Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Thoha Ma’ruf
Buku Filosofi Teras [dok.pribadi/muhammadmaruf]

Kita sering merasa resah saat membayangkan hidup yang begitu singkat ini banyak masalah. Tidak henti-hentinya masalah itu datang dari berbagai penjuru. Masalah itu tentu mengganggu hidup kita yang terlalu pendek.

Orang menyikapi masalah yang menimpa dengan beragam cara. Bahkan sampai tidak memperdulikan baik tidaknya cara yang dilakukan. Bersabar, pergi ke psikiater, mendoakan yang terbaik adalah cara yang baik. Sementara mempunyai itikad balas dendam, bunuh diri, berputus asa adalah cara yang buruk.

Ternyata, lebih dari 2000 tahun yang lalu, filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif yang membuat kita banyak masalah. Filsafat itu ialah Stoisisme. Filsafat Yunani Romawi kuno tersebut yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan membuat mental yang kita miliki menjadi tangguh dalam menghadapi naik turunnya kehidupan.

Filsafat tentang Stoisisme dijelaskan oleh Henry Manampiring dalam Bahasa Indonesia. Dalam buku tersebut, kita akan menemukan beragam cara untuk menangani emosi negatif yang tumbuh dari dalam diri kita. Tentu, semakin bertambah dewasa akan semakin banyak masalah yang bertubi-tubi. Hal itu tidak bisa dihindari lagi.

Di dalam buku Filosofi Teras juga diterangkan terkait dikotomi kendali. Maksud dari dikotomi kendali akan dijelaskan perbedaan antara perilaku yang di bawah kendali kita, dan mana perilaku yang tidak di bawah kendali.

Sebagai contohnya, perilaku yang berada di bawah kendali seperti: pertimbangan untuk melakukan sesuatu, keinginan yang ingin dicapai, serta tujuan dan segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri. 

Sementara yang tidak berada di bawah kendali seperti: tindakan yang dilakukan orang lain, opini dari orang lain, reputasi diri kita, kesehatan diri kita, kekayaan yang kita miliki, dan bencana alam yang mengancam diri kita.

Tujuan dari buku Filosofi Teras adalah agar kita dapat menyikapi hidup dengan tenang tanpa menghadapi masalah secara berlebihan. Dengan demikian dapat menjalani hidup dengan rileks. Caranya agar dapat mencapai tujuan seperti itu, dilakukan dengan menyikapi masalah-masalah yang kita hadapi seperlunya. Kemudian, kita mencoba mencari jalan keluar dari masalah yang menerpa. Pendeknya: hidup dalam ketenangan, agar bebas dari emosi negatif.

Pada saat emosi negatif menerpa, filsuf STOA atau orang-orang yang mengamalkan filsafat Stoisisme. Mereka mengajarkan sebuah prinsip yang disebut STAR (Stop, Think, Assess, Respond). Dengan STAR kita dapat menyikapi masalah dengan runtut, sehingga masalah yang terjadi dapat dicari akar permasalahan dan jala keluarnya.

Pertama Stop. Maksudnya begitu merasakan emosi negatif, kita harus berhenti dahulu. Jangan larut dalam keadaan tersebut. Walau terkesan kita tidak mau terlibat dalam permasalahan yang terjadi, padahal dengan berhenti dahulu kita bisa menyikapi masalah yang terjadi dengan lebih tenang.

Kedua Thing dan Assess. Usai berhenti menenangkan emosi, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan dengan cara memikirkan masalah yang sedang terjadi. Selesei memikirkan masalah yang terjadi dengan tenang, barulah kita bisa menilai (assess) perasaan negatif tentang masalah yang kita alami bisa dibenarkan atau tidak?

Terakhir Respond. Susudah kita berhenti, lalu memikirkan masalah yang terjadi, dan menilai terhadap masalah yang dialami, barulah kita bisa meresponsnya. Respons yang dilakukan bisa berupa tindakan maupun ucapan, tergantung harus seperti apa yang kita lakukan. Dengan demikian, sikap yang kita tunjukkan dalam menyikapi masalah dapat mencerminkan kedewasaan diri.

Lebih lanjut, Buku Filosofi Teras sangat direkomendasikan bagi pembaca yang ingin mencari buku untuk menghindari emosi negatif. Kita akan lebih tenang menjalani hidup, sebab kita akan memikirkan apa yang seharusnya kita pikirkan dan tidak memikirkan apa yang tidak seharusnya kita pikirkan.

  • Judul: Filosofi Teras
  • Penulis: Henry Manampiring
  • Penerbit: Penerbit Buku Kompas
  • Tebal: 320 hal ; 13 cm × 19 cm
  • Cetakan: Kelima, Februari 2019
  • ISBN: 9786024125196

Muhammad Thoha Ma’ruf