Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Yudi Rahmatullah
Masjid Baitul Arsy (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Seringnya kita tidak menyangka bahwa di suatu daerah ternyata tersimpan sebuah peninggalan yang sangat bersejarah. Peninggalan bersejarah tersebut bisa berupa suatu warisan atau kekayaan yang menceritakan tentang suatu sejarah atau budaya leluhur yang ada di daerah setempat. Ia bisa menjadi suatu benda, tulisan, ataupun suatu bangunan yang harus kita jaga dan lestarikan keberadaannya. 

Seperti sebuah bangunan peninggalan bersejarah yang berada di sebuah kampung di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Ia merupakan sebuah masjid yang telah lama berdiri, yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda dulu. Malah, diperkirakan masjid ini telah berusia sekitar 4 abad.

Berada di Kampung Tertinggi di Pandeglang

Kampung Pasir Angin (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Masjid yang telah berusia ratusan tahun ini adalah Masjid Baitul Arsy. Saking tua usia masjidnya, warga setempat meyebutnya dengan nama Masjid Kuno. Ia berada di Kampung Pasir Angin, Desa Pagerbatu, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Kampung ini bisa disebut sebagai kampung tertinggi di Pandeglang karena memang lokasinya berada di lereng Gunung Karang. Gunung ini mempunyai ketinggian sekitar 1.778 mdpl dan merupakan gunung tertinggi yang ada di Provinsi Banten. 

Masjid kuno ini jaraknya sekitar 6 kilometer lagi dari Alun-Alun Kota Pandeglang jika melewati jalur Kampung Cihaseum. Untungnya, sekarang jalan menuju masjid ini sudah cukup bagus dan lebar, jadi kamu tidak perlu capek-capek hiking dan menempuh medan yang sulit. Tapi, bisa mencapainya dengan membawa kendaraan bermotor, baik motor atau pun mobil. 

Hamparan Hijau Kota Badak

Pemandangan Kota Badak (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Karena berada di kampung tertinggi, selama di perjalanan menuju Masjid Baitul Arsy ini kamu bisa sambil menikmati pemandangan Kota Badak Pandeglang dengan luas daerah sekitar 2.747 km2. Dijuluki sebagai Kota Badak karena daerah ini menjadi tempat tinggal hewan Badak Bercula Satu yang hampir punah, yaitu yang menempati wilayah Taman Nasional Ujung Kulon.

Kamu juga bisa berhenti sejenak di beberapa spot di Kampung Pasir Angin ini, salah satunya di spot sebuah batu besar yang sering disebut dengan “batu cinta” atau “prosotan batu” oleh warga sekitar. Di atas batu ini, hamparan hijau Kota Badak Pandeglang terlihat dengan sangat jelas. 

Masjid Berbahan Kayu yang Kokoh

Masjid Kuno Berbahan Kayu (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Begitu tiba di Masjid Baitul Arsy, kamu akan melihat bahwa masjid ini sekarang terdiri dari dua bagian, yaitu bangunan masjid yang berbahan kayu dan bangunan lainnya yang dibangun dengan tembok. Walaupun ada penambahan bangunan masjid, tapi warga tetap memertahankan keaslian bangunan Masjid Kuno-nya. Bentuk bangunannya tidak ada yang diubah, karena memang bangunannya masih kokoh dan kuat. 

Bentuk bangunan Masjid Kuno itu sendiri berupa bangunan panggung dengan panjang sekitar 12 meter dan lebar 8 meter. Atap masjidnya ditopang oleh 10 tiang kayu penyangga. Dinding dan lantainya juga terbuat dari kayu. Disamping kanan masjidnya terdapat sumber mata air yang terus mengalir yang biasa digunakan warga untuk berwudhu. 

Menurut cerita yang beredar, saat terjadi penyerangan penjajah Belanda, hanya Masjid Kuno ini lah yang tidak mempan di lahap api di antara bangunan kayu di sekelilingnya. 

Sebagai Tempat Bersembunyi dari Penjajah

Masjid Baitul Arsy (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Tidak ada yang tahu pasti kapan dibangunnya Masjid Baitul Arsy yang sekarang sudah banyak dikelilingi oleh rumah-rumah warga. Namun, warga setempat meyakini bahwa masjid ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Jika dilihat dari sejarah, memang pertama kali Belanda datang ke Indonesia yaitu pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten.

Menurut beberapa sumber, dulu masjid ini berfungsi sebagai tempat bersembunyi para warga setempat dari serangan penjajah Belanda. Hal ini terbukti dari beberapa bagian dinding kayu pada masjid yang masih memiliki lubang. Diperkirakan, lubang-lubang ini merupakan bekas peluru dari senjata para penjajah Belanda. Selain itu, masjid ini juga digunakan warga untuk tempat berkumpul dalam menyusun strategi melawan Belanda. 

Dikenal Sebagai Masjid Syekh Karan

Shalat Berjamaah di Masjid Kuno (Dok. Pribadi/Yudi Rahmatullah)

Selain diyakini telah dibangun pada zaman Belanda, menurut beberapa sumber juga, Masjid Baitul Arsy ini merupakan Masjid Syeikh Karan. Syekh Karan adalah salah satu ulama besar pada masa Kesultanan Banten. Selain menjadi pendiri pesantren tertua di Indonesia yang berada di Gunung Karang, Beliau juga dikenal dengan perjuangannya dalam mensyiarkan Islam di tanah Banten, khususnya di Pandeglang, pada masa kepemimpinan Sultan Ageung Tirtayasa. Dan, yang kita ketahui bahwa masa kepemimpinnya adalah pada tahun 1651-1683. 

Makam Syekh Karan juga lokasinya tidak terlalu jauh dengan Masjid Kuno ini, hanya berjarak sekitar 1 kilometer. Tepatnya, berada di Kampung Paku haji, jalan Keramat Simpeureum, Pagerbatu, Kecamatan Majasari, Pandeglang, Banten.

Nah, itulah sejarah tentang keberadaan Masid Baitul Arsy yang lokasinya berada di lereng Gunung Karang di Kabupaten Pandeglang. Selain karena daya tarik masjidnya yang diperkirakan telah berusia sekitar 400 tahun, kita juga menjadi tahu tentang fungsi lain dari masjid tersebut pada zaman penjajahan Belanda dulu selain digunakan untuk tempat beribadah umat Islam.

Dan, yang paling penting, dari sejarah berdirinya masjid ini kita jadi mengenal tentang Syekh Karan. Seorang ulama besar pada masa Kesultanan Banten yang telah berjuang mensyiarkan agama Islam di Banten.

Yudi Rahmatullah