Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan yang beragam. Mulai dari suku, ras, agama, budaya, dan bahasa. Kekayaan Indonesia terutama masyarakat Madura adalah tema yang sangat jarang diangkat ke dalam sebuah karya sastra seperti novel. Namun Muna Masyari justru menjadikan lokalitas Madura sebagai ciri khas dari semua tulisannya.
Muna Masyari adalah seorang penulis kelahiran Pamekasan, Madura. Dalam sebuah novel karyanya yang berjudul Damar Kambang, Muna mencoba mengangkat sekaligus mengkritik budaya yang dipraktekkan secara kolot dan mencekik.
Damar Kambang bercerita tentang tokoh bernama Cebbing yang menjadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya yang menjalankan tradisi secara kaku. Cebbing dan tunangannya yang bernama Kacong urung menikah hanya karena hantaran yang kurang. Batalnya pernikahan tersebut kemudian memunculkan banyak permasalahan dimana Cebbing terus saja menjadi korban.
Cebbing hanya menjadi pelampiasan kesombongan, nafsu, dan amarah dari orang-orang di sekitarnya. Di dalam novel ini kita diajak untuk mengikuti beberapa sudut pandang dari para tokoh wanita. Sudut pandang yang berbeda tersebut kemudian berhubungan satu dan lainnya.
Membaca novel ini membuat kita tertampar bahwa kenyataannya di negeri kita ini, kaum perempuan memang kerap kali menjadi korban dari kegoisan laki-laki yang dibungkus dengan dalih budaya, tradisi, maupun agama. Novel ini juga akan membuat kita merenung, apakah tradisi yang sudah menimbulkan korban layak untuk dipertahankan? Apakah tradisi lebih penting daripada manusia itu sendiri?
Muna Masyari mungkin sengaja memberi nama tokoh sentral dalam novel ini dengan nama Cebbing dan Kacong. Cebbing dalm bahasa Madura berarti anak perempuan, sedangkan Kacong bermakna anak laki-laki. Penamaan ini mungkin sengaja untuk menunjukkan bahwa banyak anak yang sudah menjadi korban dari nilai-nilai patriarki yang tetap dipegang teguh.
Selain menyajikan kritik pedas terhadap tradisi yang dijalankan secara kaku, novel ini juga akan mengajak kita mengenal budaya Madura yang luhur dan penuh makna filosofis. Konflik yang disajikan juga membuat novel ini semakin menarik.
Novel ini masuk dalam lima besar nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa ke 21, jadi tidak perlu meragukan kualitas dari novel ini. Selamat membaca.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Gie dan Surat-Surat yang Tersembunyi
-
Ulasan Buku Guns, Germs, & Steel, Mencari Tahu Faktor Bangsa yang Maju
-
Ulasan Buku Sejarah Australia, Berdirinya Negara Melalui Commonwealth Of Australia.
-
Ulasan Buku Memburu Muhammad, Memetik Hikmah dari Kisah-kisah Islami
-
Ulasan Buku Serdadu Afrika di Hindia Belanda 1831-1945
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Nine Month Contract: Hubungan Kontrak yang Tumbuh Menjadi Cinta
-
Potret Rumitnya Keluarga dalam Film My Mother's Wedding
-
Novel Pasar Gubahan Kuntowijoyo: Menilik Kuasa di Dalam Pasar
-
SEVENTEEN Thanks: Rasa Terima Kasih Tulus untuk Semua Cinta Selama Ini
-
Berlogika di Manhwa Isekai Lewat Must the Reincarnated Mother Always Die?
Terkini
-
Cherrypop Festival 2025 Hari Kedua: Genre dan Penonton yang Lebih Beragam
-
Lebaran Skena di Cherrypop Festival 2025 Day 1, Kumpulan Band Memukau
-
Sinopsis Andaaz 2, Film India Terbaru Natasha Fernandez dan Aayush Kumar
-
Anime Etoile Blossoming in Paris Tayang Perdana 13 Maret 2026
-
idntt unevermet Ungkap Pertemuan Pertama Penuh Takdir di Lagu You Never Met