Dalam beberapa kesempatan, daya berpikir kritis perlu dilatih dan diasah. Tujuan berpikir kritis bukanlah semata untuk mengorek kesalahan atau kekurangan orang lain, namun untuk menganalisis sebuah permasalahan dengan lebih tajam dan mendalam. Demikian pula dengan berani. Tidak semua kata berani berarti angkuh, siap tarung atau tak pantang mundur. Lebih tepatnya, berani dalam konteks ini maksudnya adalah tidak segan-segan menyuarakan kebenaran dan kebaikan.
Dalam buku yang ditulis oleh Harlis Kurniawan yang berjudul Melatih Berpikir Kritis & Berani terbitan Rihlah Press 2005 ini, memuat sebanyak 30 cerita islami penuh hikmah yang ditujukan agar dengan membaca buku serial cerita ini, pembaca dapat melatih dirinya untuk berpikir tajam dan tidak sungkan menyuarakan kebenaran.
Seluruh kisah yang terdapat di buku ini merupakan cerita yang menggiring kita agar berpikir kritis. Salah satu contoh kisah dengan judul Kambing di halaman 13. Pada zaman dahulu di tanah Melayu terdapat kesultanan kecil yang dipimpin oleh pemuda alim bernama Maulana Nuruddin yang biasa dipanggil Bujang. Bujang ini suka bertingkah laku aneh. Sejak kewafatan ayahnya, Syaikh Syamsuddin, si Bujang sering bepergian ke tempat-tempat yang sepi dan ramai. Bertambah hari, kelakuannya bertambah aneh.
Saat pergi ke pasar, Bujang ditanya oleh penjual durian yang sangat laris manis itu.
“Hai Bujang, kalau kau hendak menyambut kebahagiaan, mengapa kau tidak mencari kerja?”
“Untuk apa cari kerja?” tanya Bujang menyerang.
“Ya, untuk cari uang.”
“Untuk apa cari uang?”
“Ya, tentu saja untuk makan.”
“Lalu, untuk apa makan?”
“Tentu saja agar kuat cari uang.”
“Kalau cari kerja untuk cari uang, maka uang untuk makan, makan untuk kerja, dan kerja untuk cari uang lagi, lalu apa bedanya kau dengan kambing itu?” tanya Bujang sambil menunjuk seekor kambing yang sedang makan rumput tidak jauh darinya.
Tiba-tiba wajah lelaki itu merah padam sebab Bujang telah menyamakan dirinya dengan seekor kambing. Ia pun bangkit dan meninggalkan Bujang.
Kisah di atas menjadi tamparan keras bagi kita, bahwa jika kita sehari-hari hanya sibuk dengan bekerja untuk dapat uang, serta sibuk cari uang agar bisa makan, maka kita tak ubahnya kambing yang hanya menyibukkan diri untuk makan.
Tahukah, untuk apa kita diciptakan? Kalau kambing memang untuk makan, lalu kita santap dagingnya. Sementara kita? Sebagaimana firman Allah, jin dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Dari itu, jangan hanya sibuk kerja untuk cari makan, hingga lupa ibadah. Kerja penting, dan ibadah jauh lebih penting.
Baca Juga
-
Xiaomi Civi 5 Pro, Ditenagai Chipset Snapdragon 8s Gen 4 dan Kamera Leica
-
Vivo X Fold 5 Rilis Juli Mendatang, Diyakini Bakal Jadi HP Lipat Paling Ringan di Dunia
-
Apple iPhone 17 Series Siap Meluncur September 2025, Intip Spek dan Prediksi Harganya
-
Rilis Akhir 2025, Xiaomi 16 Menjadi Ponsel Pertama Pakai Chipset Snapdragon 8 Elite 2
-
Honor Pad 10 Resmi Meluncur, Tablet Tipis Usung Snapdragon 7 Gen 3 dan Baterai Jumbo
Artikel Terkait
Ulasan
-
Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad: Uji Moral dan Permainan Psikologis
-
Petualangan Dua Sahabat di Laut Papua Nugini dalam Buku The Shark Caller
-
Ulasan Novel di Balik Jendela: Rahasia Trauma yang Tersembunyi dalam Isolasi
-
Curug Pangeran, Di Balik Keindahan Alam Ada Sebuah Mitos yang Beredar
-
Review Film Io Capitano: Tiap Langkah yang Terluka Saat Mengadu Nasib
Terkini
-
Jennie BLACKPINK Tembus Daftar Album Terbaik Rolling Stone 2025
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
6 Drama China yang Dibintangi Pan Meiye, Beragam Peran
-
4 Ide OOTD Stylish ala Shin Soo Hyun untuk Gaya Nyaman Saat City Trip!
-
Tom Felton Perankan Draco Malfoy Lagi Lewat Harry Potter versi Broadway