistira memilih bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di San Fransisco (Cruise to Alaska , halaman 29).
Yudistira bercita-cita ingin menjadi pelayan di kapal pesiar. Alasannya, konon gaji yang akan diterima oleh orang yang bekerja di kapal pesiar itu sangat besar. Ia berharap kelak dengan uangnya tersebut dapat memperbaiki perekonomian bapak, ibu, dan adik-adiknya yang masih membutuhkan biaya yang banyak untuk melanjutkan sekolahnya.
Ternyata profesi pelayan di kapal pesiar itu sangat berat. Ia harus kehilangan banyak waktu untuk dirinya sendiri. Bahkan waktu untuk tidur pun sangatlah terbatas. Banyak sekali tantangan dan kejadian tak menyenangkan yang dialami oleh Yudistira selama menjadi pelayan di kapal pesiar. Misalnya, ketika ia dimarahi akibat keliru mengenakan seragam. Ia juga dikerjai ke sana kemari oleh sesama pelayan saat mencari kabin yang menjadi tempat tinggalnya selama bekerja di kapal pesiar (Cruise to Alaska, halaman 49).
Selain itu, Yudistira juga harus menerima kenyataan pahit dan berusaha memupuk kesabarannya ketika ia harus tinggal sekamar dengan Davor, pelayan dari Serbia, yang memiliki sifat dan perilaku sangat menyebalkan dan hidup bebas dengan wanita. Tak ayal, Yudistira harus memupuk kesabarannya saat menyaksikan kelakukan Davor yang memiliki gaya hidup bebas tanpa batas itu.
Kisah Yudistira dalam novel Cruise To Alaska yang dikemas dengan gaya bahasa renyah dan diwarnai banyolan ini tak hanya menarik, tapi juga menyelipkan hikmah yang bisa dipetik oleh para pembaca bahwa kebahagiaan sebuah keluarga adalah segalanya dan setiap orang berhak memiliki cita-cita yang harus selalu diperjuangkan.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Julie Keeps Quiet: Yang Memilih Nggak Terlalu Banyak Bicara
-
Ulasan Novel Saksi Mata: Kebenaran yang Tak Bisa Dibungkam Oleh Kekuasaan
-
Review Film Tak Ingin Usai di Sini: Saat Cinta Diam-Diam Harus Rela Pergi
-
Review Film Big World dari Sudut Pandang Disabilitas, Apakah Relate?
-
Ulasan Buku The Art of Reading: Teknik Baca Kilat dan Memahami Isi Buku
Terkini
-
Chocolate oleh Baekhyun: Ungkapan Manis Pahitnya Perasaan Cinta Bak Cokelat
-
Budaya Cicil Bahagia: Ketika Gen Z Menaruh Harapan pada PayLater
-
Tampil Kece Seharian dengan 5 Inspirasi Outfit Kasual ala Al Ghazali
-
Kutukan Tambang Nikel? Keuntungan Ekonomi Melambung, Kerusakan Lingkungan Menggunung
-
Di Balik Layar Drama Korea Good Boy: Para Cast Ceritakan Pengalaman Seru Selama Syuting