Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Yudi Rahmatullah
Sisa Bangunan Keraton Kaibon (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah seperti mengingatkan kita kembali kepada peristiwa masa lalu. Kita juga jadi akan belajar lagi dan menggali cerita sejarah yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya.

Seperti jika kita mengunjungi salah satu bangunan bersejarah di Provinsi Banten yang telah lama ada, yaitu sekitar 200 tahunan yang lalu. Bangunan ini menjadi tempat tinggal Sultan Banten yang ke-21 beserta ibunya. Bagaimana cerita sejarah lengkapnya?

Arti Keraton Kaibon

Taman di Keraton Kaibon (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Kaibon mempunyai arti keibuan. Ia juga memiliki arti bersifat seperti seorang ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Keraton ini memang diperuntukkan bagi seorang ibu yang bernama Ratu Aisyah. Beliau adalah ibu dari Sultan Syafiuddin.

Pada saat itu, Sultan Syafiudin masih sangat muda untuk memegang tampuk pemerintahan. Beliau masih berusia 5 tahun saat sultan sebelumnya meninggal dunia. Akhirnya, pemimpin pemerintahan dipegang oleh Ratu Aisyah.

Pembangunan Keraton Kaibon

Lingkungan Keraton Kaibon (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Keraton Kaibon merupakan peninggalan dari Kesultanan Banten periode islam. Ia dibangun pada tahun 1815, dan menjadi kediaman Sultan Syafiuddin yang memerintah sekitar tahun 1809 – 1815.

Keraton yang berdiri di tanah seluas 2-4 hektar ini, dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Ia dibangun menghadap ke barat dengan kanal di bagian depannya. Kanal ini berfungsi sebagai media transportasi untuk menuju Keraton Surosowan yang letaknya berada di bagian utara.

Keraton Kaibon dikelilingi oleh saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangun seolah-olah berada di atas air. Semua jalan masuk dari depan maupun belakang  memang harus melalui jalan air.

Arsitektur Keraton Kaibon

Gerbang Depan Keraton Kaibon (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Di bagian depan Keraton Kaibon dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu. Arti angka lima ini adalah mengikuti banyaknya waktu salat dalam satu hari yang dilakukan oleh umat muslim. Gerbangnya bergaya Jawa dan Bali dan memiliki ketinggian 2 meter dengan bentuk candi bentar sebagai motifnya.

Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton. Ruang utama keraton ini tidak lain adalah kamar tidur Ratu Asiyah dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Hal ini bisa terlihat dari lubang yang terdapat dalam ruangan yang dapat diisi air untuk memberikan efek sejuk di dalam ruangan.

Keruntuhan Keraton Kaibon

Sisa Bangunan Keraton Kaibon (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Kesultanan Banten dihapuskan mulai tahun 1816. Dan, di tahun 1816-1827 kaibon menjadi pemerintah Kabupaten Banten Lor yang dipimpin oleh Bupati pertama yang mendapat dukungan Belanda, yaitu Pangeran Aria Adi Santika.

Kemudian, pada tahun 1832, Situs Cagar Budaya Keraton Kaibon dibongkar oleh Pemerintah Hindia Belanda. Walaupun, sebagian besar bangunan Keraton Kaibon telah hancur, tapi sekarang masih bisa terlihat sisa-sisa bangunannya, berupa pondasi, tembok-tembok bangunan, dan gapura-gapura keraton.

Lokasi Keraton Kaibon

Sisa Bangunan Keraton Kaibon (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Keraton Kaibon terletak di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Serang - Banten. Ia menjadi salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten yang menyimpan cerita kejayaan Kerajaan Banten Lama.

Sekarang, walaupun Keraton Kaibon sudah tidak utuh lagi dan hanya tersisa puing-puing reruntuhannya saja, tapi setelah direvitalisasi sekitar tiga tahun yang lalu ia terlihat lebih menarik dan rapi. Selain untuk mengingat lagi tentang sejarah Kesultanan Banten, ia juga sering dijadikan pengunjung dan pasangan muda untuk melakukan pre-wedding dan aktivitas ke lainnya.

Yudi Rahmatullah