Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku "Aktivasi Mukjizat Hari Jumat" (Doc/Samedy)

Jumat adalah hari yang mulia. Dalam buku berjudul Aktivasi Mukjizat Hari Jumat yang disusun oleh Rizem Aizid (2019) diuraikan bahwa hari Jumat adalah hari di mana Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk memperbanyak ibadah kepada-Nya. Hanya pada hari inilah semua nabi diperintahkan untuk memuliakan dan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak pada hari lainnya.

Rizem Aizid menjelaskan bahwa ternyata tidak hanya kepada kaum Muslimin saja perintah memuliakan hari Jumat itu ditujukan, tapi juga pada kaum-kaum sebelumnya, yaitu Yahudi dan Nasrani. Namun kita sebagai kaum muslimin patut berbahagia, sebab kaum-kaum sebelumnya tidak sanggup mengemban amanah yang begitu mulia ini. 

Ketika perintah untuk memuliakan dan beribadah di hari Jumat diturunkan, kaum-kaum terdahulu melakukan tawar-menawar dengan Allah subhanahu wa ta’ala melalui nabi-nabinya. Bani Israil meminta agar waktunya diundur satu hari menjadi hari Sabtu. Allah mengabulkan permintaan mereka dengan syarat full time. Artinya mereka diperintahkan untuk beribadah selama satu hari satu malam pada hari Sabtu. Padahal, seandainya mereka mau menerima hari Jumat, tentulah perintah ibadah itu tidak seberat hari Sabtu. Sebab pada hari Jumat, Allah hanya meminta sebagian waktu saja untuk digunakan beribadah, yakni shalat Jumat (Aktivasi Mukjizat Hari Jumat, halaman 2).

Rizem Aizid melanjutkan, setelah Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan permintaan Bani Israil dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan tadi, ternyata Bani Israil berkhianat. Padahal mereka telah berjanji, bahwa apabila ibadah pada hari Jumat itu diganti dengan hari Sabtu, mereka siap melakukan ibadah yang lebih berat dan lebih panjang. Sehingga Allah subhanahu wa ta’ala melarang mereka melakukan aktivitas lain di hari Sabtu kecuali beribadah. Karena kefasikan Bani Israil itu, maka Allah subhanahu wa ta’ala kemudian menguji mereka sekali lagi. 

Ujian seperti apa? Yakni Allah memerintahkan ikan-ikan di laut untuk muncul dalam jumlah besar dan banyak di hari Sabtu, sedangkan pada hari-hari lainnya tidak. Maksud dari ujian ini adalah untuk melihat apakah Bani Israil akan memegang teguh janjinya (yakni beribadah sepanjang hari) atau lebih memilih menangkap ikan (berkhianat). Sebab, mayoritas yang menolak perintah-Nya adalah mereka yang berada di daerah pesisir (Aktivasi Mukjizat Hari Jumat, halaman 3).

Rizem Aizid melengkapi dengan keterangan dari Al-Qur’an, Surat Al-A’raf 163, yang artinya: “Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.”

Dalam buku berjudul Aktivasi Mukjizat Hari Jumat ini, Rizem Aizid juga menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan hari Jumat yang akan semakin menambah wawasan pembaca. Selamat membaca, semoga bermanfaat.

***

Sam Edy Yuswanto