Jika kita membaca peristiwa sejarah, maka sejarah manusia sejatinya dipenuhi dengan konflik, pertikaian, penjajahan, dan perbudakan. Namun jika kita berpikir lebih jauh lagi, maka akan timbul dalam benak kita sebuah pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh semua orang di dunia.
Pertanyaan tersebut adalah, kenapa bangsa lain bisa lebih maju daripada bangsa lainnya sehingga mereka bisa melakukan penjajahan terhadap bangsa yang lebih terbelakang? Pasti pertanyaan serupa juga pernah hinggap di kepala kalian.
Salah satu contohnya adalah mengapa dulu bangsa Belanda bisa menjajah Indonesia? Mengapa tidak sebaliknya? Nah pertanyaan seperti itu yang juga ditanyakan oleh seorang warga Papua Nugini kepada Jared Diamond yang saat itu melakukan penelitian di Papua Nugini.
Pertanyaan tersebutlah yang kemudian mengelitik Jared Diamond untuk mencari jawabannya lalu menulis sebuah buku bejudul Guns, Germs, & Steel. Jared Diamond merupakan seorang Profesor Geografi di University of California, Los Angeles, AS.
Dalam buku ini Jared mencoba untuk mencari sebab mengapa bangsa-bangsa bisa memiliki tingkat kemajuan yang berbeda-beda. Beberapa faktor penting menjadi penyebab fenomena itu terjadi, seperti gaya hidup yang berubah dari pemburu pengumpul menjadi bangsa petani.
Bangsa petani bisa lebih maju sebab bisa memenuhi kebutuhan hidup lebih banyak orang. Sehingga dalam komunitas petani masyarakatnya bisa menjalani beberapa profesi lain seperti pandai besi atau pengolah makanan.
Sedangkan di masyarakat pemburu pengumpul yang hanya bergantung kepada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makan, pertumbuhan masyarakat tidak terlalu pesat sehingga tidak terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah penduduk. Hal tersebut juga mempengaruhi cara pandang serta bermasyarakat yang amat berbeda antara bangsa petani dan pemburu pengumpul.
Selain itu, penemuan baja juga sangat berpengaruh. Misal dalam membuat perkakas sehari-hari dan senjata. Bangsa yang sudah bisa mengolah baja pasti memiliki kekuatan serta peradaban yang lebih maju dibanding bangsa yang masih menggunakan batu.
Buku ini memiliki ketebalan yang cukup tebal. Yaitu setebal 624 halaman. Meskipun non fiksi, bahasa yang digunakan cukup ringan. Pembahasan mengenai banyak bangsa di dalamnya juga akan membawa kita berpetualang ke berbagai tempat. Selain itu, cover buku ini juga sangat menarik.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Gie dan Surat-Surat yang Tersembunyi
-
Ulasan Buku Sejarah Australia, Berdirinya Negara Melalui Commonwealth Of Australia.
-
Ulasan Buku Memburu Muhammad, Memetik Hikmah dari Kisah-kisah Islami
-
Ulasan Buku Serdadu Afrika di Hindia Belanda 1831-1945
-
Ulasan Buku Tan Malaka, Bapak Republik yang Dilupakan
Artikel Terkait
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Di Antara Luka dan Pulih: Lika-Liku Luka, Sebuah Perjalanan Menjadi Manusia
-
Ulasan Novel Love, Mom: Surat Berisi Teka Teki Meninggalnya Sang Ibu
-
Raih Nobel Sastra 2024, Han Kang Siap Rilis Buku Baru 'Light and Thread'
-
Aksi Heroik Manusia Silver Tambal Jalan Berlubang, Publik: Bupatinya ke Mana?
Ulasan
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
The King of Kings Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 18 April
-
Review Film In the Lost Lands: Perjalanan Gelap Sang Penyihir dan Pemburu
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Di Antara Luka dan Pulih: Lika-Liku Luka, Sebuah Perjalanan Menjadi Manusia
Terkini
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya
-
4 Tampilan OOTD ala Tzuyu TWICE, Makin Nyaman dan Stylish!
-
Banjir Cameo, 4 Karakter Hospital Playlist Ini Ramaikan Resident Playbook
-
Tertarik Bela Timnas Indonesia, Ini Profil Pemain Keturunan Luca Blondeau
-
Another Simple Favor, Proyek Reuni Anna Kendrick-Black Lively Rilis 1 Mei