Mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah seperti mengingatkan kita kembali kepada peristiwa masa lalu. Kita juga jadi akan belajar lagi dan menggali cerita sejarah yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya.
Seperti jika kita mengunjungi salah satu bangunan bersejarah di Provinsi Banten yang telah lama ada, yaitu sekitar 200 tahunan yang lalu. Bangunan ini menjadi tempat tinggal Sultan Banten yang ke-21 beserta ibunya. Bagaimana cerita sejarah lengkapnya?
Arti Keraton Kaibon
Kaibon mempunyai arti keibuan. Ia juga memiliki arti bersifat seperti seorang ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Keraton ini memang diperuntukkan bagi seorang ibu yang bernama Ratu Aisyah. Beliau adalah ibu dari Sultan Syafiuddin.
Pada saat itu, Sultan Syafiudin masih sangat muda untuk memegang tampuk pemerintahan. Beliau masih berusia 5 tahun saat sultan sebelumnya meninggal dunia. Akhirnya, pemimpin pemerintahan dipegang oleh Ratu Aisyah.
Pembangunan Keraton Kaibon
Keraton Kaibon merupakan peninggalan dari Kesultanan Banten periode islam. Ia dibangun pada tahun 1815, dan menjadi kediaman Sultan Syafiuddin yang memerintah sekitar tahun 1809 – 1815.
Keraton yang berdiri di tanah seluas 2-4 hektar ini, dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Ia dibangun menghadap ke barat dengan kanal di bagian depannya. Kanal ini berfungsi sebagai media transportasi untuk menuju Keraton Surosowan yang letaknya berada di bagian utara.
Keraton Kaibon dikelilingi oleh saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangun seolah-olah berada di atas air. Semua jalan masuk dari depan maupun belakang memang harus melalui jalan air.
Arsitektur Keraton Kaibon
Di bagian depan Keraton Kaibon dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu. Arti angka lima ini adalah mengikuti banyaknya waktu salat dalam satu hari yang dilakukan oleh umat muslim. Gerbangnya bergaya Jawa dan Bali dan memiliki ketinggian 2 meter dengan bentuk candi bentar sebagai motifnya.
Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton. Ruang utama keraton ini tidak lain adalah kamar tidur Ratu Asiyah dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Hal ini bisa terlihat dari lubang yang terdapat dalam ruangan yang dapat diisi air untuk memberikan efek sejuk di dalam ruangan.
Keruntuhan Keraton Kaibon
Kesultanan Banten dihapuskan mulai tahun 1816. Dan, di tahun 1816-1827 kaibon menjadi pemerintah Kabupaten Banten Lor yang dipimpin oleh Bupati pertama yang mendapat dukungan Belanda, yaitu Pangeran Aria Adi Santika.
Kemudian, pada tahun 1832, Situs Cagar Budaya Keraton Kaibon dibongkar oleh Pemerintah Hindia Belanda. Walaupun, sebagian besar bangunan Keraton Kaibon telah hancur, tapi sekarang masih bisa terlihat sisa-sisa bangunannya, berupa pondasi, tembok-tembok bangunan, dan gapura-gapura keraton.
Lokasi Keraton Kaibon
Keraton Kaibon terletak di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Serang - Banten. Ia menjadi salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten yang menyimpan cerita kejayaan Kerajaan Banten Lama.
Sekarang, walaupun Keraton Kaibon sudah tidak utuh lagi dan hanya tersisa puing-puing reruntuhannya saja, tapi setelah direvitalisasi sekitar tiga tahun yang lalu ia terlihat lebih menarik dan rapi. Selain untuk mengingat lagi tentang sejarah Kesultanan Banten, ia juga sering dijadikan pengunjung dan pasangan muda untuk melakukan pre-wedding dan aktivitas ke lainnya.
Tag
Baca Juga
-
Mengenal Budaya dan Pembuatan Kain Tenun Suku Baduy di Banten
-
Spearfishing di Pantai Anyer, Seru dan Anti-gagal
-
5 Daya Tarik Anyer yang Tak Terlupakan, Lebih dari Sekadar Pantai dan Hotel Mewah
-
Mengenal Masjid Kuno Berusia 400 Tahun di Kota Badak Pandeglang
-
Setelah Tsunami dan PPKM, Kawasan Wisata Tanjung Lesung Tertata Lebih Rapi
Artikel Terkait
-
Sejarah Banten dan Asal Usul Hingga Arti Nama di Baliknya
-
Istana Maimun, Tempat Wisata Bersejarah dengan Bangunan Megah di Medan
-
Mempelajari Pembentukan Pulau Jawa di History of Java Museum
-
Eksplorasi 5 Museum di Bandung: Wisata Edukasi dengan Pesona Sejarah
-
Rekomendasi Wisata Sejarah, Candi Muara Takus Bisa Jadi Pilihan di Libur Sekolah
Ulasan
-
Review Komang: Menelusuri Cinta Raim dan Komang yang Bikin Baper
-
Review Anime Mob Psycho 100 Season 2, Kekuatan Esper Bukanlah Segalanya
-
Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh
-
Review Film Twisters: Lebih Bagus dari yang Pertama atau Cuma Nostalgia?
-
Review Film 'Pabrik Gula': Teror Mistis di Balik Industri Gula Kolonial
Terkini
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
Dilema Tristan Gooijer: PSSI Ngebet Naturalisasi, tetapi Sang Pemain Cedera
-
Rilis Foto Pembacaan Naskah, Ini 5 Pemeran Drama Labor Attorney Noh Moo Jin
-
Selain Donatur Dilarang Ngatur: Apakah Pria Harus Kaya untuk Dicintai?
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?