Peperangan memang selalu membawa petaka bagi umat manusia. Baik mereka yang terlibat langsung, ataupun mereka yang tak terlibat secara langsung. Ketika dunia tengah terfokus dengan pertempuran yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, ada satu negara lain di muka bumi yang telah merasakan aneksasi dan invasi oleh negara lain, yakni Palestina. Jika teman-teman tertarik dengan kisah lengkap mengenai okupasi yang dilakukan Israel terhadap Palestina, ada sebuah film dokumenter lengkap tentang hal ini, berjudul Zahara. Film yang dirilis pada tahun 2009 ini menceritakan tentang pencaplokan wilayah yang dilakukan oleh Israel, yang diceritakan melalui narasi Zahara, wanita yang menjadi saksi hidup peristiwa ini.
Zahara adalah seorang wanita Palestina yang berasal dari desa Al Bane di Galilea. Zahara menikmati masa kecilnya dengan penuh kedamaian, sebelum pada akhirnya perang tahun 1948 memulai periode getir kehidupannya sebagai warga Palestina.
Selepas pecahnya perang di tahun 1948 dan pendirian negara Israel di tanah Palestina, kehidupan Zahara dan warga negara Palestina lainnya berubah drastis. Bagaimana tidak, mereka yang sebelumnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri, lambat laun harus hidup tanpa kejelasan dan juga keamanan. Seperti contoh, pasca perang yang terjadi, Zahara dan warga Palestina harus hidup di bawah darudat militer selama 18 tahun, dimulai dari tahun 1948 hingga tahun 1966.
Ironisnya, hak-hak mereka sebagai warga negara di negeri sendiri pun turut dikebiri. Bahkan, yang paling radikal adalah, masyarakat Palestina yang semula adalah mayoritas di tanah airnya, kini menjadi kelompok minoritas di tanah leluhurnya.
Selama 1 jam 3 menit bergulirnya film ini, kita akan dibawa oleh Zahara melintasi berbagai peristiwa yang terjadi di tanah Palestina. Melalui film dokumenter ini pula, kita akan diajak untuk membuka mata mengenai apa yang sebenarnya terjadi pasca Israel merebut secara paksa tanah-tanah warga Palestina, dan mendirikan bangunan di tanah yang direbut itu.
Zahara juga menceritakan bagaimana kaumnya harus menderita karena diusir secara paksa dari rumah-rumah yang mereka diamin, hingga perlakuan tak manusiawi yang mereka alami dan dilakukan oleh militer Israel. Sebuah hal yang seharusnya membuat dunia tersadar, dan tak pilih-pilih dalam membuat kebijakan tentang kemanusian.
Baca Juga
-
Nasib! Banding Ditolak FIFA, Malaysia Juga Terancam Potensi Hukuman Tambahan
-
Imanol Machuca, Timnas Malaysia dan 17 Menit yang Membuat Karier Sepak Bolanya Sengsara
-
Dear Malaysia, Sudah Terima Saja Sanksi dari FIFA, Tak Usah Lagi Ajukan Banding ke CAS
-
Piala Dunia U-17: 3 Momen Timnas Indonesia yang Bikin Gemas di Laga Kontra Zambia
-
Laga Perdana Piala Dunia U-17, dan Kado Ulang Tahun yang Nyaris Sempurna bagi Nova Arianto
Artikel Terkait
Ulasan
-
Fame Cafe Jambi: Suasana Santai, Rasa Juara, Bikin Tak Mau Pulang
-
Review Film Good Fortune: Komedi Malaikat yang Menggelitik Hati dan Pikiran
-
Maksa Penonton Nangis! Film Regretting You Rasa Sinetron Dilengkapi Iklan
-
Review Air Mata Terakhir Bunda: Magenta yang Bikin Mata Menganak Sungai!
-
Review Drama Korea 2025 'Spirit Fingers': Hangatnya Persahabatan dan Kisah Cinta
Terkini
-
Bye-Bye Kulit Kusam! 4 Serum Pelindung Blue Light Ini Wajib Dicoba Pekerja Kantoran
-
4 Soothing Gel Aloe Vera untuk Efek Calming Akibat Sunburn, Mulai 15 Ribuan
-
Eks-Mertua Pratama Arhan Sindir Timnas Indonesia dan PSSI, Singgung Siapa Ya?
-
Banjir Pujian, Ayu Ting Ting Jadi Kejutan di Konser Nancy Ajram di Jakarta
-
Eeny Meeny Miny Moe oleh Fifty Fifty: Kegembiraan Cinta Pertama yang Meluap