Pandemi Covid-19 yang mulai merangkak naik kembali saat ini, tentu memberikan dampak yang signifikan bagi lokasi wisata bertajuk sejarah. Selama masa pandemi, destinasi wisata sejarah, nyaris ditinggalkan oleh para pengunjungnya. Suatu hal yang ironis, di tengah kebutuhan masyarakat terhadap self healing.
Wisata sejarah saat ini dapat dikatakan sudah tergerus sejarahnya sendiri. Selain dari ragam situs yang tidak unik dan eksotik, serta ragam kisah-kisahnya, tentu dapat dijadikan referensi positif bagi edukasi terhadap generasi saat ini.
Self healing tidak harus selalu di lokasi yang dapat memanjakan mata. Tetapi juga mampu memberikan edukasi yang dapat membangun rasa nasionalisme kita. Semua tentu kembali kepada tujuan kita masing-masing. Karena self healing tidak harus selalu ke nuansa alam semata.
Masa pandemi yang memberikan batasan-batasan sosial dalam aspek pendidikan, nyatanya memberikan dampak negatif bagi generasi muda saat ini. Metode virtual realitasnya tidak mampu menarik minat masyarakat, untuk kembali mempelajari dan memahami sejarah bangsanya.
Kecuali, ada kebijakan yang dapat memberikan ruang untuk memfasiltasi kebutuhan terhadap upaya membangun nasionalisme generasi muda saat ini. Selain dari edukasi berbasis virtual semata. Hal ini tentu saja adalah bagian dari upaya mengangkat destinasi wisata bertema sejarah.
Tentu dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Kebutuhan healing akan lebih baik tentunya bila dipadukan dengan unsur edukasi, khususnya aspek sejarah.
Kita tidak mengharapkan kehilangan generasi yang melupakan sejarah bangsanya sendiri. Kerjasama yang optimal dari berbagai pihak terkait, agar sekiranya dapat memfasilitasi hal ini. Walau dengan pemantauan dan evaluasi yang serius.
Perpaduan kearifan lokal yang dipadukan dengan unsur budaya juga dapat dijadikan rujukan positif. Selain dari tujuan pengenalan kembali budaya bangsa, ragam eksotisme adat dan istiadat setempat tentu dapat memberikan pengalaman seru bagi para wisatawan.
Semua sektor akan mendapatkan sisi positifnya, juga dalam hal penguatan kembali ekonomi masyarakat selama masa pandemi. Semoga ulasan ini dapat memberikan abstraksi positif bagi semua pihak. Agar wisata sejarah tidak tergerus sejarah kelak di kemudian hari.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
4 Tempat Wisata Favorit Indramayu, Dedi Mulyadi Minta Lucky Hakim Ajak Anak Main di Daerah Sendiri
-
5 Kolam Renang di Bogor Referensi Wisata Air untuk Liburan
-
Menghabiskan Libur Lebaran dengan Berwisata ke Lighting Art Kota Tua Jakarta
-
Mirip Cappadocia, Begini Kemeriahan Festival Balon Udara di Pekalongan
-
5 Rekomendasi Tempat Wisata Hits untuk Liburan Bareng Keluarga di Bogor
Ulasan
-
Langgam 'Kuncung' Didi Kempot, Kesederhanaan Hidup yang Kini Dirindukan
-
Review Anime Madome, Raja Iblis Jatuh Cinta Pada Budak Elf
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Ulasan Novel If at First: Misteri Kelam Kehidupan Masyarakat Kelas Atas
-
Andhe-andhe Lumut: Langgam Tentang Loyalitas, Kejujuran, dan Self Confident
Terkini
-
Nova Arianto Capai Tonggak Sejarah Baru, Bukti Nyata Talenta Pelatih Lokal?
-
Kim Soo-hyun Kembali Bantah Tuduhan Pedofilia kepada Kim Sae-ron
-
Dari Ratu Rom-Com ke Horor, Kim Hye Yoon Digaet Bintangi Film Salmokji
-
xikers 'Breathe,' Tak Gentar Raih Tujuan di Tengah Situasi Sulit
-
Timnas Indonesia U-17 Tampil Beda saat Gasak Yaman, Nova Arianto Soroti Dua Hal Ini